Cerita menarik ini, berasal dari pinggiran Timur, mungkin bumi Cendrawasih, bisa dibilang, tempat pertama kali aku bertemu ayah mengajariku cara berdoa.
Sebuah nama yang cukup menggoda untuk disapa "Kosarek Valley", aku tahu benar hiruk-pikuk masa kecil di sini, meski sangat jauh dari kata mewah, tapi di sini kita kaya dengan berbagai kenangan dan renungan.
Kehidupan dimulai dari rumah yang beratapkan seng-aluminium, dindingnya dilapisi papan, meskipun memberi kesempatan untuk angin melalui celah-celah kecil, kami cukup nyaman dengan selimut tebal yang dibelikan ibu, menutupi seluruh bagian tubuh, sehingga kami merasa hangat kala dinginnya hawa malam dingin di pegunungan.
Sebuah jendela yang sering kami intip aktivitas orang yang lalu lalang, dengan kepala kecil diangkat ke samping rumah, di dalamnya terdapat dua kamar, ruang tamu dan ruang makan, ruang Single Sideband (SSB)Â serta sebuah dapur. Semuanya diapik sebaik mungkin.
Tapi yang tak kalah menarik lagi dari kehidupan ini adalah toiletnya, sepertinya kami berada bersebelahan rumah, di sini mereka menyebutnya dengan nama "Kakus", meski kedengarannya lelucon, begitulah kira-kira sebutannya, hmmm.
Aku merindukan teman masa kecilku dalam tulisan ini, kami tumbuh bersama, meskipun memiliki rahim yang berbeda, dia adalah sahabat karibku yang paling galak, tidak ada yang bisa mendekati rumah, ketika dia menjadi pengawal yang setia. Namanya "Blacky" seekor anjing yang gede, semua orang takut dan menjauh darinya.
Jauh sebelum gumaman tentang doa di meja makan, mungkin pengantar cerita untuk permulaannya seperti itu, aku harus melakukan itu jika ingin melanjutkan. Rasanya tidak sudi, pergi tanpa pamit
Sejenak ibuku menyajikan makanan di atas meja yang terbuat dari kayu, ketika tiba waktunya makan, bersama ayah kami semua duduk mengelilingi meja makan.
Sesaat sebelum itu, semua orang menyuruh aku untuk memimpin doa makan, dan itu adalah pertama kalinya dalam hidupku, sejak kecil. Tapi tidak sedikit pun aku merasa gugup untuk berdoa.
Karena aku yakin pasti ada Ayah di dekatku, jadi aku bisa bertanya kata-kata untuk mengucapkan doa, semua orang di meja terdiam sembari menatapku.