Mohon tunggu...
Sindi Lestari Ayu Febrianti
Sindi Lestari Ayu Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi semester dua yang tertarik pada bahasa dan sedang belajar menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahapan Menuju Kesuksesan Berpidato

22 Mei 2024   09:20 Diperbarui: 22 Mei 2024   09:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Sindi Lestari Ayu Febrianti (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) - Foto dok. pribadi

Oleh Syamsul Yakin dan Sindi Lestari Ayu Febrianti (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Salah satu seni yang dapat dipelajari adalah pidato. Sebagai sebuah keterampilan, pidato memerlukan latihan dan kebiasaan berbicara di depan publik. Selain keterampilan, pidato juga harus dilengkapi dengan pengetahuan linguistik agar pilihan kata yang diucapkan dapat menarik, beragam dan indah.

Pengetahuan linguistik dan keterampilan diperlukan dalam berbagai tujuan pidato, baik tujuan pidato yang bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif. Persiapan dibutuhkan untuk mencapai ketiga tujuan pidato tersebut.

Tahap pertama persiapan adalah menentukan topik pidato. Topik pidato adalah pokok persoalan yang masih bersifat umum dan abstrak yang terdapat pada pokok pembicaraan dalam keseluruhan pidato. Dalam praktiknya, topik pidato dirinci atau dijabarkan dalam sebuah judul.

Persiapan kedua adalah menentukan tujuan pidato, yakni informatif, persuasif, atau rekreatif. Pidato yang baik sebenarnya harus memuat ketiganya. Namun, tetap harus ada tujuan utamanya, misalnya pidato seorang menteri lebih bersifat informatif, sedangkan pidato seorang politisi lebih bersifat persuasif dan pidato seorang artis lebih  bersifat rekreatif. Di sisi lain, pidato seorang penceramah agama di panggung, mimbar, ataupun media lain harus bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif.

Tahap selanjutnya, karena pidato harus berisi dan  berkualitas, maka harus  membaca literatur terkait topik dan judul pidato untuk mendukung basis epistemologi. Literatur yang harus dibaca bukan hanya buku, tetapi juga hasil survei dan dokumen. Berbeda untuk penceramah agama, tahapan membaca literatur ini lebih panjang, yaitu diawali dengan memahami al-Qur'an, hadits Nabi, karya ulama, hingga ilmu bantu, seperti ilmu sosial, humaniora, dan ilmu lainnya yang berkaitan.

Berikutnya adalah tahapan yang bersifat teknis, yakni membuat kerangka pidato mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup, dengan durasi pembukaan yang harus singkat. Bagian pendahuluan yang terpenting adalah menyampaikan judul pidato secara interogatif.

Menyusun isi pidato yang mudah dicerna dan diingat oleh audiens dapat menggunakan  metode numerik, yaitu dengan menyebutkan angka, seperti pertama, kedua, dan ketiga. Misalnya saat ceramah agama tentang tiga ciri orang munafik bisa diuraikan dengan metode numerik.

Bagian penutup pidato lebih berisi jawaban singkat mengenai masalah pidato yang diangkat. Teks penutup tidak perlu panjang, karena penjelasan yang rinci sudah ada di bagian isi.

Persiapan pidato juga bisa disesuaikan dengan materi dan tujuan pidato. Media dan audiens juga dapat membuat persiapan pidato berbeda, seperti persiapan pidato di televisi akan berbeda dengan pidato di radio. Begitu pula persiapan pidato seorang politisi berbeda dengan pidato seorang artis atau penceramah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun