Dari sisi kepentingan penikmat bola, maka dominasi Liverpool adalah hal yang tidak bagus. Melihat Liverpool menang setiap pekan hanya membuat Liverpudlian bahagia. Tapi bagi penggemar klub lain atau penonton netral, itu bisa membosankan.
Seperti halnya menonton Bundesliga hanya untuk melihat Bayern juara, Ligue 1 dengan PSG, dan Serie-A dengan Juventus.
Dari sisi bisnis, Premier League berpotensi kehilangan nilai komersial. Kompetisi dengan tingkat persaingan yang tidak merata cenderung membosankan dan ditinggal penggemar. Dalam situasi ini Premier League dianggap kurang menjual.
Dampak komersial tersebut bisa berimbas pada keuangan klub. Model pembagian pendapatan hak siar Premier League mengacu pada hasil yang dicapai klub peserta. Juara akan mendapat pendapatan (merit money) paling besar.Â
Klub yang berperingkat lebih baik di klasemen akhir akan mendapat pendapatan hak siar lebih besar dari klub di bawahnya. Selain itu pendapatan hak siar juga dipengaruhi oleh jumlah pertandingan suatu klub yang disiarkan di Britania Raya.
Semakin kuat dan dominan suatu klub, cenderung disiarkan lebih sering dan mendapat pendapatan lebih besar. Hingga pada suatu titik, ketimpangan pembagian pendapatan hak siar membuat sedikit klub akan memperoleh pendapatan terbesar dan sebagian besar klub memperoleh pendapatan kecil sehingga sulit bersaing.
Jika dominasi Liverpool bertahan dalam waktu lama, maka Premier League akan semakin murah, Liverpool semakin kaya dan klub lain semakin tertinggal.
Beruntung Sabtu malam kemarin, klub penghuni degradasi mampu meyakinkan semua orang bahwa Liverpool bisa dikalahkan. Masih ada 10 pekan lagi sebelum musim berakhir. Waktu yang bisa digunakan oleh klub-klub Premier League untuk meningkatkan diri dan kualitas untuk mendekati Liverpool.
Demi martabat penikmat bola di seluruh dunia, tentu banyak pihak berharap agar Premier League bisa 'diselamatkan'. Karena di lima liga top Eropa saat ini hanya Premier League yang belum 'dijajah' oleh dominasi sebuah klub.