Menulis dengan pena dan kertas di era digital
Hari ini, 20 Juni 2023, kami telah mendapat jadwal bagi anak kami untuk melakukan test IQ Di sebuah Rumah Sakit. Hal ini dilakukan untuk  melihat perkembanganya setelah selama ini melakukan terapi. Pada saat test dilaksanakan, hanya satu orang yang boleh menemaninya, akhirnya istri sayalah yang menemaninya ke ruangan test.
Sementara itu, saya di ruang tunggu duduk sambil membuka gawai dan kemudia saya teringat dengan buku yang saya bawa, sebuah buku yang saya pinjam dari perpustakaan nasional.Buku tersebut berjudul "Cara Menulis Cerita" karya Prof. Dr. Wahyudi Siswanto, M.Pd. Saya meminjam buku ini karena memang tertarik unutk belajar menulis cerita.
Karena sedang libur dari pekerjaan, maka sayapun bisa lebih santai. Setelah selesai dari Rumah sakit unutuk pemeriksaan anak kami, kamipun memutuskan untuk duduk di sebah kedai kopi. Sayapun melanjutkan membaca buku yang saya bawa hingga meneyelesaiakn bab perteme. Hal yang menarik dari buku ini ternyata kita diberikan tugas terstruktur yang jika kita kerjakan, tentu menambah keterampilan kita dalam menulis.
Tertulis di akhirbab, sebagai tugas pemanasan.
1. Ambil kertas daan pena , tlislah sesutu yang Ada ketahui, apapun itu.
2. Pernahkah Anda mendengar cerita dari teman Anda? Jika ya, tuliskanlah kembali cerita itu!
Suatu kebetulan yang luar biasa, Â saya membawa pena dan kertas, serta gawai yang saya gunakan kehabisan dayanya. Maka mulailah sauya menulis. meski hasil tidak sesuai dengan tugas, tetapi di kedai itu akhirnya selesailah sebuah puisi akrostik berjudul Sayap Malaikat Kecil. Sedang kan tugas kedua saat ini baru saya tulis sebanyak 2 paragraf.
Dan ternyata saya baru menyadari, ketika kita memang mau belajar menulis di zamaan digital seperti ini yang biasa kita lakukan dengan cara menegetik di laptop atau gawai lainnya. Peran pena dan kertas ternyata masih memiliki peranana penting, terutama ketika ide muncul sementara gawai kita kehabisan daya dan tidak ada tempat untuk pengisian daya, maka kita dapat menggunakan kertas dan pena untuk menuliskan ide tersebut.
Marilah sebagai manusia pembelajar kita tetap siap sedia dengan pena dan kertas kita untuk menulis, meski zaman sudah memasuki era digital, dimana kita sudah terbiasa menulis di gawai kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H