Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Rara

25 November 2020   21:26 Diperbarui: 25 November 2020   21:48 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Keren ya, orang ini," ujar Rara pada ibunya. 

"Siapa? Mama maksudnya?" jawab Bu Tari. 

Rara menyikut ibunya, "Kok Mama sih? Ini Bill Gates. Orang terkaya dunia. Hebat banget ya, bisa menciptakan Microsoft dan dipakai di seluruh dunia." 

"Memang hebat. Apalagi untuk orang yang drop out kuliah," tanggap Bu Tari. 

"Maksud Mama?" 

"Dia berhenti kuliah dan memutuskan fokus pada temuannya." 

"Berarti Rara bisa berhenti sekolah, dong," ujar Rara. 

"Hmm, bisa juga sih," jawab Bu Tari, "Hanya apa yakin situasimu akan sama dengan situasi Bill Gates? Punya tidak kamu tekad sekuat Bill Gates, memutuskan berhenti sekolah dan fokus mengembangkan kemampuan?" Bu Tari menoleh menatap Rara yang duduk di sampingnya, "Jangan hanya melihat apa yang dia capai sekarang, tetapi perjuangannya  untuk mencapai situasi sekarang." 

Rara mengangkat bahu. Pandangannya terpaku pada layar laptop di pangkuannya. Hari kedua dia membaca kisah orang-orang inspiratif, kekagumannya tak terelakkan, "Kok bisa orang-orang ini mencapai kemasyuran dan berdampak bagi orang-orang di planet ini?" pikirnya.             

          *** 

Semakin Rara membaca kisah-kisah inspiratif semakin pikirannya dipenuhi kegelisahan. Dan itu ditangkap oleh mamanya.         

"Akhir-akhir ini kok anak mama menjadi pendiam?" Bu Tari bertanya pada Rara. 

Rara menatap ibunya ragu, "Iya, Ma," jawab Rara, "Bisa tidak ya Rara seperti orang-orang hebat yang Rara baca?"        

"Maksudnya?" tanya Bu Tari.        

"Iya, Rara bisa nggak ya, jadi orang hebat yang berdampak pada banyak orang. Bill Gates, Steve Jobs, Nadim Makarim, Mother Teresa," ujar Rara menerawang.        

"Bukankah sekarang ini kamu sudah hebat?" jawab ibunya, "Di mata Mama, kamu anak hebat. Sekolahmu tidak mengecewakan. Sikapmu juga ya."        

"Tapi itu kan di mata Mama, tidak di mata orang lain," potong Rara.        

"Maksud Mama begini. Kamu dengan orang-orang yang kamu sebutkan memiliki dunia dan lingkungan yang berbeda. Ada banyak orang-orang di sekitar mereka. Ada banyak tanggung jawab yang mereka emban. Keluarga mereka, relasi mereka, usaha mereka. Apalagi skala mereka sudah mendunia. Maka apapun yang mereka lakukan akan berdampak besar. Sementara kamu, untuk saat ini duniamu ya... keluarga, sekolah, gereja, teman-temanmu," Bu Tari menatap Rara.        

"Untuk berdampak terhadap dunia yang lebih besar, mestinya dimulai dari dunia yang kecil dulu. Jadi sekarang, kamu berlatih untuk berdampak baik bagi dirimu, bagi keluargamu, teman-temanmu. Siapapun yang ada di sekitarmu. Kelak kamu akan punya kesempatan yang lebih besar untuk memberikan dampak pada lingkungan yang lebih luas. Kan suatu saat kamu akan kuliah, kerja, punya usaha sendiri. Siapa tahu kamu mengikuti jejak Mas Menteri Nadim Makarim. Kamu jadi Mbak Menteri."         

Kepala Rara mengangguk perlahan, "Artinya Rara sekarang mencoba melakukan apapun dengan cara terbaik, ya Ma?" tanyanya.         

"Tuh anak mama  mengerti. Dengan mama melihat kamarmu rapi, apakah itu artinya kamu berdampak? Iya. Setidaknya untuk Mama. Mama tidak perlu teriak-teriak suruh-suruh kamu rapikan kamar atau mengerjakan hal itu," tambah Bu Tari.         

"Tapi Mama kok tidak pernah bilang dan memuji Rara?"         

"Rara, apakah semua perbuatan kita untuk berdampak baik perlu mendapatkan pujian? Nanti malah kita kecewa karena tidak dipuji," ujar Bu Tari. 

Rara terdiam. Kegelisahannya mereda.           

"Ini Rara sedang baca buku Mother Teresa. Kayaknya kutipan ini pas bangetya dengan pertanyaan Rara?"          

"Apa itu?" tanya Bu Tari          

"Sebentar," Rara membuka-buka buku di pangkuannya, "Not all of us can do great things, but we can do small things with great loves."      

"Coba kamu indonesiakan. Kamu tahu Mama tidak ngerti Inggris."          

"Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar, tapi kita bisa mengerjakan hal-hal yang kecil dengan cinta yang besar."           

"Tepat sekali," ujar Bu Tari, "Tidak semua jago buat aplikasi kayak Bill Gates. Tapi kan kita masih bisa melakukan hal-hal lain. Kalau semuanya dilakukan dengan cinta yang besar, dampaknya pun akan luar biasa. Tinggal dari kitanya, mau tidak mulai dari hal-hal kecil sederhana melakukannya dengan sebaik-baiknya?"          

Rara menyandarkan punggungnya ke sofa. Bibirnya menyunggingkan senyum. 

Ia berpaling menatap Bu Tari, "Makasih, Ma," ujarnya seraya menutup buku yang dibacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun