Mohon tunggu...
Simon P. Sarkol
Simon P. Sarkol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya adalah seorang swasta yang berdedikasi dalam bidang pengembangan sosial ekonomi dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat lokal. Saat ini, saya sedang aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Asmat, khususnya terkait isu climate action dan ketahanan pangan. Saya juga terlibat dalam pengelolaan Credit Union di Asmat dan berbagi pengalaman seni musik dengan sekolah-sekolah di wilayah tersebut.

Saya adalah seorang swasta yang berdedikasi dalam bidang pengembangan sosial ekonomi dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat lokal. Saat ini, saya sedang aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Asmat, khususnya terkait isu climate action dan ketahanan pangan. Saya juga terlibat dalam pengelolaan Credit Union di Asmat dan berbagi pengalaman seni musik dengan sekolah-sekolah di wilayah tersebut. Sebelumnya, saya memiliki pengalaman selama 3 tahun sebagai Freelance-Staf kontrak-Staf lapangan Project Asmat Makmur untuk LSM di Jogja, yang bekerja sama dengan salah satu Keuskupan di Papua. Proyek ini didukung oleh sebuah perusahaan di Jerman. Pengalaman tersebut membekali saya dengan pengetahuan dan keterampilan yang berharga dalam pekerjaan saya saat ini di Asmat. Selain itu, saya juga memiliki minat dalam pembuatan konten video, menulis, dan bermain musik. Saya mahir bermain gitar, organ gereja, dan keyboard. Bahkan, saya juga mengelola layanan kursus musik offline dengan nama Musik Asmat Sejahtera. Saya sangat antusias dalam menghadapi dinamika politik di Asmat dan berkomitmen untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat lokal. Jika Anda tertarik atau memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email atau WhatsApp yang tertera di atas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersama-sama Masyarakat Kampung As-Atat Memelihara Budidaya Sagu dan Menjaga Lingkungan

9 Mei 2023   09:35 Diperbarui: 9 Mei 2023   09:38 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan dari Agats ke As-Atat

Kami memulai perjalanan dari Agats dengan menggunakan speedboat 85 pk menuju Stasi St. Petrus & Paulus As-Atat pada sore hari sekitar pukul 16.00. Perjalanan yang akan memakan waktu sekitar 2 jam itu akan melewati sungai besar dan kecil yang bercabang seperti urat nadi manusia sepanjang 118,2 km. Saya menyadari bahwa jika salah masuk sungai, maka kami bisa nyasar dan terjebak di dalam sungai yang salah. Driver yang menemani saya bernama Alberto Mbicim. 

Kami memasuki sungai besar yang membelah hutan bakau dengan tenang. Sinar matahari mulai redup, dan langit menjadi lebih cerah dan jingga. Kami menyusuri sungai dengan perlahan, menikmati keindahan alam yang memukau. Burung-burung terbang di atas kepala kami, dan suara alam yang tenang dan damai membuat saya merasa sangat nyaman dan rileks.

Namun, ketika kami mulai masuk ke sungai-sungai kecil yang bercabang, perjalanan menjadi lebih menantang. Driver speedboat harus sangat teliti dan berhati-hati dalam memilih jalur yang benar. Saya merasa sedikit khawatir karena jika salah masuk sungai, kami bisa saja tersesat di dalam hutan bakau yang luas.

Tiba-tiba, driver speedboat memberi tanda untuk berhenti di tepi sungai kecil. Saya sempat bertanya-tanya mengapa kami harus berhenti, tetapi kemudian saya melihat mesin speedboat di angkat. Driver memberi tahu saya bahwa mesin speedboat tersangkut kotoran dahan kayu.

Perjalanan kami terus berlanjut, dan kami melewati beberapa 'rumah tempat cari makan' yang indah dan tenang. Beberapa orang terlihat sedang mandi di tepi sungai, sementara yang lainnya sedang menangkap ikan dengan jaring. Asap mengepul dari dalam rumah itu. Saya merasa sangat terkesan dengan kehidupan sederhana mereka di tengah hutan bakau yang masih asri.

Setelah melewati beberapa sungai kecil, kami akhirnya tiba di Stasi St. Petrus & Paulus As-Atat. Saya merasa sangat bahagia dan terkesan dengan perjalanan yang luar biasa ini. Meskipun ada rasa khawatir di awal perjalanan, perjalanan ini tetap menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan akan selalu terukir di dalam ingatan saya.

