Tak dapat dipungkiri, untuk memulai kehidupan di Papua itu sangat sukar, saat perubahan iklim ketika berada di daerah pesisir dan pegunungan karena lebih rentan terkena malaria.
Selang beberapa menit kemudian, saya dibangunkan untuk menyantap hidangan, petatas bakar, sayur lilin dan seruput kopi jahe yang agak panas agar memberikan sedikit kelegaan pada tubuh.Â
Sehabis makan, saya berpinta pada para malaikat mungil yang sekitaran rumah untuk mengurut saya. Sesudahnya, saya menitipkan pesan lisan kepada mama-mama untuk membawakan Jahe segar dari Kebun di belahan dusun-dusun.
Keesokan paginya, saya bangun dalam keadaan walafiat, tanpa kuk dan teka-teki. Seperti kehidupan terdahulu, saat mentari mulai bersinar, dan memancarkan cahayanya.Â
Segenap orang akan mengancangnya untuk menghangatkan tubuh dibawa semburan sinar, agar pagi terasa lebih adem sambil menikmati drama alam di sekeliling, sekalian menyantap sarapan. Hal ini sudah lama menjadi tradisi di kawasan pegunungan Timur Provinsi Papua.
petualangan ke dusun-dusun dan kami mengemas momen-momen terbaik untuk mengabadikannya.Â
Selama di Pos kami prakarsa rute-rute
Seharian kami full rest sebelum memulai petualangan, agar tubuh kami dalam keadaan super-vit dengan tenaga dan daya lebih mapan supaya kami bisa berjalan menyusuri medan-medan di zona pedalaman.
Satu tantangan besar yang akan kita hadapi selama berada di kawasan ini adalah kedingingan. Memang tak bisa kita hiraukan. Saat berada di ketinggian 4000 meter diatas permukaan laut, di siang hari suhu udara cukup memberikan kenyamanan dan lebih syahdu.
Namun, sekonyong-konyong gulita menghampiri bumi dramanya semakin berbeda, hawa malam akan terasa lebih dingin dan menyengat dalam hati. Lebih parahnya lagi, berkunjung ke pemukiman yang terletak diatas puncak pegunungan, malahan sadis sebab tersendu karena dingin.Â
Itulah sebabnya, di rumah-rumah adat akan terlihat tungku api didalamnya dengan nyala yang benderang dan memberi kehangatan pada seisi rumah.