Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Diary

Masa-Masa Awal Kehidupan

21 Juli 2021   19:00 Diperbarui: 23 Juli 2022   13:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin pagi di bulan Januari 1997 tertanggal 17 itu bermula di pinggiran Pegunungan Timur, Kampung Kosarek. Sebagaimana hari senin biasanya. Aku di lahirkan di sana dan aku mengenal baik hiruk-pikuk kehidupan di tempat itu.

Terdengar suara anak-anak yang bermain di jalan bercampur dengan riuhnya salakan babi dan anjing. Aku sedang menikmati mandi seninan ku di atas loyang yang halus di dapur rumah petak kami. Kami hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos. Angin dari lembah bagian lapangan terbang yang bertiup tampaknya enggan mengenai seluruh tubuh ku saat Ibu melabkan dengan sebuah handuk bertulisan UCU.

 SSB (Single Side Band) di salah satu sudut ruangan yang nyaris tanpa isi itu menambah semacam iringan untuk acara dengar-dengaran kami. Ayah mematikan SSB itu sebentar saat datang khidmat dari jam 11 terdengar dari SBB. Aku, di usia 3 tahun, lebih tertarik dengan bunyi permainan dari jalanan daripada suara SSB yang berdengung.

“oh” seru ibuku sambil senyum,                  dengan expresi wajah 

“Ada apa Bu” aku bertanya

“Berangkat... berangkat...”

Hampir bersamaan saat dia mengucapkan kata itu yang hanya sedikit ku pahami  ̶  gema sorakan sudara-sudaraku (Welky dan Walina), yang menyenangkan dari suara kegembiraan mereka yang berbunyi keras dalam seluruh rumah. Itu adalah berita yang kemudian seringkali ku dengar sepanjang bulan berikutnya.

Pada awal musim hujan tahun 1999, Ayah memanggil kami untuk ke Kota sehingga kami berangkat ke Wamena  ̶  bukan suatu perpindahan yang besar dalam konteks letak geografis karena Wamena terletak hanya sekitar 74,9 km dari Kosarek. Disinilah kami mengawali hidup di tengah kota dengan penuh kebisingan suara motor, mobil, dan lainnya. Menghabiskan sisa kanak-kanak dengan segala masalah yang datang bersamaan.

Wamena terletak di perbatasan Yahukimo dan beberapa kabupaten lainnya dan sekarang merupakan pemukiman bagi banyak pekerja orang La-pago. Bukan suatu kota yang besar, namun cukup sibuk populasi manusia dan volume kendaraan yang padat, terutama dari Jalan Irian. Pemandangan alam luar kota, di sekelilingnya yang indah, di lingkungan pasir putih, air garam, dan lain-lain. 

Terkenal sebagai tempat yang di cari orang yang berkediaman di Kota Wamena untuk rekreasi akhir pekan. Dua kali besar (Ue dan Baliem) yang mengalir melalui Wamena, juga kali-kali kecil dan sebuah Kanal, semuanya mendukung berkembangnya industri-industri yang membutuhkan air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun