Sering kali proses Khitan atau sunat dihubungkan dengan kewajiaban seorang laki-laki muslim atau ketika  proses seorang menjadi muslim (mualaf).Â
Paradigman tadi berkembang pada lebih kurang tahun 1980-an. Tetapi kini, saat  ilmu pengetahuan dan keterbukaan , sunat tidak lagi dilakukan untuk alasan kewajiban agama dan kepercayaan  tertentu. Â
Dibeberapa wilayah di Indonesia terdapat pula  kebudayaan yang melakukannya, bukan menurut kewajiban agama.
 Sebagai contoh kebudayaan yang berkembang di suku Jawa, mereka melakukannya atas dasar tradisi, jadi kaum laki-laki pada suku ini, meskipun tidak menganut ajaran agama  Islam, mereka melakukan nya atas dasar tradisi.
Seiring dengan berkembanganya dunia kesehatan dan ilmu pengetahuan, kini ini banyak yang melakukannya dengan alasan kesehatan atau kebersihan, baik atas kesadaran sendiri ataupun rekomendasi tenaga medis. Bahkan dikalangan keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia, yang sebelumnya tertutup & tabu akan hal ini. Â
Adapun dampak yang dapat ditimbulkan apabila seorang laki-laki dewasa mempunyai kulit kulub yang panjang, diantaranya :
1. Menyebabkan ejakulasi dini.
2. Urethritis.
3. Mudah mengakibatkan penyakit ginekologi dalam pasangan.
4. Kulup yang terlalu panjang lebih sering untuk mengakibatkan bahan mainan dalam kulup tadi, hal permainan tadi bisa menaikkan resiko terkena infeksi dalam kulup (penis).
5. Libido adalah impak menurut kulup yg terlalu panjang, dan bisa juga menghipnotis kenikmatan dalam ketika berafiliasi badan menggunakan pasangan anda.
6. Jika nir mencicipi ejakulasi dini & impotensi adalah imbas menurut impak kulit penis (kulup) yg terlalu panjang.
7. Sering terjadinya mimpi basah adalah menurut impak kulit kulup yg terlalu panjang.
8. Kulit penis terlalu panjang bisa mengurangi kenikmatan dalam ketika mencicipi rangsangan dalam ketika pemanasan menggunakan pasangan anda.
9. Gesekan dalam kain bahan celana anda dampak menurut panjangnya kulit kulup bisa mengakibatkan timbulnya luka yg berlanjut dalam ketika hendak membuang air mini .
Dari beberapa alasan inilah, kaum pria yang tidak memiliki kewajiaban Agama, juga melakukan Khitan. Khitan atau sunat adalah proses pemotongan kulit penutup (kulup), dalam istilah medis disebut foreskin, Â yang menutupi gland penis pria. Proses pemotongan ini bertujuan untu mempermudah kaum pria membersihkan bagian lipatan kulit penis.
Berdasarkan survei yang saya lakukan terhadap pria non muslim, secara acak dan dalam waktu yang relatif lama, karena sulitnya mendapatkan responder yang bersedia menjawab. Salah satu alasannya karena merka merasa tabu ntuk membicarakan hal ini.Â
Pada umumnya generasi 2000-an menjalani proses sunat ini karena saran dari orang tua mereka atau rekomendasi dokter, meskipun terkadang ayah mereka tidak melakukannya. Sedangkan generasi yang lahir sebelum 2000-an, yang sudah bersunat, umumnya mereka jalani atas kesadaran sendiri dan kebanyakan dilakukan di usia dewasa, bukan atas anjuran orang tua mereka. Atau ada juga yang melakukannya setelah mendapat rekomendasi dari dokter, sebab adanya indikasi kesehatan.
Dari sekitar 380-an responden, Â hampir mendekati 50 persen pria non muslim melakukan tindakan sunat, setengahnya lagi tidak menjalani proses sunat. Meskipun tidak tepat 50 persen, tetaoi dapat dilihat pada diagram, perbedannya sangat sedikit.Â
Umurnya pun bervariasi, dengan range umur yang ckup lebar. mulai dari 0 tahun (beberapa hari setelah lahir, bahkan ada juga yang dilakkan beberapa saat setelah lahir), sampai umur menjelang 50 tahun.Â
Alasannya cukup bervariasi, mulai dari kesehatan sebagai alasan yang paling banyak banyak, kemudian diikuti oleh alasan tradisi, rekomendasi dokter atau orang tua, dan alasan-alasan lainnya.
Hal ini terjadi kemungkinan karena mulai terbukannya pengetahuan, laki-laki non muslim terhadap kesehatan organ reproduksinya. Sementara pada tahun 1980-an, tindakan sunat yang dilakukan diusia identik dengan berpindahkan keyakinan seseorang menjadi muslim, atau disebut mualaf.
Untuk alasan kesehatan dikaitkan dengan alasan  kebersihan, karena dengan dilakukannya pemotongan kulit penutup penis, maka kaum pria akan lebih mudah membersihkannya. Alasan kesehatan ini lebih bersifat preventif, agar mengurangi resiko infeksi dari patogen yang berkembang diantara kepala penis dan kulit penutupnya.Â
Dengan terjaganya kebersihan kepala penis dari sisa air kening, dan berkurangnya kelebaban di daerah kepala penis. Berkurangnya kelembaban kepala penis dapat menurunkan perkembangan bakteri dan jamur pada daerah tersebut. Maka hal ini berhubungan dengan kesehatan organ reproduksi bagian luar. Alasan Kesehatan dan kebersihan ini mencapai 50 persen lebih, sebagai alasan kam pria melakukannya.
Alasan berikutnya adalah tradisi, untuk alasan ini saya mendapat konfirmasi terutama dari temen-temen suku Jawa, Nias, dn Makasar, Â mereka melakukan sunat ini dengan alasana tradisi, Bagi suku tersebut, apapun agama mereka, hampir semua laki-laki dari suku-suku ini menjalani proses ini, sebagian bagian dari proses pendewasaan.
Berikutnya ditempati alasan-alasan kesehatan lain, yang lebih bersifat perngobatan. Umumnya, Â karena adanya perekatan kulit penis ata disebut phimosis. Pada responden yang mengalami ini, umunya mereka melakukannya disaat masih kecil karena rekomendasi dari dokter. Ada juga yang melakukannya karena ternjadinya infeksi di usia dewasa, kemudian setelah sembuh memutuskan untuk melakukan sunat.
Hampir setengah responden juga menjawab tidak melakukan sunat, namun pada umumnya kulit penutupnya tidak mengalami pelekatan dengan kepala penis, sehingga bisa ditarik ke arah belakang dan membuat kepala penis terbuka seluruhnya. Keadaan ini membuat kaum pria yang tidak disunat tetap bisa membersihkan.
Sedang kan responden yang tidak memberi tanggapan, kemungkinan besar memang tidak menjalani sunat, dan mereka malu untuk merespon. Biarlah ini menjadi bagian dari jawaban responden. Kita perlu menghargai pendapat mereka.
Jadi untuk pria non muslim, pilihat ada di tangan Anda, ma bersnat atau tidak, yang terlebih penting adalah menjaga kebersihan organ reproduksi Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H