Mencumbu sunyi yang gelinjang,
mendekap malam resah
Terjebak paruh bulan diantara deretan awan,
aku seperti menuai cahaya di balik punggung hujan
Diceruk wajah gemintang,
geriap satire menoreh kabut
Perlahan mengendap menuju labirin,
Lukisan elok meludah angin
Aku hanya menatap kosong,
barisan bintang dan sungging senyumnya
Tanpa busur tanpa baju,
ku lepas larik nafas yang pernah ku hirup bersama pijar
Masih dan masih terus berjalan
di kolong waktu menganyam sebait cerita : duka
tapi aku bukan dabir dengan kerajaan langitnya,
kidung hatiku hanyalah debu....
Bandung Tubir Malam Tanpa warna....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H