Dan terjadi percakapan demikian: “Jika kami ke kampung Lamalaka apa yang harus kami makan?” Tanya sang tikus. Lalu para petani dari kampung Lamalaka menjawab, “pergilah dan makan segala tumbuhan pengganggu tanaman di kebun kami, misalnya ilalang dan sebagaianya”.
Tikus melontarkan pertanyaan yang sama sampai beberapa kali sehingga kemudian menimbulkan rasa bosan pada diri para petani dari kampung Lamalaka. Para petani kemudian menjawab, “pergi ke sana dan makanlah apa pun sesuka hati kalian”.
Alhasil, semua tanaman yang ada di kebun milik para petani di kampung Lamalaka habis dimakan oleh tikus, bahkan pakaian tenunan seperti sarung yang ada di rumah pun juga dimakan.
Oleh karena itu, setiap tahun seluruh warga di kampung Lamalaka melakukan ritual DOPO NAO untuk memberantas hama tikus.
Ritual ini sebagai tanda pengantaran pulang tikus ke kampung halamannya di Mako Lamaole. Berikut rangkaian acara ritual DOPO NAO:
Pertama, orang yang berwenang (Suku Lamanele) mencari seekor tikus lalu dimasukan ke sebuah wadah kecil seperti kurungan yang berbentuk persegi.
Mereka juga merancang dua buah perahu kecil yang terbuat dari kelapa. Perahu tersebut digunakan untuk mengantar tikus.
Kedua, pada malam menjelang dilakukan ritual keesokan harinya, seluruh warga kampung khususnya kaum laki-laki (amalake) berkumpul bersama di kampung adat.
Ketiga, pada pagi yang masih awal ritual dimulai dengan semua laki-laki berkumpul di sekitar rumah adat, lalu ketua adat mulai menyampaikan pantang yang harus dipatuhi oleh semua warga di kampung selama empat hari terhitung mulai dari hari dilakukan ritual.
Pantangnya adalah semua warga tidak diperkenankan untuk pergi ke laut dan ke kebun. Empat hari ini dinamakan hari sengsara (malu mara).