Mohon tunggu...
天野美雨冒险Official
天野美雨冒险Official Mohon Tunggu... Foto/Videografer - UNSRAT MANADO

アニメ「ブレンド・S」の大ファン、天野美雨のキャラクター。 人生の輪は、悲しいものから幸せなものへと変化することもあります。

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Dalam Cengkeraman: Korupsi, Mafia, dan Konsekuensinya

22 Oktober 2024   09:19 Diperbarui: 22 Oktober 2024   09:19 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis : OBAJA JONATAN SINAGA / MIU AMANO ADVENTURE (Official )

Penyumbang: IROHA FINAL TAMAKI (Official )

Membiarkan terjadinya korupsi besar-besaran dengan menyibukkan diri dengan ritus-ritus hanya akan berarti membiarkan berlangsungnya proses pemiskinan bangsa yang makin melaju.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Latar Belakang

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki kekayaan alam yang melimpah dan budaya yang beragam. Namun, di balik potensi besar ini, negara kita berada dalam cengkeraman korupsi, mafia, dan kekuasaan yang terstruktur dengan rapi. Praktik-praktik negatif ini telah menciptakan dampak yang menghancurkan bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Korupsi di Indonesia sudah menjadi fenomena yang kronis dan sistemik. Menurut Transparency International, Indonesia masih menduduki peringkat rendah dalam indeks persepsi korupsi. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi publik dan pemerintah. Korupsi tidak hanya merugikan perekonomian, tetapi juga menggerogoti kepercayaan rakyat. Dalam banyak kasus, kekuasaan seringkali menjadi alat untuk melakukan tindakan ilegal yang merugikan rakyat banyak demi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.

Di samping itu, keberadaan mafia yang menyusup ke dalam berbagai aspek kehidupan, dari politik hingga bisnis, semakin memperburuk situasi. Mafia ini seringkali menggunakan kekuasaan untuk melindungi kepentingan mereka, menghalangi penegakan hukum, dan mengatur aliran harta untuk keuntungan pribadi. Mereka beroperasi dalam bayang-bayang, mengendalikan banyak aspek di sektor publik dan swasta, menciptakan lingkaran setan di mana mereka terus mengumpulkan harta dan memperluas pengaruhnya.

Nepotisme juga merupakan salah satu aspek yang melekat dalam budaya korupsi di Indonesia. Praktik ini mengutamakan hubungan pribadi di atas profesionalisme, sehingga menempatkan individu yang tidak kompeten pada posisi strategis. Hal ini tidak hanya meningkatkan potensi korupsi, tetapi juga menghambat inovasi dan kemajuan yang diharapkan. Ketika kinerja tidak lagi dinilai berdasarkan kemampuan dan integritas, tetapi hanya berdasarkan koneksi, maka akan sulit bagi negara untuk maju.

Alasan adanya Korupsi sebagai Kebutuhan

Korupsi, sebagai fenomena yang merusak fondasi masyarakat dan negara, merupakan isu kompleks yang menyentuh banyak aspek kehidupan. Ia tidak hanya muncul sebagai hasil dari sifat individu yang terlibat dalam praktik korupsi, tetapi juga berakar pada dinamika yang lebih luas terkait dengan struktur kekuasaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam hal ini, penting untuk memahami bahwa korupsi bukanlah sekadar tindakan ilegal, melainkan juga merupakan manifestasi dari budaya dan sistem yang membiarkan atau bahkan mendorong pelanggaran etika dan hukum.

Ketika kita membahas korupsi, kita perlu menyadari bahwa fenomena ini sering kali dianggap sebagai kebutuhan oleh beberapa pihak tertentu. Apakah itu di level pemerintahan, bisnis, atau bahkan dalam konteks sosial, banyak individu dan kelompok merasa terdesak untuk terlibat dalam praktik korup demi keuntungan pribadi atau untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Lingkungan yang korup menciptakan ruang bagi individu-individu yang terhubung dengan jaringan mafia, yang memanfaatkan hubungan mereka untuk mengamankan berbagai keuntungan, baik dalam bentuk materi maupun kekuasaan.

Selain itu, korupsi juga erat kaitannya dengan akumulasi harta dan nepotisme, di mana individu yang memiliki pengaruh cenderung memberikan keistimewaan kepada keluarga, teman, atau rekan dekat mereka. Praktik semacam ini tidak hanya memperdalam jurang ketidakadilan sosial, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap institusi dan pemerintahan. Korupsi menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus, di mana keinginan untuk mempertahankan status dan kekuasaan mendorong individu untuk terus terlibat dalam praktik-praktik yang merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Dinamika Korupsi Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun