Begitu banyak halaman yang saya baca, hanya sebuah tulisan di halaman 174 yang membuat saya takjub, itu tertulis ketika seorang guru bertanya "Kalian tau ka tidak, siapa Presiden RI? Tanya pak guru Ismail. Sebagian siswa menjawab serempak, Christian Sohilait".
Di sinilah kita dapat hikmahnya bahwa, orang nomor satu di Republik Indonesia, bahkan pejabat negara sekelas Presiden. Para siswa dan siswi di pedalaman Papua sama sekali tidak tahu. Apa berartinya dan siapa dia bagi mereka di balik gunung?
Orang akan dikenal dan masyarakat akan mengenal, bukan karena kapasitas. Jabatan itu sekedar kursi manis di kantor. Tetapi apa yang harus ditantang dalam kapasitas ini adalah untuk membaktikan segenap kehidupan dan kematian kepada mereka yang lumpuh, buta, tuli, haus dan lapar. Itulah yang disebut pekerjaan yang paling mulia dan upahnya besar di surga.
Saya pikir ini saat yang tepat dalam pengabdian Chris dan menunjukkan dirinya sebagai "Beta Papua". Chris telah menjadi sosok Presiden yang akan dikenang, dikenal oleh anak-anak dan disegani masyarakat di sana.
Keluarga malaikat tanpa sayap kelahiran Tanjung Allang yang dipilih Tuhan bagi mereka yang membutuhkan sentuhan tangan kasih. Melayani di pedalaman Papua, tidak dengan kata yang muluk-muluk, itu tidak ada faedahnya. Hanya kepribadian yang sederhana, untuk menolong mereka yang berharap dalam ketidakpastian hidup.
Apresiasi yang luar biasa, bukti nyata dengan kehadiran keluarga Sohilait di bumi Cendrawasih. Mereka mendedikasikan hidup dan matinya. Bagi masyarakat yang sering orang kategorikan congo dan pirimitif.
Tuhan memberkati dalam menjalankan amanah dan "Dia"lah yang membalas semua dedikasi dan pengabdian keluarga Sohilait di bumi Cendrawasih yang kita cintai bersama. Semoga banyak kemudahan, salam hangat dan sukses selalu bung Chris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H