Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri Potong Leher di Desa, Awas Ada Potler!

27 Agustus 2022   16:54 Diperbarui: 27 Agustus 2022   17:04 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jembatan: piamanexplore.com

Cerita ini sudah tidak asing lagi bagiku, pada awal 2005-2006, "Potler" masih terdengar di kalangan penduduk desa. Ketika berusia 8 tahun, kami baru pindah dari kota ke desa karena ayah pindah tempat tugas ke Negeri di atas Istana Pasir Putih.

Kebanyakan orang mengatakan bahwa ada Potler sekarang di desa dan biasanya menculik anak-anak kecil, kemudian kepalanya akan dipenggal sebagai tumbal dan dimasukkan ke dalam sebuah karung untuk dijadikan sebagai pondasi jembatan.

Mendengar cerita Potler, aku masih kecil menjadi sangat ketakutan, kebiasaan bermain di kota hingga larut malam, sekarang harus berhenti tepat pukul 17.00 sore, kala gelap malam mulai menyungkup dunia.

Lebih menakutkan lagi, penduduk desa mengatakan Potler biasanya melakukan aksi bejat di sore hari. Meskipun sering bermain diselimuti rasa takut dengan riuhnya salakan Anjing. Tapi aku selalu berkemas untuk mendekap Ayah. Tentu bermain tidak jauh dari rumah.

Jika terdengar berita penculikan atau berita kehilangan anak kecil di desa, mereka akan berasumsi bahwa aktor itu tidak lain adalah Potler. Padahal, sejak kami di desa, aku sendiri tidak pernah melihat kasus penculikan.

Meskipun terdengar sangat menakutkan sebagai seorang anak, aku tidak pernah berpikir bahwa cerita misterius ini bisa menyebar ke penduduk desa. Diceritakan begitu saja, tanpa sebab dan asal. Ambigu tapi masih percaya pada fiksi.

Leluconnya, aku baru paham di usia 25, kira-kira sekaranglah, hahaa,,,,,. Apakah itu mata pelajaran sejarah? Jadi Anda dapat memahami dan mengetahui tentang asal-usul dan penyebabnya. Ini adalah cerita fiksi yang terdengar konyol,  tapi entahlah.

Misteri tumbal pondasi jembatan di Indonesia barat lebih dikenal dengan nama Potong Kepala, namun di Indonesia bagian timur khususnya di Papua dikenal dengan istilah Potong Leher (Potler). Meski ceritanya sama, barangkali dialektika penyebutan yang membedakan keduanya.

Namun, dari sudut pandang ini, cerita tentang tumbal kepala manusia untuk dijadikan pondasi pembangunan jembatan, sebenarnya sudah ada sejak masa penjajahan ratusan tahun yang lalu.

Kononnya, melansir dari piamanexplore. Saat itu negeri ini masih mengandalkan rakit untuk menyeberang sungai. Lalu datanglah insinyur-insinyur Belanda untuk membangun burg atau jembatan. Karena minimnya pengalaman yang dimiliki warga, mereka kebingungan dan bertanya kepada para meneer tersebut.

"Hai Tuan Meneer bagaimana cara yang ampuh agar kami bisa membangun jembatan yang kokoh dan awet?" "Dengan ini!" jawab salah seorang meneer sambil menempelkan jari telunjuknya tepat di kepala orang yang bertanya. Dari dialog tersebut, warga berasumsi bahwa untuk membangun jembatan yang kokoh, maka harus menggunakan kepala manusia.

Tentu tidak ada yang mau kepalanya dijadikan tumbal. Maka munculah dongeng orang potong leher atau lebih tepatnya orang potong kepala untuk mencari tumbal dengan cara menculik dan memenggal kepala.

Padahal bagi para meneer Belanda, saat ia menunjuk kepala, itu berarti menggunakan isi kepala untuk menghasilkan jembatan yang kokoh, alias otak.

Misteri di balik Potong Leher (Potler) yang dimulai ratusan tahun lalu kini semakin jelas. Bahwa ternyata penduduk desa di Papua selama ini salah sangka. Dasar bajingan.

Pada masa itu cerita Potler terdengar menyeramkan. Tapi di sisi lain memberikan dampak positif. Terutama istilah ini sering disampaikan oleh orang tua agar kami tidak bermain jauh dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun