tahu yang pas untuk usaha bakso tahu memiliki keunikan tersendiri. Setelah menemukan tahu yang dianggap pas untuk bakso tahu - tahu kuning yang kami goreng terlebih dahulu lantas diberi adonan bakso - akhirnya aku memutuskan untuk membawa wadah dan membeli 100 pcs tahu yang nantinya dibelah dua hingga didapat 200 pcs.Â
      Pengalaman mencariRencananya selain untuk memenuhi pesanan, juga untuk stok dan makanan sehari-hari. Aku ingat membeli tahu sehari sebelum pesanan pesanan tetangga. Pada Jumat malam istriku berinisiatif untuk mencicil mengoreng tahu sehingga keesokan harinya tidak terburu-buru. Tergoda oleh goreng tahu berkulit yang masih panas keluar dari penggorengan, aku ambil satu potong dan kumakan. Dan... aku tertegun untuk sekian detik. Aku mengambil potongan lain dengan harap-harap cemas. Sama saja ternyata. Istriku yang melihatku mengacak tahu goreng berkomentar, "Lapar?"
      Aku menggeleng dan memberikan potongan tahu yang belum habis. Mataku tidak terlepas menatap wajahnya menunggu reaksi. Seperti yang kuperkirakan iapun bereaksi sama sepertiku.
      "Tidak mungkin dibuat bakso tahu," ujarnya, "Keasinan." Aku mengangguk.
      "Terus bagaimana nasib tahu-tahu ini?" tanyaku, "200 potong lagi," lanjutku.
      "Alamat harus membatalkan pesanan," istriku mengeluh.Â
      Aku menggelengkan kepala. "Baru saja mulai berbisnis, masa sudah membatalkan pesanan," pikirku.
      "Besok pagi Papa cari tahu lagi saja. Nanti cari tahu yang tidak asin. Tahu putih. Pesanannya buat siang, kan?" tanyaku. Istriku mengangguk.
      Keesokan harinya aku berangkat lebih pagi ke pasar dan menemui beberapa pedagang tahu, membeli beberapa bungkus tahu dengan merek berbeda. Sekaligus aku mencari bungkus yang mencantumkan nomor kontak pembuat tahu kalau-kalau ke depan dibutuhkan. Alhasil didapatlah tahu putih dengan rasa dan ukuran yang pas dan juga nomor kontak pabrik tahu . Perjuangan mencari tahu berbuah terpenuhinya pesanan baso tahu.Â
      Merasa pas dengan tahu yang kujual aku menghubungi nomor HP dari plastik bungkus tahu dan tersambung ke pemilik pabrik tahu di sekitar Jalan Holis.  Dengan ditemani anakku yang kedua, kami mengunjungi pabrik tersebut dengan membawa stoples untuk membeli tahu. Ternyata kami harus menyusuri gang kecil untuk menuju ke pabrik tersebut. Setibanya di sana, aku baru tahu bahwa  tahu yang lembek dan rapuh ini dihasilkan oleh pekerja-pekerja dengan kekuatan fisik prima. Dalam ruangan pabrik yang panas dengan tiga tungku kayu bakar, beberapa pekerja mengerahkan tenaga untuk memeras bubur kedelai dan memastikan tahu-tahu tercetak dengan sempurna. Panas dari tungku dan uap air dari rebusan bubur kedelai menyebabkan ruangan cukup pengap sehingga kulit mereka mengkilap dengan keringat. Beberapa yang bertelanjang dada menampakkan hasil tempaan pekerjaan mereka lewat otot-otot tubuh yang tidak kalah dari mereka yang ke gym.  Setelah kunjungan pertama, berlanjut kunjungan kedua dengan istriku yang penasaran dengan pabrik tahu, kunjungan ketiga dan seterusnya.
      Bagaimana dengan nasib 200 potong tahu kuning yang asin dan tidak jadi dijadikan tahu bakso? Tidak ada pilihan. Selama satu minggu itu menu harian rumah kami berbahan dasar tahu - tahu goreng kering, tahu kecap, tahu campur sayur, pepes tahu, tahu rebus, tahu gejrot dan menu lainnya. Herannya, kami tidak pernah bosan dengan tahu. Pengetahuan kami tentang tahu semakin bertambah karena kami harus mencari tahu, tahu seperti apa yang pas untuk usaha siomay tahu bakso kami. Sejalan dengan pengembangan usaha, kunjungan dan pembelian tahu ke pabrik tahu dihentikan dikarenakan berbagai hal yang tentunya akan kami bagikan di cerita-cerita selanjutnya.** (Bandung, 4 Juni 2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H