"Aku turut prihatin," ujar Lala pelan, "ternyata kejadian kemarin itu hanya untuk konten. Mereka telah menskenario kejadiannya termasuk siapa yang harus ngambil video kejadian. Kamu tidak bisa tinggal diam. Kalau sampai video itu tersebar, orang bisa berpikir apapun tentang kejadian itu, tentang kamu."Â
      Mareta tetap diam. Tangannya berpindah meraba saku rok dan mengeluarkan HP. Tidak berapa lama HP itu sudah berpindah tangan.
      Lala menatap video di HP. Tatapannya berpindah dari HP ke wajah temannya.
     "Lho, itukan kejadian kemarin?" tanyana bingung.  Mareta mengangguk.
     "Kok bisa kamu dapat videonya?" tanya Lala lagi.
     "Maaf, ya. Aku belum sempat bercerita. Aku sendiri bingung semua begitu cepat. Kemarin kejadiannya. Pulang sekolah dipanggil wali kelas. Dan tadi pagi aku terima video itu."
     "Dari?" potong Lala.
     "Armando," jawab Mareta
     "Kok?" tanya Lala heran dan bingung. "Trus yang dia tadi omongkan dengan Aldo itu apa?"
     "Kalau aku merangkai ceritanya sih, Armand memutuskan membatalkan perjanjiannya dengan Aldo. Aldo menjanjikannya sejumlah uang. Kamu tahu Aldo. Tahu dia bertepuk sebelah tangan, dia gunakan cara-cara untuk menyudutkanku. Kapan kapoknya dia. Sekarang memanfaatkan Armand."
     "Kamu tahu dari mana? Armand?" tanya Lala.Â