Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/@castleofwisdom2442 ig : @simchungwei Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah swasta di Jakarta, dan merintis sebagai seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manfaat Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)

31 Oktober 2022   13:19 Diperbarui: 31 Oktober 2022   18:44 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Manfaat Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)

Saat dulu saya menjadi siswa, terkadang adanya Pekerjaan Rumah (PR), membuat saya kesal dan merasa mengurangi waktu bermain. Apalagi jika beberapa mata pelajaran memberikan PR dalam waktu bersamaan, dan waktunya pengumpulannya juga hampir samaan.

Namun, berbeda cara pandangnya saat saya menjadi pengajar, pemberian PR ini ternyata memberikan manfaat bagi para siswa untuk mengulang pelajaran. 

Pemberian tugas ini tidak perlu terlalu banyak ntuk setiap mata pelajaran, misalnya untuk pelajaran matematika cukup 10 soal oertanyaan hitungan atau cukup 5 nomor untuk soal HOTS. Hal yang lebih penting dalam pemberian tugas ini adalah kemauan siswa untuk mengulang pelajaran yang sudah dipelajari, sehingga siswa dapat lebih memahami konsep pelajaran.

Dahulu, meskin melakukannya dengan terpaksa karena takut, ternyata memang PR tersebut membuat siswa mau belajar mengulang apa yang sdah dipelajarin di sekolah. KArena kecenderungan di budaya kita, jika tidak ada PR anak tidak dibiasakan mengulang pelajaran yang sudah diberikan. 

Untuk kasus beebrapa anak yang dikaruniai daya ingat yang baik, mungkin hal ini tidak menjadi masalah, ketika dia susah belajar dengan baim di sekolah, tanpa mengulangnyapun, anak tersebut akan ingat dan paham akan pelajaran yang sdah ia pelajarai. 

Namun, setiap anak diciptakan nik, maka ada juga anak-anak yang perlu mengulang untuk membuatnya paham dan mengingat dengan baik apa yang telah dipelajarinya di sekolah.

Di tempat saya mengajar saat ini, SPK Saint Peter School, kami memiliki kebijakan untuk tidak memberikan PR lebih dari 3 untuk tingkat sekolah dasar (primary ) dan tidak lebih dari 4 PR untuk siswa SMP dan SMA (secondary). Hal ini, dimaksudnyakn anak anak tetap meiliki waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan baik.

Setelah saya menjadi guru, ternyata PR biasa juga berupa pelajaran yang belum diperlajari, bentuk pengasanya umumnya adalah membaca bahan yang akan di pelajari. Sehingga ketika suatu topik akan dipelari di kelas, siswa sudah memiliki dasar pengetahuan tentang topik yang akan mereka pelajari, dan dapat dilakjutkan dengan metode diskusi.

Pada saat pjj saya pernah memberikan tugas mapel fisika,  tentang perbedaan Rangkaian listrik seri dan pararell dalam menyelesaikan tugas, saya  memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakannya baik dengan tulisan, diagram,  atau rekaman suara untuk menjelaskan perbedaan antara rangkaian seri dan pararel. Saya menilai dari seberapa dalam pemahaman mereka tentang kedua macam rangkaian listrik.  Hal ini untuk mengakomodir cara belajar siswa baik dengan visual, tulisan maupun audio. Para peserta didik pun tidak merasa terlalu bosan dengan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran yang lain sehingga mereka dapat mengerjakannya dengan dengan mengembangkan sisi kreativitas dan cara belajar yang mereka sukai, tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran itu sendiri.

Dalam kurikulum merdeka saat ini, sebagau guru kita dituntun lebih kreatif dan memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan beragam. Sehingga dalam memberika PR juga bisa lebih beragam, sehingga lebih variatif dan tidak cepat menimbulkan  kebosanan. Dan merekapun diberi ruang kebebasan berkreasi untuk dapat memahami suatu  topik atau konsep pelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun