Proofraeding Para Diskleksia
Proofraeding atau swasunting adalah proses meninjau ulang sebuah teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Proses ini memang sangat terkaitan erat dengan penulisan. Sedangkan dunia penulis adalah kegiatan yang mungkin akan dijauhi oleh para penderita disleksia, karena kegiatan ini cukup mengras tenaga dan pikiran bagi orang yang mengalaminya. Â
Menurut kutipan yang  dari halaman Siloam hospital, disleksia diartikan sebagai gangguan proses belajar yang berpengaruh pada kemampuan membaca, menulis, dan berbicara. Gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa membuat penderita disleksia kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata.
Gangguan seperti ini, dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Dengan gangguan seperti ini, sangatlah menyulitkan untuk menulis dengan rapih tanpa ada kesalahan. ntk mengurangi kesalha penulisan dan mengefektifkan sebuah kalimat, maka perlu dilakukan proofreading. Proses ini sudah sepatutnya dilakukan oleh semua penulis.
Maka setelah menulis selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proofreading. Proses proofreding ini sebainya tidak dilakukan selama menulis, tetapi lakukanlah setelah semua tulisan selesai. Karena berdasarkan pengalaman jika dilakukan bersamaan maka seringkali tulisan tersebut tidak akan selesai. Â Adapun langkah-langkah proses tersebut sebagai berikut :
1. Baca perlahan dan hati-hati: Membaca teks dengan teliti untuk menemukan kesalahan kecil yang mungkin terlewatkan.
 Bagi penulis yang mengalami disleksia, kemungkinan besar ada penulisan kata yang susunan katanya terbalik, terutama untuk kata-kata yang cukup panjang.
2. Periksa satu jenis kesalahan dalam satu waktu: Misalnya, fokus pada kesalahan ejaan terlebih dahulu, kemudian kesalahan tata bahasa, dan seterusnya. Â Hal ini sangat membantu penulis untuk memperbaiki setiap kesalahan dengan lebih baik.
3. Gunakan alat bantu: Menggunakan alat bantu seperti kamus, thesaurus, dan software proofreading untuk membantu menemukan kesalahan. Alat bantu ini sangat memudahkan para penulis, terutama bagi para disleksia yang biasanya akan melakukan kesalahan mengetik pada kata yang sama. Â
4. Cetak teks: Membaca versi cetak  sebuah tulisan, sering kali lebih efektif dibandingkan membaca di layar. Karena ketika kita membaca tulisan pada kertas, mata kita dapat membaca lebih baik tanpa ada gangguan dari radiasi sinar monitor. Â
5. Istirahat sejenak: Mengambil jeda sebelum melakukan proofreading dapat membantu menyegarkan pikiran dan meningkatkan ketelitian.
6. Bagi penulis yang memang merasakan gangguan disleksia alangkah lebih baik meminta bantuan teman atau profesional untuk melakukan proofreding terutama untuk karya yang memat cukup banyak kata, seperti buku teks, novel, dan sebagainya.
Maka bagi para penulis yang memiliki gangguang seperti ini, mungkin perlu membiasakan diri dan bekerja lebih keras untuk melakukan proofraeding. Sehingga ketika tlisannya diterbitkan akan mengrangi kesalahan dalam penulisannya. Â
Dengan stategi yang seasuai dan pembiasaan, maka penjadi seorang penulis bukanlah hal yang mustahil bagi seseorang dengan gangguan disleksia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H