Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

GKI di Tanah Papua: 66 Tahun Gereja Tua Berdiri di atas Bumi Cenderawasih

26 Oktober 2021   00:00 Diperbarui: 26 Oktober 2022   06:27 3532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa sesungguhnya perayaan hari lahirnya Gereja Kristen Injil di Tanah Papua, 26 Oktober 1956  merupakan Anugerah Tuhan yang dinyatakan sepanjang masa di atas negeri kulit hitam berabad yang lalu.

Penting bagi kita mereview sejarah agar menghantarkan kita pada masa lalu untuk mengetahui seluk-beluk para pendahulu dan perintis pekabar Injil dengan segala karya, pelayanan, pengabdian hingga berdirinya gereja Tuhan yang diwarnai dengan perayaan dan syukur.

Regenerasi yang hidup dewasa ini rentan melupakan sejarah. Oleh karena itu, goresan ini ditorehkan untuk membawa kita ke alam berpikir supaya melihat lebih jauh masa lalu yang penuh gelora demi mewujudkan gereja yang esa di atas Tanah Papua.

Cikal bakal pembentukan embrio Gereja Kristen Injili di Tanah Papua atau singkat disebut (GKITP) tidak terlepas dari hasil sejarah penginjilan serta karya dan pelayanan para Zendeling selama satu abad (1855-1956) di bumi Cenderawasih.

Napak tilas lahirnya gereja tua adalah sebuah pergumulan dan perjuangan yang panjang dalam menorehkan gebrakan untuk menyatakan Syalom Allah di atas Tanah Papua.

Menggeluti fenomena sejarah pada masa awal, maka kita akan menjumpai batu nisan bapak leluhur Pekabar Injil di Kwawi yang bertuliskan : "Berbahagialah orang yang tidak nampak namun percaya". 

Tulisan ini, sejatinya mengingatkan kita bahwa keadaan pada masa itu tidak sebaik sekarang. Patut diakui, awal penginjilan itu dilangsungkan belum satupun pekerjaan yang nampak bahkan satu pun orang Papua yang belum mengalami pertobatan maupun menyambut-Nya dengan terbuka.

Namun, penanaman Injil tidak hengkang sampai disitu. Para Malaikat penyelamat utusan Utrech Zendings Verenigeeng (UZV) dan Nederlandsche Hervormd Kerk (NHK) yang datang di kemudian hari usai wafatnya Ottow & Geissler, sepenuhnya mereka memberikan perhatian dalam perintisan dan penaburan benih Firman Tuhan.

Meskipun diperhadapkan dengan karakteristik dan dinamika kehidupan orang Papua pada masa itu yang menggeliat dan terbentur dengan kepercayaan kafir bahkan adat istiadat yang tidak mau tunduk pada kenyataan Injil.

Nampaknya, perlahan tapi merambat dalam memproklamasikan implementasi misi Kerajaan Allah di bumi Papua, yang sebelumnya menjadi tembok pemisah seakan berubah menjadi kompas untuk menunjukkan jalan, tirai-tirai menjadi titik temu dan penyataan dogmatis menjadi pendekatan religio-kultural.

Pekabaran Injil sampai ke berbagai pelosok Papua dalam pewartaannya tetap sama, meskipun zona daerah dan zona budaya yang berbeda. Sesungguhnya hal ini memberi kesan tersendiri, bahwasannya Injil yang sejati itu terserap dan menyesuaikan diri terhadap kebudayaan setempat.

Disisi lain, pelayanan penginjilan di Tanah Papua mengalami stagnasi dan trauma besar akibat perang dunia kedua yang dipimpin oleh Jepang dan sekutu Amerika dibawah pimpinan Jenderal Mac-Arthur (1942-1946) yang merambak sampai menimbulkan pemboman dan pertempuran sengit di beberapa wilayah.

Inilah masa yang kemudian disebut dengan "Masa Ujian dan Percobaan". Tak dapat dipungkiri bahwa penginjilan di Tanah Papua tidak hanya berjalan mulus saja, akan tetapi diperhadapkan dengan berbagai rintangan dan tantangan.

Namun, semangat perjuangan dan perluasan penginjilan tidak pernah pudar untuk menampakkan kuasa Tuhan di atas Tanah Papua. Dilandasi dengan semangat inilah, Pdt. F.J.S. Rumainum menamainya "Masa Pembangunan Kembali dan Persiapan Menuju Gereja yang Berdiri Sendiri".

