Stunting merupakan status kurang gizi yang bersifat kronis pada masa tumbuh kembang anak sejak awal kehidupan (Rumlah, 2022). Perlindungan anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin, melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Anak juga mendapat perlindungan dari segi kesehatan dan sosial. Perlindungan anak dari segi kesehatan ini memiliki peranan penting sejak usia dini. Sebagaimana dampak perlindungan kesehatan yang diberikan orang tua, pemerintah dan warga masyarakat akan memberikan dampak positif dan negatif bagi anak. Akan tetapi masih banyak ditemukan kesehatan anak yang tidak terjaga diantaranya stunting.
Menurut Hossain stunting merupakan salah satu masalah gizi pada balita. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Rahmadhita, 2020). Stunting juga merupakan suatu kondisi anak yang kekurangan gizi sehingga mengakibatkan tumbuh kembang anak jadi terhambat dan bahkan gagal.Â
Dampak dari stunting pada anak sangat buruk diantaranya kesehatan anak berkurang, perkembangan mental anak menurun, serta pertumbuhan fisik anak tidak berkembang dengan baik, perkembangan kongnitif serta perkembangan motorik anak tidak berkembang secara optimal (Widjayatri et al., 2020). Sehingga sangat berpengaruh buruk pada perkembangan produktivitas suatu bangsa dimasa yang akan datang.
Adapun faktor penyebab terjadinya stunting saling berpengaruh antara faktor yang satu dengan yang lainnya. asupan energi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, pola asuh dan keragaman pangan (Nugroho et al., 2021).  Faktor tersebut ada yang dapat kita amati secara langsung seperti pemberian asupan gizi tidak dikontrol. Sedangkan faktor secara tidak langsung seperti ketahanan pangan keluarga, pelayanan kesehatan lingkungan yang tidak memadai mencakup air dan sanitasi  serta pola asuh yang tidak diperhatikan baik pada anak (Kurniawati, 2017).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Re gional(SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.
Lembaga PAUD memiliki peran penting dalam menyukseskan upaya antisipasi dan penuruan tingkat stunting pada anak baduta dan anak balita di Indonesia. Bentuk keterlibatan PAUD dalam upaya tersebut adalah dengan mengoptimalkan penerapan program PAUD berbasis Holistik Integratif (Rohmadheny, 2018).
A.Kronologi Kasus Stunting Pada Anak
Mustakim berasal dari keluarga yang kurang mampu, ayah dan ibu hanya seorang petani dan tiap hari selalu berangkat ke kebun. Orang tua dari mustakim pagi berangkat kekebun dan pulangnya sore, sehingga mustakim hanya sendiri dirumah. Ibunya memiliki tingkat pendidikan yang rendah terkait kesehatan asupan gizi pada anak setiap hari hanya nasi dan lauk saja dan ibunya sebelum berangkat kekebun menyisihkan uang jajan untuk mustakim tanpa memberi pesan uang jajan tersebut dibeli untuk makanan yang bergizi, akan tetapi mustakim membeli makanan yang mengandung penyedap rasa tinggi sehingga berdampak buruk bagi kesehatannya.
Seiring berjalannya waktu berlalu dengan keseharian makanan yang dikonsumsi oleh mustakim tidak bernilai gizi sehingga mengakibatkan pertumbuhan mustakim tidak berkembang secara optimal, berat badannya berlebihan dan mustakim juga  sering terkena penyakit. Hal ini diakibatkan makanan yang dikonsumsi mustakim tidak banyak mengandung nilai gizi dan tidak sehat bagi anak. Sehingga banyak terdapat dampak buruk bagi mustakim diantaranya perkembangan mental menurun, kesehatan berkurang dan pertumbuhannya tidak berkembang secara optimal.
Adapun faktor penyebab terjadinya stunting saling berpengaruh antara faktor yang satu dengan yang lainnya. Faktor tersebut ada yang dapat kita amati secara langsung seperti pemberian asupan gizi tidak dikontrol. Sedangkan faktor secara tidak langsung seperti ketahanan pangan keluarga, pelayanan kesehatan lingkungan yang tidak memadai mencakup air dan sanitasi  serta pola asuh yang tidak diperhatikan baik pada anak. Seperti factor Intake mikronutrien yang rendah khusunya vitamin A, zat besi dan Seng pada tubuh anak.
Dampak dari stunting pada anak sangat buruk diantaranya kesehatan anak berkurang, perkembangan mental anak menurun, serta pertumbuhan fisik anak tidak berkembang dengan baik, perkembangan kongnitif serta perkembangan motorik anak tidak berkembang secara optimal. Sehingga sangat berpengaruh buruk pada perkembangan produktivitas suatu bangsa dimasa yang akan datang.
B.Solusi Mengatasi Kasus Stunting Pada Anak
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kasus stunting pada anak antara lain sebagai  berikut :
1.Orang tua harus lebih selektif memberikan makanan pada anak (Choliq et al., 2020).
2.Orang tua harus mampu memahami dan mengikuti edukasi kesehatan pada anak
3.Orang tua memperbaiki pola asuh dalam keluarga lebih perhatian penuh pada kondisi makanan dan kesehatan bagi anak.
4.Memberikan asupan energi yang cukup melalui program makanan tambahan
5. Memberikan asupan zat gizi dan tablet Fe pada ibu hamil agar perkembangan janin optimal dan lahir dengan berat badan normal.
6.Meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
7.Membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga
8.Memberikan penyuluhan tentang pola asuh
9.Memberikan penyuluhan tentang makanan beragam dan pelatihan pemanfaatan pekarangan sebagai kebun sayur.