Di balik riuhnya suara Cenderawasih dengan nadanya yang mendayu-dayu, nanti kita cerita tentang Papua yang tak terelakkan, menyapa dengan terang di pelupuk mata. Bumi Cenderawasih dengan kemolekannya menyimpan banyak cerita.
Rahasia, cinta dan revolusi hanya bisa didengar oleh hati yang ikhlas dan telinga yang mau mendengarnya. Hikmat dan kebijaksanaan diberikan kepada mereka yang terbuka menerima keajaiban dan kenyataan.
Ada energi luar biasa dalam cerita yang akan terdengar di masa depan dari orang-orang masa lalu yang telah meninggalkan legasi kepada generasinya. Mereka pasti akan mengenal banyak dari kita dengan segala kiprah, usaha dan perjuangan kita masing-masing selama itu sampai disini.
Seharian aku hanya duduk merenung dan menulis, bagaimana pengalaman ini nanti kita cerita, tentunya di suatu masa yang akan datang. Hari itu pasti akan terdengar dan terlihat. Setelah menyisihkan rasa penasaran, kini aku mencoba bertanya kepada Cenderawasih tentang bagaimana kabarnya.
"Oh, kamu tidak tahu?" jawabannya balik bertanya "Iya, sepertinya cerita kita sudah beberapa tahun tidak terdengar!" Aku menulis. Selepas itu, tanpa mereka duga, kita bercerita panjang lebar tentang Papua.Jangan berjalan terlalu jauh untuk mencari pendongeng yang memenuhi benak kita. Padahal, cerita yang sesungguhnya terletak pada diri kita sendiri.
Nanti kita cerita tentang kehidupan yang luruh di tengah hingar bingar dunia dan nurani yang terluka. Semula mereka melihat mata yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali orang-orang dari masa lalu. Orang pasti akan mendengarkan cerita yang luar biasa dengan saksama. Sebuah cerita langka tentang Papua yang dimulai puluhan tahun lalu.
Kita awali dengan tangan hampa, nekat keluar dari rumah meninggalkan orang-orang tercinta demi mencari kehidupan yang layak, sayangnya kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.
Doa kecil untuk mendapatkan kehidupan yang baik di negeri ini demi orang-orang tercinta ternyata belum juga terkabul. Kehidupan seolah tak berdaya dalam mencari tempat tinggal yang nyaman.
Tahun pertama berlalu dengan kering, tahun kedua semakin berat, tahun ketiga hingga tahun-tahun berikutnya kepedihan tak kunjung usai. Waktu berjalan lamban dan berat, enam puluh tahun kehidupan di Papua tidak nyaman, selalu berteduh dibawah tekanan terik matahari dan suasana negeri yang semakin garang. Namun tabah bertahan dalam kesabaran dan ketidakpastian hidup.
Kehidupan di balik gemuruh dan kebisingan kota akan lebih buruk dari hutan rimba. Jika kita tidak tahu bagaimana cara mencari kedamaian, di hutan bahkan jauh lebih baik, masih bisa menemukan buah-buahan, merasakan kedamaian dan kesejukan tanpa beban dan persoalan hidup. Tapi di kota? Kota belantara penuh penderitaan yang menjerat siapa pun yang tidak mampu bersaing.