Keliru jika dibenak pembaca terbetik pikiran alumni dimaksud adalah massa yang berkumpul di salah satu monumen di Jakarta atau alumni jenjang pendidikan yang menyatakan dukungan bagi paslon presiden dan wakil presiden. Kita kesampingkan menu pilpres yang panas membakar lidah dan beralih ke menu suam kuku bernutrisi menenangkan.
Judul di atas merupakan terjemahan dari: Why alumni?, pertanyaan dari satu kawan guru yang menanyakan alasan penulis menayangkan video Gabriella Hyacinta Louisa di kelas 7 pada saat pembelajaran Bahasa Inggris.Â
Icha, panggilan akrab gadis tersebut, mengisahkan sebagian hidupnya -- tentu tidak ada kaitannya dengan pilpres -- tentang usahanya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, dan ini yang terpenting, manfaat yang dia peroleh dari kemampuannya berbahasa Inggris.Â
Ketika kuliah di jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Icha mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar ke Korea. Kesempatan berikutnya datang setelah usai studi: bekerja di negeri gingseng ini.
Hal yang mirip terjadi pada Michael Dohan yang bekerja di resort di Jepang. Juga pada Klara Ajeng Canyarasmi yang sedang menimba ilmu sinematografi di California, Wendy Kartikasari yang meyelesaikan SMP di SMP Waringin dan melanjutkan studi sampai bekerja di Singapura, Verena Fidelia yang study di Australia serta Adrian Dimas Prasetyo yang mendapatkan beasiswa LPDP untuk post graduate programme di benua Kanguru.Â
Siapakah mereka itu? Nama-nama yang penulis sebutkan adalah alumni SMP Waringin Bandung. Mereka sosok-sosok yang menjadi living proof -- saksi hidup -- yang merasakan manfaatnya menguasai Bahasa Inggris.
Memasuki tahun pelajaran 2018/2019, penulis tertantang untuk mendorong dan memotivasi para siswa baru kelas 7 untuk mencintai Bahasa Inggris, dan bukan sebaliknya. Kecintaan itu tentu tumbuh karena suatu alasan. Alasan inilah yang penulis pikirkan; Â alasan yang menyangkut hidup bukan siapa-siapa tetapi hidup mereka sendiri.Â
Terpicu gagasan kelas inspirasi yang menghadirkan narasumber ke dalam kelas (class visit) dan berbagi pengalaman, penulis berpikir untuk mendatangkan mereka yang memiliki pengalaman berharga tentang kemampuan Bahasa Inggris. Kendalanya, siapa yang akan didatangkan ke kelas; adakah anggaran 'sangu' untuk mereka; bagaimana mencari jadwal yang cocok dengan kesibukan mereka.Â
Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat penulis ragu dan meluruhkan antusiasme sampai gagasan muncul ketika penulis sedang berselancar di media sosial. Membaca dan mengomentari posting-posting mantan murid memunculkan ide mengapa tidak melibatkan para alumni ini untuk memberikan testimoni atas manfaat Bahasa Inggris bagi mereka.Â
Berdasarkan informasi yang penulis ketahui, maka penulis browsing nama-nama alumni. Dan... aha! Dalam hitungan kurang dari satu jam, nama-nama di atas penulis kirimi pesan permintaan bantuan testimoni. Permintaannya sederhana; meminta para alumni memperkenalkan mereka, pekerjaan atau pendidikan mereka, manfaat Bahasa Inggris yang mereka alami, dan tentu saja ajakan serta tips-tips mempelajari Bahasa Inggris untuk dibagikan kepada adik-adik kelas mereka di SMP Waringin.Â
Dengan harap-harap cemas, penulis menunggu tanggapan mereka dan gayungpun bersambut. Tanpa menunggu waktu lama, keesokan harinya, 2 alumni mengirimkan video testimoni. Salah satu mengirimkan lewat akun sosial media dan yang lain melalui link google drive. Tentunya testimoni mereka dalam Bahasa Inggris. WOW!!! Amazing! That's it! That's exactly what is in my mind!