Aku tidak dapat mempercayai mata ketika aku melewati jalan tanah antara surga dan padi. Sulit bagi aku membayangkan betapa buruknya kehidupan, komplikasi dan realitas yang dialami separuh populasi di bumi Cenderawasih.
Ketika kesenjangan antara kaya dan miskin terus melebar, semakin jelas bahwa perampingan dan mempertahankan gaya hidup yang lebih sederhana menjadi semakin pragmatis.
Orang-orang terpesona oleh gagasan nasib dan takdir yang menarik, menantang, dan abadi sepanjang sejarah. Fundamentalitas ini mengacu pada gagasan bahwa kehidupan Sweetland mengikuti jalur yang tetap dan tidak dapat dihindari.
Meskipun gagasan tentang nasib dan takdir sering berubah dari waktu ke waktu, beradaptasi dengan banyak budaya dan kepercayaan, kombinasi misteri dan daya tariknya terus memikat pemikiran dan imajinasi manusia.
Setiap orang dalam hidup ini, baik kaya maupun miskin, membuat mereka sulit menyerah dan mujur. Namun cerita yang tertulis di sini menunjukkan mengapa orang "Miskin di Tanah Surga, Kaya di Tanah Padi" adalah masalah pola pikir dan kehidupan.
Mengapa demikian, karena dengan pola pikir dan kehidupan yang benar, orang dapat mengatasi tantangan, bertumbuh dari pengalaman baru, dan menghadapi dunia dengan sikap positif.
Aku tidak condong pada satu sisi paradigma pemikiran dan narasi kehidupan yang mengatakan bahwa hidup di tanah padi jauh lebih baik daripada hidup di tanah surga. Aku yakin kita semua yang menjalani realita kehidupan ini pasti merasakannya. Aku tahu itu, karena aku berkontemplasi.
Aku tidak akan berbicara banyak tentang tanah surga, lebih banyak lagi yang akan kita tanyakan tentang tanah yang terkoyak? Aku cuma mau bilang, padahal tanah surga aku tidak merasa tidur di kasur, rasanya masih tidur di atas rumput duri.
Realitas hidup, pengalaman baru, permasalahan baru, dan dinamika manusia, semua datang tanpa diundang, bahkan pergi tanpa pamit. Menunjukkan bahwa terkadang segala sesuatunya terasa janggal dan tidak nyaman, namun apa yang kita dapatkan dan rasakan sebagai imbalannya seratus persen sepadan.Â
Fakta ini adalah contoh sempurna mengapa tinggal di tanah surga merupakan suka duka luar biasa yang mengubah hidup. Karena kesempurnaan tanah surga bukanlah pencapaian akhir, melainkan konsistensi dalam perbaikan diri.