Bayangan Malam
Langit malam itu tidaklah terlalu terang, meski bulan cukup terang. Saat itu, lampu penerangan jalanan di kota kecil tersebut belumlah terlalu baik.
Saat itu, awal tahun 1980-an, di kota kecil tempat saya tinggal, penerangan belumlah sebaik sekarang ini. Meskipun ada di pulau
Jawa, Tepatnya di kota kecil bernama Sumedang yang termasuk dalam provinsi Jawa Barat.
Selepas Sholat Magrib, Mang Kosim akan mempersiapkan gerobaknya, kemudian mendorong sampai di depan sebuah toko yang
sudah tutup, dan memulai berjualan. Setiap malam dia akan berjualan di tempat yang sama, sehingga kami, warga sekitar
jika memerlukan keperluan mendadak saat malam, tempat yang tepat untuk dikunjungi ya gerobak mang Kosim. Â Meski tidak selengkap toserba saat ini.
Gerobak warna biru bagian atas cukup menjulang seperti etalase toko, yang dikelilingi kaca, sehingga kita dapat melihat barang dagangan yang dibawa oleh mang kosim.
Apa yang dia lihat setiap malam tentu merupakan pemandangan yang berbeda saat siang hari. Dia berjual rokok dan juga
barang-barang lain seperti amplop, obat-obatan, dan lain sebagainya. Dengan ditemani lampu semprong ukuran sedang, dengan
 kaca yang mulai hitam tertutup jelaga yang menempel.Â
Mendengar cerita dari mang Kosim tentang berbagai fenomena malam memberikan daya tarik tersendiri, seperti komen yang melintas, atau bahkan hanya sekedar tentang bulan purnama. Â Mang kosim akan pulang menjelang azan subuh berkumandang, jadi sepanjang malam dia begadang sambil menyibukkkan diri mengisi TTS.
Malam Jumat menjelang kemerdekaan RI, entah mengapa suasana sekitar pukul delapan malam itu terasa sunyi. Tak lama terdengar derap langkah kaki tentara dalam jumlah yang cukup banyak, satu peleton tentara angkatan darat, sedang  berjalan dengan derap yang tegas dan badan yang tegak.Mang kosim melihat itu, bersaha memberikan senyman ke arah pasukkan tersebt, namun dari raut mkannya terlihat sangat serius, dan jiak dilihat lebih jelas semua bagian mata mereka terlihat lingkaran hitam, seperti kurang tidur.
Tanpa ambil pusing, mang Kosim kembali kebalik gerobak kacanya, dan kembali mengisi soal-soal TTS. dan sayup-sayup suara derap kaki tentarapun menjauh dan hilang. Mereka menuju melintasi jalana provinsi yang menghubungan bandung sampai kota Cirebon., dan jelas arah mereka menuju kota Cirebon.
Tak berapa lama kemudian, saya datang karena diminta ayah untuk membeli sebungkus rokok kretek. Saat saya sedang membeli rokok, terdengar derap kaki satu peleton tentara. Mang Kosim pun berkata "Tadi juga sudah ada satu pasukkan yang lewat, mungkin dalam rangka kemerdekaan yah".Â