Semua yang telah lebur akibat perang dunia kedua, kembali meletakan fondasi yang diawali dengan pembentukan struktur organisasi gereja yakni Majelis Jemaat, Klasis dan Resort. 

Persiapan menuju Gereja yang mandiri dan berdiri sendiri dimulai sesudah 75 tahun pekerjaan Zending di Papua (1855-1930) yang merupakan tujuan utama pembentukan embrio dari hasil pekerjaan pekabaran Injil.

Pada Tahun 1946 Jemaat-Jemaat dibangun dengan penatalayanan yang diarahkan dan dipimpin menuju suatu gereja yang berdiri sendiri dengan tekanan kepada tanggung jawab yang harus dipikul secara bersama.

Lebih fokus pada pembentukan gereja hingga pada tahun 1951 terjadi reorganisasi UZV ke dalam Zending der Nederlandse Hervormde Kerk (ZNHK) yang berperan penting dalam membentuk jemaat yang ada untuk berdiri sendiri dan pembangunan kembali secara utuh pekerjaan dan organisasi gereja.

Kemudian, untuk melahirkan suatu kekristenan yang dibangun diatas dasar perjumpaan antara Injil dan kebudayaan Papua, dalam dalam kesempatan itu menyorotkan sifat dan nilai budaya yang menjadi kerangka pembangunan teologis dan gereja.

Langkah-langkah menuju gereja yang mandiri terus didorong dan digumuli dalam konferesi-konferensi. Selanjutnya, pada tahun 1954 berlangsung Proto Sinode (Sinode Persediaan) di Serui, yang merangkum pokok-pokok penting demi mewujudkan keesaan gereja.

Disusul, pada tanggal 5 Februari 1955 tercatat sebagai hari dan tahun penting dalam sejarah pekabaran Injil di Tanah Papua, sekaligus diperingati sebagai Yubelium Seratus Tahun Pekerjaan Zending di Papua. Dengan ini berakhirlah sejarah panjang yang penuh gejolak dan keajaiban.

Hari yang dinanti-natikan pun dimulai. Hal ini ditandai dengan pelaksanaan sidang sinode umum pertama yang dilangsungkan pada tanggal 18-26 Oktober 1956 di Jemaat Harapan Abepura, Pdt. F.J.S. Rumainum dipilih sebagai ketua Badan Pekerja Harian Sinode Umum (BPHSU Periode 1956-1960).

Saat yang persamaan ditanggal 26 Oktober 1956, diikuti dengan upacara peresmian yang dihadiri oleh perwakilan jemaat, klasis, dan resort yang sudah terbentuk, termasuk para Zendeling. Peresmian pembentukan Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea dikukuhkan oleh Dr. F.C. Kamma sebagai Ketua Zending Gereja Hervormd Belanda.

Bukan sebuah mimpi, melainkan kenyataan Tuhan atas kehendak-Nya yang agung maka lahirnya gereja Tuhan diatas negeri ini. Cita-cita, usaha, maupun kerja keras yang panjang telah membuahkan hasil yang signifikan dan memuaskan.

Lahirnya embrio Gereja Kristen Injil di Nederlands Nieuw Guinea, (sekarang kerap dikenal GKI di Tanah Papua) merupakan suatu peristiwa, bukan karena peresmian GKI memperoleh bentuk dan organisasi yang definitif, tetapi juga karena sudah lama terpatri menjadi harapan pendiri gereja sebagai tempat berkumpulnya segala orang percaya dari segala suku dan bangsa.

Betapa susah dan senang menghadirkan gereja Tuhan yang mandiri dan misioner diatas bumi Cenderawasih dari masa keniscayaan sampai masa kejayaan. Sudah sepatutnya kita menysukuri momentum "26 Oktober" yang menjadi hari bersejarah bagi kita.

Tentunya, bila 26 Oktober di tahun-tahun yang akan datang pun, kami pasti mengenang hari itu. Karena sejarah masa lalu, akan hidup di masa depan sampai selamanya. Selamat ulang tahun GKI di Tanah Papua yang Ke-66 Tahun. Kami selalu bersamamu berkiprah mengibarkan panji Kristus di Tanah Perjanjian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun