Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matahari yang Terbit dari Timur Akan Terbenam Selamanya

15 Oktober 2021   18:16 Diperbarui: 18 Agustus 2022   13:02 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abock Adsobne Busup (Dokpri)

Mengukir luka di hati dengan kepergian. Jutaan tangis tanggal 3 Oktober 2021 dari Bumi Cenderawasih sedang menggema di langit ilahi.

Orang cerita, jujur batin terpukul saat dengar itu berita duka. Tapi saya harus insaf, bahwa hidup memiliki pilihan tersendiri tanpa berencana.

Beberapa hari sebelum berangkat ke Bali dari Jakarta beliau diundang menyampaikan materi di Komunitas Pelajar Mahasiswa Yahukimo (KPMY) di Aula Museum Expo Waena, Jayapura. Dalam rangka Penerimaan Anggota Baru KPMY Tahun 2021.

Saya pun di undang panitia dan pengurus menjadi moderator dalam kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari dari Rabu-Kamis 29-30 September 2021.

Seminar yang dirancang dalam bentuk diskusi panel. Saya menemani beliau menjadi moderator, dengan judul materi yang di sampaikan adalah : "Membangun Pendidikan Politik di Kalangan Generasi Muda Guna Meningkatkan Profesionalisme Berpolitik".

Dengan durasi waktu 1 jam, di mulai dari jam 13.00 - 14.00. Penyajian materi pun berlangsung dengan antusias dalam ruangan yang dipenuhi para mahasiswa mahasiswi sekitar 520 orang.

Usai memaparkan materi beliau bergegas meninggalkan ruangan dan menuju Sentani. Dalam perjalanan beliau telepon WhatsApp dua kali, namun handphone saya sedang Offline sehingga tidak dapat menerima panggilan masuk.

10 menit kemudian setelah saya mengaktifkan handphone, terlihat dua panggilan tak terjawab dari beliau.

Saya pun lekas-lekas menelpon balik, beliau angkat telepon dan bilang : "stand by sebentar kita jumpa di rumah". Sahut saya : "Baik bapa saya tunggu dan sebentar saya ke rumah".

Setibanya di rumah dari Sentani, beliau menelpon saya untuk segera ke rumah. Pada pukul 19.27 saya berkemas-kemas dan ke rumah.

Sesampainya saya di rumah, kami saling menyapa. Kami duduk di teras samping yang menyisihkan kami bertiga, diantaranya saya, bapa Abock dan Wani. Kebetulan Wani juga bersama beliau datang dari Sentani.

Kami santai bersenda gurau dan basa-basi sembari menikmati minuman dan roti coklat yang beliau sendiri sajikan di atas meja.

Sejam lamanya kami berbincanng-bincang tentang banyak hal, entah itu tentang masa lalu, sekarang, maupun persoalan akan masa depan yang menanti.

Sebelum mengakhiri perbincangan beliau memberi satu tugas yang harus kami kerjakan. Karena beliau mengatakan "Saya akan bertemu sebentar dengan Pak Gubernur di Koya, Sekprinya barusan konfirmasi", Tutur beliau.

Singkat cerita beliau bilang : "Nanti setelah selesai kerja nanti kita kroscek kembali sebelum distribusi karena dalam waktu dekat Bapa ke Bali dulu". Ucapnya lagi, sambil beliau mengirim berkas via WhatsApp ke kami.

Selesai pertemuan pada malam itu, Rabu tanggal 29 September 2021, pukul 21.00, kami pamitan dengan beliau dan pulang ke rumah.

Tidak lama kemudian, sebelum menjumpai beliau. Hatiku dirundung pilu, Minggu tanggal 3 Oktober 2021, pukul 12.00 dari Sentani saya dengar berita bahwa beliau telah meninggal dunia.

Benar-benar saya merasa sedih dan merasa kehilangan figur terbaik yang kami miliki dan akan pernah kami memiliki seumur hidup dalam lembaran bunga bangsa. Namun, ruang dan waktu telah memisahkan kita.

Seakan saya tak percaya dan tak berdaya, dengan kenyataan hidup yang menerpa kami. Nubuatan dan misteri yang sudah terwujud bahkan separuhnya dalam proses perwujudan. Kendati pun demikian jadinya kenyataan ini.

Selekas itukah engkau telah tiada, dan menyisihkan kami sendirian tanpa sosok yang terpimpin bagi diri kami yang sedang meneteskan air mata haru. Walau hati sakit, terkadang kami pura-pura bahagia.

Motivasi dan wejangan di malam terakhir akan kami ingat selalu karena sudah tertanam dan membekas dalam benak dan batin. Karena sekarang kehilangan kata-kata untuk lebih banyak berbicara.

Bila hari hari-hari yang datang, kami kembali merangkai kata-kata untuk mengatakannya, sementara bibir tak bisa berucap, hati ini sangat gundah. Setelah kami percaya akan kemustahilan ini, pasti ada kalimat yang banyak. Kami sayang Ayong, tetapi Tuhan lebih sayang Ayong.

Ayong ee... Selamat Jalan Sampai kita jumpa di lautan kaca dan kroscek kembali tugas-tugas dan Mimpi-mimpi yang Ayong kasih tahu untuk masa depan. Beristirahatlah dengan Damai, Tuhan menyambut Ayong di seberang sana.

Penulis : Seno Rocky Pusop

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun