bola Indonesia sedang dalam krisis kepemimpinan di atas lapangan. Wasit sebagai pemimpin pertandingan sedang kehilangan wibawa. Mulai dari kasus kerusuhan yang pecah akibat kontroversi kepemimpinan wasit hingga yang terakhir kasus pengaturan skor yang melibatkan komisi wasit, mencoreng citra wasit.
SepakBagaimanapun wasit tetaplah pemimpin pertandingan, segala keputusannya harus dihormati. Tapi apakah pemain dan suporter bisa bersikap dewasa dan layak menghormati setiap keputusan kontroversial? Di tengah pelaku sepak bola yang sedang belajar untuk dewasa, PSSI mengupayakan cara terbaik.
Beragam cara dilakukan PSSI untuk meningkatkan kualitas 'fair play' setiap pertandingan. Seperti yang dilakukan pada 2017. PSSI dan PT LIB mulai menggunakan wasit asing untuk memimpin laga-laga penutup Liga 1. Wasit dari Australia, Jepang, Iran dan Kyrgistan ditunjuk untuk memimpin empat laga terakhir klub-klub papan atas.
Itu dilakukan untuk menjaga independensi wasit dan menghindari kemungkinan terjadinya pengaturan skor jika menggunakan wasit lokal. Apalagi dalam fase krusial penentuan juara.Â
Di satu sisi PSSI sedang kekurangan wasit lokal berkualitas, dimana hanya ada lima wasit yang berlisensi FIFA, yaitu Handri Kristianto, Oki Dwi Putra, Thoriq Alkatiri, Dwi Purba dan Hamim Tohari.
Di musim 2018 jasa wasit asing sudah tidak digunakan lagi. Sebagai gantinya PSSI merekrut tiga wasit asal Jepang untuk menjadi penasehat teknis di komisi wasit. Mereka bertugas menjadi instruktur untuk memberikan materi-materi pelatihan kepada wasit Indonesia.
Jika tingkat kualitas kepemimpinan wasit dinilai dari surat protes yang dilayangkan klub atas hasil pertandingan, maka PSSI mulai berhasil melakukan perbaikan.Â
Dilansir dari Indosport (23/9/2019), pada musim 2017 terdapat lebih dari 10 surat protes dari klub, tapi di musim 2018 jumlahnya berkurang signifikan dengan hanya 3 surat protes. Tapi catatan negatifnya adalah masih tetap ada protes.
Menuju Sepak Bola 0 Kontroversi
Tapi PSSI tidak ingin berhenti sampai di situ. Semangat untuk mewujudkan sepak bola tanpa kontroversi terus digaungkan. Momentum kepengurusan PSSI baru di bawah M. Iriawan coba melanjutkan langkah tersebut.
Ide penggunaan teknologi Video Assistant Referee (VAR) mengemuka. PSSI bahkan telah membuat time line. VAR ditargetkan siap digunakan pada musim 2021.
Kita agak tertinggal, jika melihat apa yang sudah dilakukan Thailand dan Malaysia. Liga Thailand sudah lebih dulu menggunakan VAR sejak musim lalu, sedangkan Liga Malaysia musim ini sudah memulai penggunaan VAR dengan dukungan kerja sama dengan Iflix.