Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Masa Liburan di Parasakh, Kisah Hidup Orang Meck di Pegunungan Folmimpi

30 Agustus 2022   21:39 Diperbarui: 1 September 2022   02:00 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim kemarau adalah hari yang paling ditunggu. Memulai kehidupan di sini agak drastis, musim akan berubah secara bertalian. 

Terlihat para pria memegang seikat anak panah (Yin, Pee'i, Puss, Mall) yang bersandar di atas bahu, kapak juga tergantung, parang yang tidak pernah absen di tangan sebagai pemotong embun berumput di tengah perjalanan.

Disusul kemudian oleh ibu-ibu dan gadis-gadis elok, dengan bahu standar Noken (Akh) menjulang dari kepala ke belakang. 

Sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan ketika gerombolan Babi (Pham) yang mengikuti majikannya, seekor Anjing (Kam) menjadi pengawal setia di setiap petualangan.

Rasanya ogah-ogahan, saat suasana permukiman masyarakat sepi disertai kemarau berkepanjangan. Matahari akan sangat panas, kering dari waktu ke waktu, tidak ada lagi tetesan air hujan dari langit biru. Semua pintu rumah telah ditutup, daun hijau diselipkan ke celah pintu, itu adalah rumah Pelaboyo berlibur.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa ini adalah tradisi liburan yang turun-temurun dari leluhur. Jauh sebelum itu, masyarakat Meck sudah mengenal masa liburan sebagai bentuk rekreasi atau piknik dan sebagainya. 

Seperti diketahui, Parasakh memang menjadi destinasi wisata yang istimewa. Kendati pun demikian, bagi suku bersejarah yang tinggal di pegunungan Folmimpi.

Kehidupan mulai berpusat di Parasakh, terdapat dusun-dusun kecil yang tertutup jerami di tengah hutan pendingin tropis terbaik di dunia. Terdengar puluhan bahana hewan yang beragam, terlihat ratusan flora endemik yang tumbuh menghiasi dan mengelilingi dusun.

Gambar Ilustrasi Parasakh: trek-papua.com
Gambar Ilustrasi Parasakh: trek-papua.com

Langit yang cerah, pegunungan sangat terlihat karena pancaran sinar matahari. Drama alam dan keindahannya semakin menambah mood yang terpikat untuk berada di tempat ini berbulan-bulan. 

Karena terpatri akan membuat setiap orang selalu datang berlibur dan menikmati setiap suara alam pegunungan yang ada di kawasan ini.

Seikat ilalang mulai mengering, setelah dibabat untuk berkebun, halaman dan seluruh rumah menjadi lebih bersih dan rapi. Bagasi tergantung di dinding, tingkat langit-langit rumah diisi dengan kayu bakar. 

Di sinilah kehidupan baru akan dimulai. Api dinyalakan di tengah tungku untuk menghangatkan rumah yang lembap, asap putih akan keluar melalui celah-celah papan.

Parasakh memiliki nama-nama dusun tersendiri (Sekhmakh lomakh, Pisirongko, Howelengka, Komperekh, Pangkik, Masa'angkola, dan lain-lain), seperti yang kerap disebut oleh masyarakat Folmimpi. 

Satu sungai besar (Sesom) dan sungai kecil lainnya membelai dusun itu hingga terletak terpisah.

Gambar Ilustrasi Parasakh: trek-papua.com
Gambar Ilustrasi Parasakh: trek-papua.com

Hidup terpampat di sini, mereka akan membuka halaman baru, melihat dunia baru. Tanpa ragu hidup akan teranyar, pikiran dan perasaan tidak akan menyita batin. 

Akan ada lebih banyak kenikmatan, keindahan, kebahagiaan dengan ketenaran mereka sebagai orang yang berbudaya. Inisiatif untuk rute rekreasi dan piknik ditata dan diatur dengan baik.

Hutan akan menjadi tempat berburu, gemuruh sungai akan menarik empati untuk berdandan atau berenang dalam dinginnya air yang persis dengan es batu. Pada belahan dusun tersebut, rangkaian kebun yang berjejer dan bersusun dibubuhi tanaman semakin asri.

Orang-orang Folmimpi menikmati masa liburan mereka di Parasakh. Sejauh langit dari bumi, kehidupan di hutan mempertemukan mereka dengan musim Pandan (Yaluk li), musim Merpati (Yalma li), musim Kusu (Mana li), musim Jamur (Wa'ale li). 

Sementara di desa akan ada Musim Petatas (Kwaneng li), musim babi (Pham li) dan segala sesuatu yang membentuk dan memberi kehidupan seakan datang persamaan termasuk kehidupan dimana bayi-bayi kecil akan lahir.

Segala kelimpahan yang diperoleh tidak semata-mata dan seketika karena hasil usaha pencarian manusia. Tapi itu berasal dari "IMAKHNE" (Sang Khalik). 

Jutaan syukur senantiasa bergema di langit ilahi. Demikian orang-orang Meck memahami dan meyakini Tuhan dalam kehidupan dan budaya mereka.

Tidak ada hari yang lebih indah selain Parasakh, di sinilah mereka merasa berada di ujung dunia dengan segala kebajikan dan rejeki, tanpa masalah dan beban, merasa penuh harapan dan kehidupan yang layak untuk dihuni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun