A. Mengapa Terjadi Konflik Terbuka Antara Israel dan Iran?
Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat dunia di suguhkan dengan berita tentang Israel dan Iran yang sedang berkonflik, dimana Iran menyerang Israel. Karena hal ini banyak masyarakat dunia terpecah, ada yang pro Israel dan ada yang pro Iran. Hal ini merupakan hal yang wajar karena tidak semua masyarakat dunia mengetahui permasalahan utama mengapa Israel dan Iran harus berkonflik secara terbuka. Berikut ini adalah penyebab mengapa Israel dan Iran melakukan konflik terbuka:
1. Siapakah Hizbullah dan Hamas Di Mata Internasional?
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris asing (Foreign Terrorist Organizations) pada bulan Oktober 1997. Lebih dari 60 negara termasuk Uni Eropa, Liga Arab, Dewan Kerjasama Teluk (GCC), juga telah menetapkan Hizbullah sebagai kelompok teroris. Demikian juga, dengan Hamas telah ditetapkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebagai organisasi teroris asing (Foreign Terrorist Organizations) pada bulan Oktober 1997. Selain Amerika Serikat, negara-negara yang mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris adalah Kanada, Uni Eropa, Jepang, Yordania, Mesir, dan Israel.
2. Kekuatan Proksi Iran Di Timur Tengah
Selama beberapa dekade, para Ayatollah Muslim Syiah yang berkuasa di Iran melalui Revolusi Islam tahun 1979 telah berusaha membangun kekuatan proksi yang berpikiran sama dengan mereka di wilayah Timur Tengah, yang berarti bahwa sepanjang sejarahnya, Iran secara strategis menggunakan kelompok-kelompok teroris sebagai proksi mereka. Hal ini disebabkan kebijakan luar negeri dan keamanan Iran adalah melatih, mendanai, dan mempersenjatai kelompok-kelompok milisi non-negara yang ekstrimis diseluruh Timur Tengah. Dan Iran menyebut hal ini sebagai “Poros Perlawanan”, tetapi sering digambarkan pihak lain sebagai “Bulan Sabit Syiah” yang membentang mulai dari Yaman, Irak, Suriah, Libanon, hingga Gaza.
Hamas merupakan kelompok Poros Perlawanan di kawasan Timur Tengah. Kelompok Poros Perlawanan ini didukung oleh Iran untuk berperang melawan Israel dan Amerika Serikat. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengakui dalam wawancara dengan Al Jazeera pada tahun 2022, bahwa Iran adalah donatur utama mereka dan telah menyumbang dana sebesar US$ 70 juta (Rp 1.08 triliun) untuk pengembangan sistem rudal. Dan Ali Baraka, Kepala Bidang Hubungan Internasional Hamas, dalam sebuah wawancara dengan Russia Today TV pada 8 Oktober 2023, menyatakan bahwa “First and foremost it is Iran that is giving us money and weapons”. Dan Hamas sendiri pada 7 Oktober 2023 melakukan serangan mendadak ke wilayah perbatasan Israel. Pada saat serangan itu terjadi, warga Israel sedang merayakan festival Sukkot yang berlangsung selama 7 hari.
Bagaimana dengan Hizbullah? Hizbullah dibentuk pada tahun 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan. Partai ini didirikan setelah Perang Lebanon 1982 oleh para ulama Lebanon yang belajar di seminari Syiah Hawza Najaf di Najaf. Partai ini mengadopsi model yang ditetapkan oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini setelah Revolusi Iran pada tahun 1979, dan para pendirinya mengadopsi nama "Hizbullah" yang dipilih oleh Khomeini. Sejak saat itu, hubungan erat telah terjalin antara Iran dan Hizbullah. Organisasi ini dibentuk dengan dukungan 1.500 instruktur Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), dan mengumpulkan berbagai kelompok Syiah Lebanon ke dalam sebuah organisasi yang bersatu untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon Selatan. Dan Hizbullah dan Hamas diperkirakan mengandalkan pendanaan yang berasal dari Iran. Pada tahun 2020, Departemen Luar Negeri AS memperkirakan bahwa Iran memberikan Hizbullah $700 juta per tahun. Di masa lalu, Teheran secara historis telah memberikan $100 juta per tahun kepada kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam Palestina. Sementara itu, sumber-sumber keamanan Israel mengatakan bahwa aliran dana Iran ke sayap militer Hamas telah meningkat dari $100 juta menjadi sekitar $350 juta per tahun sejak tahun lalu.
3. Hamas Menolak Membebaskan Sandera
Hamas yang telah ditetapkan oleh Amerika Serikat sebagai organisasi teror menolak untuk membebaskan 100 sandera yang tersisa, termasuk tujuh warga Amerika, yang mereka culik dari rumah-rumah warga Israel dan dari sebuah festival musik yang tidak jauh dari perbatasan Gaza pada serangan 7 Oktober lalu. Para sandera yang dibebaskan selama gencatan senjata singkat mengatakan bahwa mereka kelaparan dan disiksa, dipenjara di terowongan tanpa udara, dan dipenjara di rumah-rumah warga sipil Gaza. Beberapa menyaksikan wanita Israel diperkosa. Tawanan termuda kini masih balita. Yang tertua berusia 86 tahun.