Pagi itu kulihat dirinya duduk di sudut ruangan tempat yang kami tinggali. Kulihat matanya bengkak memerah dan juga masih tersisa sedikit buih air mata di sudut matanya. Mukanya pucat, tatapannya kosong, dan dahinya mengkerut seperti sedang memikirkan suatu hal yang tidak ada habisnya. Sesekali raut wajahnya menunjukan ekspresi sedih seakan telah kehilangan sesuatu yang berharga.
"Kamu kenapa, sedang ada masalah apa kamu ?", tanyaku kepadanya berharap ia bisa menceritakan masalahnya kepadaku. Tetapi ia masih saja diam dan tak mau menjawab. Aku pun berinisiatif untuk membiarkan dirinya sendiri dahulu untuk beberapa waktu agar hatinya tenang dan bisa menceritakan masalahnya kepadaku.
Aku pun pergi ke warung disamping balai desa untuk membeli kopi dan juga rokok untuk kami berdua nanti. Setelah ku seduh kopi dan memberikan kepadanya, tak lupa juga dengan sebatang rokok untuknya. Kembali ku bertanya dengan pertanyaan yang sama kepadanya, namun kali ini dengan nada yang sedikit halus dan juga tenang. Akhirnya ia pun menjawab, bahwa tadi malam ia telah kehilangan sosok kekasih hatinya yang sangat ia cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H