Mohon tunggu...
Maulana Only
Maulana Only Mohon Tunggu... wiraswasta -

ridiculous

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Inna ilaihi roji'un

21 Desember 2012   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau pernah saya baca dulu, ilmu wajib manusia itu bukan pendidikan dasar 9 tahun yang sekarang menjadi 12 tahun, tapi ilmu agama (tauhid, fiqih, dan lain-lain). Sudah sedalam apakah kita memahami agama yang kita akui sebagai Islam? Sedalam apakah kita mengenal Allah? Bukan hanya sebatas tahu asma'ul husna tapi mengerti. Bukan hanya mengerti tapi paham. Bukan hanya teori tapi implementasinya dalam hidup.

Godaan dunia itu tidak akan ada habisnya, sebagaimana nafsu manusia yang tidak pernah puas. Dan kuncinya hanya satu, iman. Waktu terus berputar, menghitung mundur jatah berkarya di dunia.
Ada yang bilang manusia bisa lebih baik dari malaikat dan bisa lebih buruk dari setan. Pernah saya baca buku, di situ terdapat sindiran yang mengatakan bahwa sekarang ini setan tidak perlu lagi bersusah payah menggoda manusia. Karena manusia sendiri jauh lebih jahat, lebih bernafsu dari setan. Setan mah tinggal ongkang-ongkang kaki sudah punya banyak CALON teman di neraka.

Boleh saja mengejar dunia sampai habis usia, tapi jangan lupa bahwa dunia ini tidak lama. Manusia adalah milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. Sekaya apapun manusianya, matinya tetap dikubur tanah, bukan emas berlian. Sebesar apapun rumah yang dimiliki, pada akhirnya akan kembali ke kotak persegi panjang dalam tanah yang hanya sepanjang badan. Benar, dunia hanya fasilitator untuk meraih keuntungan akhirat.

Pada hakikatnya kita tidak pernah benar-benar memiliki hak milik atas diri kita, apalagi apa yang kita punya. Kita bermula dari-Nya dan kita adalah milik-Nya. Mata, tangan, telinga, mulut, kaki, otak, segala yang melekat di diri kita sesungguhnya adalah milik-Nya. Bukankah kita selalu mengakuinya setiap kali shalat? Inna shalati, wa nusuki, wa makh yaa ya, wa mamaati, lillaahirabbil'alamin. Kita hanya "dipinjami" Allah agar kita bisa melaksanakan tugas yang diberikan oleh-Nya dengan baik.

Sebagaimana firman-Nya, "Tidak Ku ciptakan manusia dan jin, melainkan untuk beribadat kepada-Ku". Pada ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa tugas lain manusia ialah sebagai khalifah di muka bumi.

Agar manusia bisa maksimal dalam mengemban tugasnya, maka Beliau meminjamkan segala fasilitas yang dibutuhkan. Mata, telinga, kaki, tangan, otak, akal, dan semua perlengkapan yang melekat di diri kita.

Lalu mengenai hukum pinjam meminjam. Sudah seharusnya kita mengembalikan apa yang kita pinjam sesuai dengan keadaannya saat kita pinjam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun