1
Dentingan gitar memenuhi ruangan dengan ukuran 4X6 meter, saya sedang berhadapan dengan seorang wanita yang namanya tercatat sebagai teman dalam jejaring sosial ini. Sialan, saya kehilangan ide untuk melajutkan tulisan ini. Kenapa harus blues dan wanita yang menjadi objek dari tulisan ini. Ahhh............blues di tengah malam harus dipisahkan dari wanita yang hadir di tengah malam, jika digabungkan maka akan ada kerancuan dalam membentuk sebuah tulisan.
OK!!
Saya akan menuliskan tentang blues, tapi wanita harus dikemanakan? Apakah dia harus disingkirkan, padahal blues juga identik dengan cerita mengenai perempuan. Begini saja; Saya harus mengacu kepada judul dari tulisan ini. Lampu kamar masih terang seperti malam-malam sebelumnya namun keadaan kamar sangat berantakan. Hei! jangan mengisi baris-baris dari cerita ini dengan deskripsi ruangan yang tidak terlalu penting.
Blues tengah malam; sebotol arak belum terjamah. Saya hendak menyanyikan love in vain namun story of blues masih menguasai panggung. Dan tuan Winnamp masih sibuk bercengkrama dengan Gary Moore
Sudahlah...
buang saja kesendirian di dalam tempat sampah
sertakan juga dengan kesedihan yang terkadang menggelitik mu
2
Kecilkan volume di home theater agar suara malam dapat terdengar olehmu. Seandainya ingatan mengenai para penari purnama belum hilang maka malam akan memberikan selimut untuk menutupi tubuhmu. Kita belum selesai kawan, nada blues masih tetap berlanjut dan cerita mengenai perempuan juga harus dilanjutkan.
Story of Blues adalah lagu yang cocok sebagai pendahuluan dari cerita tentang blues dan perempuan, sepertinya itu terlampau satir, juga memberikan kemungkinan terhadap penafsiran bahwa blues sangat identik dengan kisah mengenai kepergian seorang perempuan. Kalau blues itu identik dengan ratapan terhadap kepergian seorang perempuan maka blues kehilangan eksistensinya(ah........gaya loe bro! bawa-bawa eksistensi segala)