Hari Kedua:
Pada hari kedua, kelompok-kelompok kembali berkumpul di lahan budidaya sagu untuk melanjutkan kegiatan pengendalian gulma. Mereka memulai kegiatan sejak pagi hari dengan lebih terorganisir dan terampil setelah mempelajari efektivitas metode pada hari pertama. Saat matahari terbit, semangat dan tekad kelompok-kelompok tersebut semakin terlihat. Mereka telah mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh di lahan budidaya sagu dan tahu bagaimana cara mengendalikannya dengan lebih baik.Â
Dengan keahlian dan pengalaman yang semakin terasah, mereka mampu bekerja lebih efektif dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Tak hanya itu, kekompakan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok juga semakin terjalin erat, membentuk ikatan sosial yang kuat di antara mereka. Sungguh, kegiatan pengendalian gulma ini bukan hanya sekadar tugas, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antarsesama warga di Kampung As dan Kampung Atat.
Selama hari kedua, kelompok-kelompok mengevaluasi hasil dari kegiatan pengendalian gulma pada hari pertama dan mengidentifikasi keberhasilan dan kekurangan dari metode yang telah diterapkan. Saya memberikan masukan dan saran tentang cara meningkatkan efektivitas pengendalian gulma. Meskipun kegiatan pengendalian gulma mungkin terdengar sepele, namun di balik itu terdapat kerja keras dan tekad dari para masyarakat Kampung As dan Kampung Atat yang telah bersatu untuk menjaga keberlangsungan budidaya sagu. Dalam suasana yang penuh semangat dan kebersamaan, mereka berusaha untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan tersebut dan belajar dari pengalaman pada hari pertama untuk meningkatkan efektivitas pada hari kedua.
Inilah kekuatan dari kebersamaan dan solidaritas dalam mengatasi masalah bersama. Dalam momen seperti ini, tercipta kehangatan yang menyatukan masyarakat dalam satu tujuan, yaitu untuk memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan sekitar mereka.
Setelah makan siang, kelompok-kelompok kembali melanjutkan aktivitas mereka. Kelompok memulai pengendalian gulma dengan metode manual menggunakan parang dan kampak. Saya tetap berkeliling ke setiap kelompok untuk memastikan bahwa pengendalian gulma dilakukan dengan baik. Saat saya melihat para anggota kelompok dengan semangat bekerja keras untuk memotong dan mencabut gulma dengan alat yang sederhana, saya merasakan kebanggaan dan terharu. Mereka memperlihatkan semangat gotong-royong dan kebersamaan dalam menjaga keberlangsungan budidaya sagu di kampung mereka. Melihat kebersamaan ini membuat saya yakin bahwa kegiatan ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat.
Setelah beberapa jam bekerja di lahan budidaya sagu, kelompok-kelompok kemudian berkumpul untuk melakukan evaluasi terhadap metode yang telah diterapkan. Saya bertanya kepada setiap kelompok tentang metode yang mereka gunakan, apa yang berhasil dan tidak berhasil, serta masukan dan saran dari setiap anggota kelompok.
Dari evaluasi tersebut, Saya menyarankan beberapa metode yang lebih efektif dalam pengendalian gulma di lahan budidaya sagu. Saat memberikan saran metode yang lebih efektif, Saya juga memberikan motivasi dan dorongan kepada kelompok-kelompok agar tidak mudah menyerah dan terus bersemangat dalam melakukan pengendalian gulma.Â
Saya mengingatkan mereka bahwa kegiatan ini sangat penting untuk menjaga produktivitas dan kesehatan tanaman sagu, yang merupakan sumber kehidupan utama bagi masyarakat setempat. Saya berharap bahwa usaha mereka dalam pengendalian gulma ini dapat menghasilkan hasil yang lebih baik di masa depan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.