Hari Pertama:

Saat mentari masih merangkak naik dan dedaunan mulai terjuntai embun, waktu kira-kira menunjukkan pukul sembilan pagi, Di tengah keramaian di Kampung As dan Kampung Atat, terasa getaran kebersamaan yang membahagiakan. Para masyarakat telah bersatu padu di gedung Gereja Stasi St. Petrus & Paulus As-Atat, dengan tekad yang kuat untuk menjaga kelestarian budidaya sagu di daerah mereka. Mereka merasa terpanggil untuk melindungi kekayaan alam yang ada dan mempertahankan warisan leluhur mereka.

Pastor Apriyanto Bria, Pr., membuka kegiatan tersebut dengan memberikan sambutan dan pengenalan tentang tujuan dari kegiatan pengendalian gulma. Ia menyatakan dukungannya terhadap kegiatan tersebut dan berharap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Ketika Pastor Apriyanto Bria, Pr., membuka kegiatan pengendalian gulma tersebut, terdengar suara lembut dan hangat dari suaranya yang mengalun. Ia memaparkan tujuan dari kegiatan tersebut dengan jelas dan memberikan dukungan penuh kepada para masyarakat yang hadir. Tidak hanya itu, ia juga menyampaikan harapannya bahwa kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat. Terdengar jelas rasa kepedulian dan kasih sayang yang mendalam dari beliau terhadap lingkungan dan masyarakat yang ada di sekitarnya. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Setelah sambutan, saya dari Tim VCA (Voices for Climate Action) - Komisi PSE Keuskupan Agats memberikan penjelasan tentang jenis-jenis gulma yang tumbuh di sekitar lahan budidaya sagu dan mengarahkan kelompok serta membagi tugas masing-masing. Setelah itu, mereka membantu dalam persiapan dan pemilihan alat dan bahan untuk pengendalian gulma. Ketika saya, sebagai staf Komisi PSE Keuskupan Agats, memberikan penjelasan tentang jenis-jenis gulma yang tumbuh di sekitar lahan budidaya sagu, terdengar semangat dan antusiasme yang begitu tulus dari suara saya. 

Saya berusaha untuk memberikan pemahaman yang jelas dan mudah dipahami oleh para masyarakat yang hadir, agar mereka dapat mengerti dan melaksanakan tugas pengendalian gulma dengan baik. Selain itu, saya juga dengan penuh kasih membantu dalam persiapan dan pemilihan alat dan bahan untuk pengendalian gulma, sebagai bentuk dukungan dan kepedulian terhadap keberhasilan kegiatan tersebut. Semoga tindakan sederhana ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan dan masyarakat setempat serta memperkuat kebersamaan dan solidaritas yang ada.

Sebagai informasi, telah dibentuk 7 kelompok masyarakat untuk lokasi kampung As dan lokasi kampung Atat pada 17 Desember 2021. Di Kampung As ada 3 kelompok yaitu kelompok Ascai, kelompok Sam/Aipasarpes, dan kelompok Sanarpes. Di Kampung Atat ada 4 kelompok yaitu kelompok Atatcai, kelompok Buarpes, kelompok Biminarpes dan kelompok RT IV. 

Keberadaan kelompok-kelompok tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya menjaga keberlangsungan budidaya sagu dan memilih untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan mereka. Tidak hanya itu, setiap kelompok tersebut memiliki nama yang unik dan penuh makna, yang menunjukkan kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

Setelah persiapan selesai, kelompok-kelompok memulai kegiatan pengendalian gulma di lahan budidaya sagu. Mereka menggunakan berbagai macam alat, seperti parang dan kampak, untuk memotong dan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman sagu. Melihat kelompok-kelompok masyarakat yang bergotong royong untuk memulai kegiatan pengendalian gulma di lahan budidaya sagu, hati saya terasa penuh rasa syukur dan bangga akan semangat mereka dalam menjaga lingkungan dan keberlangsungan budidaya sagu. 

Saya juga terharu melihat kerja sama dan kekompakan antar kelompok dalam melaksanakan tugasnya, serta rasa tanggung jawab dan kepedulian yang mereka tunjukkan. Setiap gerakan parang dan kampak yang mereka lakukan, terasa seperti sebuah doa yang penuh cinta dan harapan untuk kebaikan lingkungan dan masyarakat.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Siang harinya, kelompok-kelompok istirahat sejenak untuk makan siang bersama. Setelah makan siang, mereka melanjutkan kegiatan pengendalian gulma hingga sore hari. Saya memantau dan mengevaluasi efektivitas metode pengendalian gulma yang telah diterapkan oleh kelompok-kelompok tersebut. Saat kelompok-kelompok masyarakat sedang istirahat makan siang bersama, saya melihat betapa eratnya hubungan antar kelompok yang terjalin dengan baik. Mereka tidak hanya saling bekerja sama saat melakukan pengendalian gulma, namun juga saling mengenal dan bertukar informasi tentang kegiatan yang mereka lakukan di kampung masing-masing. Saya merasa terharu melihat semangat dan kebersamaan yang terjalin di antara mereka.

