Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/channel/UCL2z2EUZdml4YIKyqlpsEQw Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah Internasional di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Menghadiri Acara Bedah Buku

26 September 2022   23:34 Diperbarui: 3 Oktober 2022   23:45 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman Pertama menghadiri Acara Beda buku

Di hari  Minggu siang, 25 September 2022,   saya bermotor ke daerah terminal Blok M, Jakarta Selatan. Ini kali pertama saya mengikuti acara bedah buku secara langsung.  Acara  yang berjudul The Writters MBloc Fertival,  di selenggarakan oleh The Writers Mbloc, yang merupakan komunitas penulis.

Tujuan utama saya datang ke festival ini untuk menghadiri acara bedah buku, dengan alasan untk menambah wawasan dan mempersiapkan diri, jika suatu saat mengelar acara bedah buku yang saya terbitkan.

Meski berdomisili di Jakarta, tapi saya jarang bertualang di daerah Jakarta Selatan. Karena  belum terlalu hafal jalanan di Jakarta Selatan, sempat merasa kuatir akan kesasar. Berkat teknologi GPS di telepon genggam  saat ini, saya bisa tiba di lokasi acara dengan mudah dan tidak terlambat.

Saya sungguh terkesan dengan tempat Fertival berlangsung, meski secara tampak luar biasa saja. Setelah melewati petugas pengecekan untuk memindai lewat aplikasi Peduli Lindungi, saya melangkah menuju tempat berlangsungnya acara. Jiwa saya terpuasakan dengan pemandangan dan tata letak festival ini.  Festival music, arts, disigen, literature ini, bagi saya yang  sudah memasuki usia 40sungguh menarik,  Memang secara konsep acara ini ditujukan untuk generasi muda, namun hal ini terbantahkan dengan hadirnya generasi 40an,   seperti saya. Dibeberapa sisi dan sudut terdapat bagain-bagian yang cocok untuk berpose  untuk kemudian diupload ke sosial media.

salah satu sudut di Mbloc Fertival-dokpri
salah satu sudut di Mbloc Fertival-dokpri

Di deratan depat terdapat berbagai resto yang menyediakan berbagai jenis makananan dan minuman, serta ada beberapa toko yang menjual barang-brang tertentu bagi menikmat hobi. Di bagian terngah terdapat lorong lebar yang membawa kita ke bagian dalam festival ini. Bagian yang dibuat berundak dan diberi sentuahn ala industial ini menarik perhatian saya.

Acara untuk pengemar dan pengiat  literasasi terdapat disebuah bangunan, yang sekilas mirip gudang, yang bersebelahan denagan toko serba ada. Di antaranya terdapat lorong yang cukup lebar dan terdapat beberapa pedangan meramaikan acara ini. Dari beranda  besar ini,  kita perlu menuruni beberapa anak tangga, dan disediakan juga jalan melandai  yang cukup nyaman untuk orang tua atau ibu hamil.

Saat saya masuk ke dalam gedung tersebut lewat lubang besar yang di tutup tirai mengantung, kita akan memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat perlatan percetakan dari PERURI. Selain melalui ruang ini, kita juga bisa langsung masuk  ruang utama lewat pintu samping yang terdapat di antara dua gedung tersebut.

Di ruang utama saat saya tiba, sedang berlangsung acara pelunjuran buku "orang-orang Tepi Kali " karya Dedi Vansophi. Karena sudah sampai sesi tanya jawab, maka saya melangkah keluar ruang untuk melihat detail dan setiap lorong yang ada di acara ini, dan sambil mencari segelas kopi panas.

Ketika kembali ke ruang utama, saya ingin membeli buku yang akan di bedah berjudul " Tangguh di Tengah Pandemi-belajar dari bakteri" karya Yanki Harijasti dan Diana E. Waturangi. Buku kolaborasi yang unik, karena  kedua penulis memiliki latar belakang pendidikan yang jauh berbeda. Bu Yakin memiliki latar sebagai profesional  dalam bidang manajemen sumber Daya Manusia, dan sekarang terlibat dalam dunia akademis di Universitas Indonesia. Sedangan Bu Diana, adalah seorang guru besar bidang ilmu mikrobiologi, di UNIKA Atma Jaya , Jakarta. Kolaborasi  kedua ilmu ini menghasilkan sebuah buku yang unik juga.  

Hal berikut yang membuat saya terkejut adalah moderator acara bedah buku kali ini adalah kang Maman, yang biasa saya hanya saksinya belaiu di layar kaca. Kali ini selain dapat ilmu, sempat juga merasa gugup, padahal jarak diantar kami cukup jauh.   Acara berjalan lancar dan seru, mungkin ini yang dinamakan jam terbang, seorang moderator seperti kang Maman, dapat memandu acara bedah buku yang secara konsep sederhana, namun menjadi menarik dan hidup.

Buku yang dibedah dalam acara ini, mengajak kita untuk menjadi manusia yang mudah beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai analoginya digunakan bakteri yang meskipun kecil mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah ubah. Hingga ada yang berusia hingga ratusan tahun, karena kemampuan merka beradaptasi. Bakteri yang secara ukuran jauh lebih kecil dari manusia, dia memiliki daya adaptasi yang lar biasa.

Selesai acara ini, karena trtarik dengan pemaparannya, maka saya pun mebeli bukunya, yang sebenarnya sudah saya rencana sejak datang. Dari ini, saya mengerti bahwa bedah buku bukan hanya kita menggali ini buku dan mengkomunikasinkanya kepada masyarakat, namun juga sebagai ajang promosi. Pemaparan yang baik dari penulis dan seorang reviewer, dalam kesempatan ini dilakukan oleh pak Sony Tan yang memiliki latar belakang profesi yang sama dengan penulis yaitu sorang  manajer sumber daya manusia. Pak Sony memberikan ulangan tentang buku ini dengan menarik dan luar biasa.

Dan moment langka inipun saya manfaatkan untuk meminta tanda tangan  Bu Yenki yang dibubuhkan pada halaman pertama buku. Sungguh suatu kebangaan ketika beliau minta berfoto bersama, selain itu akhirnya kami pun bertukar nomor telepon.

berfoto bersama Bn Yanki-dokpri
berfoto bersama Bn Yanki-dokpri

Sempat terpikir untuk minta foto bersama kang Maman juga, sambil menunggu Bu Yanki yang sedang berbincang dengan  beberapa orang mahasiswanya. Namun hati ini tidak cukup tangguh melawan rasa guguh dan malu. Saya hanya bisa memandang, sambil tetap melihat Bu Yanki karena ingin mendapatkan tanda tangan di bukunya.

Jadi menurut saya acara bedah buku, kita tidak hanya menyampaikan garis besar isi sebah buku, namun ada bagian-bagian yang perlu dimunculkan kepemukaan  yang dapat mengundang rasa penasaran pembaca.  Keramahan hati Bu Yanki, membuat saya  terkesan, meski beliau berstatus dosen, tetap ramah dan menyambut setiap orang yang menyapanya.  Melalui acara komunitas seperti ini, kita juga dapat menambah ilmu dan menambah pertemanan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun