Tapi implementasi VAR memang butuh proses, terutama dalam mempersiapkan SDM. Para wasit akan menjalani pelatihan selama sembilan bulan.Â
PSSI juga perlu menyiapkan anggaran yang cukup besar untuk infrastruktur VAR, agar bisa memastikan ketersediaan perangkat VAR pada setiap pertandingan. Untuk itu, bisa dimaklumi akan butuh waktu untuk melihat VAR ada di sepak bola kita.
Sejatinya yang diharapkan publik sepak bola bukan hanya sekedar VAR ada di tepi lapangan. Lebih dari itu, semua pihak berharap agar wasit bisa menggunakan VAR untuk membuat keputusan terbaik. Wasit jadi punya peluit ke dua di dalam monitor VAR. Praktik intervensi wasit akan semakin sedikit mendapat ruang.Â
Suap kepada wasit tidak akan efektif karena keputusan wasit bisa dikoreksi oleh VAR. Jika dulu penggunaan wasit asing berhasil menjalankan misi mengurangi kontroversi, maka VAR di masa datang punya misi untuk menghilangkan semua kontroversi.
Harapan yang paling besar adalah agar semua pelaku sepak bola di Indonesia bisa menjadi lebih dewasa. Memahami kasus kerusuhan di masa lalu akibat tidak puas atas keputusan wasit adalah cara yang salah untuk alasan yang benar. Suporter, pemain bahkan semua pelaku sepak bola berhak mendapat keputusan terbaik dari wasit.Â
Keputusan terbaik layak diapresiasi dengan sikap terbaik pula. Di saat itu kita akan menjadi suporter yang dewasa. Dan kalah atau menang dalam sepakbola adalah suatu kewajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H