Ketika kegiatan pengendalian gulma dilanjutkan, saya melihat betapa teliti dan hati-hati mereka dalam mengambil tindakan untuk memotong dan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman sagu. Setiap gerakan yang mereka lakukan terasa penuh kesabaran dan kehati-hatian, seolah mereka menyadari betapa pentingnya menjaga keberlangsungan budidaya sagu bagi keberlangsungan hidup mereka dan masyarakat sekitar.

Saya merasa sangat terkesan dan bangga dengan semangat dan kerja keras yang ditunjukkan oleh kelompok-kelompok masyarakat ini.

Hari Pertama diakhiri dengan evaluasi singkat tentang kegiatan tersebut. Saya memberikan pengarahan dan masukan bagi kelompok-kelompok tentang cara meningkatkan efektivitas pengendalian gulma. Setelah itu, warga Kampung As dan Kampung Atat kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk kegiatan di hari kedua. 

Setelah hari yang melelahkan, warga Kampung As dan Kampung Atat pulang dengan perasaan bangga dan puas. Mereka merasa senang karena telah melaksanakan tugas penting dalam menjaga keberlangsungan budidaya sagu di daerah mereka. Meskipun capek, semangat mereka tak pudar dan justru semakin berkobar. Semua itu terlihat dari senyum sumringah di wajah mereka ketika pulang ke rumah masing-masing. Terima kasih kepada para pahlawan pengendali gulma yang telah bekerja keras demi kesejahteraan masyarakat setempat!

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Hari Kedua:

Pada hari kedua, kelompok-kelompok kembali berkumpul di lahan budidaya sagu untuk melanjutkan kegiatan pengendalian gulma. Mereka memulai kegiatan sejak pagi hari dengan lebih terorganisir dan terampil setelah mempelajari efektivitas metode pada hari pertama. Saat matahari terbit, semangat dan tekad kelompok-kelompok tersebut semakin terlihat. Mereka telah mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh di lahan budidaya sagu dan tahu bagaimana cara mengendalikannya dengan lebih baik. 

Dengan keahlian dan pengalaman yang semakin terasah, mereka mampu bekerja lebih efektif dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Tak hanya itu, kekompakan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok juga semakin terjalin erat, membentuk ikatan sosial yang kuat di antara mereka. Sungguh, kegiatan pengendalian gulma ini bukan hanya sekadar tugas, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antarsesama warga di Kampung As dan Kampung Atat.

Selama hari kedua, kelompok-kelompok mengevaluasi hasil dari kegiatan pengendalian gulma pada hari pertama dan mengidentifikasi keberhasilan dan kekurangan dari metode yang telah diterapkan. Saya memberikan masukan dan saran tentang cara meningkatkan efektivitas pengendalian gulma. Meskipun kegiatan pengendalian gulma mungkin terdengar sepele, namun di balik itu terdapat kerja keras dan tekad dari para masyarakat Kampung As dan Kampung Atat yang telah bersatu untuk menjaga keberlangsungan budidaya sagu. Dalam suasana yang penuh semangat dan kebersamaan, mereka berusaha untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan tersebut dan belajar dari pengalaman pada hari pertama untuk meningkatkan efektivitas pada hari kedua.

Inilah kekuatan dari kebersamaan dan solidaritas dalam mengatasi masalah bersama. Dalam momen seperti ini, tercipta kehangatan yang menyatukan masyarakat dalam satu tujuan, yaitu untuk memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan sekitar mereka.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Setelah makan siang, kelompok-kelompok kembali melanjutkan aktivitas mereka. Kelompok memulai pengendalian gulma dengan metode manual menggunakan parang dan kampak. Saya tetap berkeliling ke setiap kelompok untuk memastikan bahwa pengendalian gulma dilakukan dengan baik. Saat saya melihat para anggota kelompok dengan semangat bekerja keras untuk memotong dan mencabut gulma dengan alat yang sederhana, saya merasakan kebanggaan dan terharu. Mereka memperlihatkan semangat gotong-royong dan kebersamaan dalam menjaga keberlangsungan budidaya sagu di kampung mereka. Melihat kebersamaan ini membuat saya yakin bahwa kegiatan ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat.

Setelah beberapa jam bekerja di lahan budidaya sagu, kelompok-kelompok kemudian berkumpul untuk melakukan evaluasi terhadap metode yang telah diterapkan. Saya bertanya kepada setiap kelompok tentang metode yang mereka gunakan, apa yang berhasil dan tidak berhasil, serta masukan dan saran dari setiap anggota kelompok.

Dari evaluasi tersebut, Saya menyarankan beberapa metode yang lebih efektif dalam pengendalian gulma di lahan budidaya sagu. Saat memberikan saran metode yang lebih efektif, Saya juga memberikan motivasi dan dorongan kepada kelompok-kelompok agar tidak mudah menyerah dan terus bersemangat dalam melakukan pengendalian gulma. 

Saya mengingatkan mereka bahwa kegiatan ini sangat penting untuk menjaga produktivitas dan kesehatan tanaman sagu, yang merupakan sumber kehidupan utama bagi masyarakat setempat. Saya berharap bahwa usaha mereka dalam pengendalian gulma ini dapat menghasilkan hasil yang lebih baik di masa depan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.

Setelah hari kedua berakhir, sore hari, kelompok-kelompok berkumpul untuk mengevaluasi hasil pekerjaan mereka. Saya memberikan apresiasi kepada seluruh kelompok atas kerja keras mereka dalam menjaga keberlangsungan budidaya sagu di Kampung As dan Kampung Atat. Saya juga mengatakan bahwa hasil kerja mereka sangat memuaskan dan memberikan dampak yang positif untuk lahan budidaya sagu. Saya sangat bangga melihat semangat dan kerja keras dari seluruh kelompok dalam menjaga kebersihan lahan budidaya sagu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Pada evaluasi terakhir ini, saya memberikan mengatakan bahwa kegiatan pengendalian gulma ini adalah contoh nyata dari upaya untuk menjaga keberlangsungan lingkungan dan ekonomi masyarakat. Saya juga berharap bahwa kegiatan serupa dapat terus dilakukan di masa depan.

Setelah evaluasi selesai, kelompok-kelompok pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan puas dan senang atas hasil kerja keras mereka. Mereka merasa bangga dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengendalian gulma ini dan berharap bahwa lahan budidaya sagu di Kampung As dan Kampung Atat akan terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Sungguh indah rasanya melihat semangat gotong royong dan cinta tanah air yang tercermin dari kegiatan pengendalian gulma ini. Semoga kebersamaan ini akan terus melekat di hati dan menjadi inspirasi untuk menjaga kelestarian lingkungan di masa depan.

Perjalanan Pulang dari As-Atat ke Agats

Pagi itu, saya bersama driver hendak melakukan perjalanan ke Agats. Kami akan menggunakan speedboat untuk melakukan perjalanan tersebut, dan speedboat sudah siap menunggu di pelabuhan kecil di dekat Gereja.

Namun, ketika mesin speedboat dinyalakan, mesin tidak bisa merespon dengan baik. Driver berusaha memperbaiki mesin tersebut, tetapi ternyata masalah tersebut lebih rumit dari yang kami kira. Kami harus menunggu hampir satu jam sampai masalah mesin tersebut bisa diperbaiki dan speedboat bisa berjalan dengan baik.

Setelah speedboat mulai berjalan, kami memasuki sungai kecil yang bercabang-cabang. Perjalanan menjadi sangat menarik karena kami bisa melihat kehidupan masyarakat di tepi sungai.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Saat kami melewati sebuah sungai besar, driver memberi tahu saya bahwa sungai tersebut adalah sungai yang sangat penting bagi masyarakat setempat karena di sungai itu banyak ikan yang bisa ditangkap. Kami melihat banyak perahu kecil dan orang-orang yang sedang menangkap ikan dengan jaring.

Selama perjalanan, kami juga bisa melihat keindahan alam yang memukau. Hutan bakau yang rimbun dan luas, dan langit yang cerah membuat kami merasa sangat nyaman dan rileks.

Kami akhirnya tiba di Agats, ibukota kabupaten Asmat. Perjalanan dari As-Atat ke Agats mungkin sedikit mengalami kendala di awal, tetapi kami sangat menikmati perjalanan tersebut. Keindahan alam dan kehidupan masyarakat setempat membuat perjalanan ini menjadi sangat menarik dan akan selalu terkenang di dalam ingatan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun