Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setelah 40 Tahun, Apa Jadinya Bumi Cendrawasih Tahun 2062?

22 Agustus 2022   11:33 Diperbarui: 31 Agustus 2022   23:31 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Masa Depan : danzierg.com

Bukan regenerasi saat ini yang mengidap, mungkin luka ini akan terasa disana. Begitu dalam kesakitan dan penderitaan, apakah mereka bertekad kuat untuk membuat rasanya ingin melepaskan diri dari belenggu? Akankah mereka putus asa memiliki kehidupan yang lebih baik di sana?

Tahun 2062 masih sangat jauh dari harapan dan kenyataan. Untuk mengetahui seluk beluk disana pasti kita akan membuat lebih banyak teka-teki dan paradoks agar tidak tersesat dalam perjalanan menuju satu abad.

Kenyataan yang kita hadapi saat ini adalah bahwa warna kulit gelap dan keengganan terhadap arang, dianggap hanya percikan kecil dari konflik yang telah berkecamuk selama 60 tahun terakhir. Sebuah keniscayaan yang meledak karena ketidakadilan.

Akankah mereka mengenang bekas luka dari warna kulit? Atau ketidakadilan? Apakah mereka akan terabaikan? Tertinggal Jauh di belakang? Menjadi daerah yang tersisih dan terpinggirkan? Penuh kemiskinan dan jauh dari kehidupan yang layak? Itulah gambaran bumi Cendrawasih yang kaya, tanahnya beremas, tetapi kehidupannya tetap nadir.

Meski masih ada harapan, kesangsian sebuah hati selalu menggeliat. Lantas bagaimana jadinya nasib mereka di tahun 2062? Kepada siapa harus mengadu? Kepada siapa harus berharap? Nyatanya, dunia hanya melihat mereka sebagai objek dominion.

Melihat mirisnya realita yang terjadi. Haruskah berbenah diri lagi? Apapun segala upaya yang dilakukan untuk menghapus air mata dari mata mereka. Sebaliknya, itu akan menimbulkan pertanyaan baru. Benarkah semua permen kids itu bisa membuat mereka bahagia? Nyatanya, alih-alih mendapati peran seseorang, yang tampaknya berperan penjahat serakah yang dzalim.

Sayang sekali, apa yang dibanggakan dari negeri serpihan surga, meskipun mereka sedih, suara batin mereka tidak jelas, rasanya dunia ini tidak akan pernah tahu bahwa mereka sedih, dengan meninggalkan ketimpangan yang menganga.

Generasi hari ini bermimpi dan merenung. Akankah mereka memiliki kehidupan yang baik? Apakah mereka juga mendambakan kesejahteraan hakiki? Semoga mereka tidak lagi menjadi pengecut dan pecundang, tidak lagi memohon belas kasihan dan keadilan. Tidak terukir di hati mereka bahwa orang lain pernah berkasih. Sayangnya, dunia turut mengamini bahwa mereka pasti bisa.

Jika tahun 2062 datang, itu menunjukkan cita-cita luhur dari bumi Cendrawasih untuk membangun kembali kehidupan yang bermartabat, dan mengangkat harapan setinggi langit, dan meringankan semua urusan dan kesusahan hidup. Maka dengan kejayaan dan kemuliaan peradaban mereka akan bersatu teguh dan bangkit selayaknya bumi lain yang tak tergoyahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun