Mohon tunggu...
Budi Simm
Budi Simm Mohon Tunggu... petani -

a boy who like to learn

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bila Harus Jujur, F1 Itu Seperti Champions League

22 Februari 2016   09:10 Diperbarui: 22 Februari 2016   09:17 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Mari kita bernyanyi lagu anak anak :

"ular naganya panjang bukan kepalang,menari riang kesana kemari.Umpan yg lezat itulah yg dicari,inilah dia yg terbelakang. Kosong kosong,isi isi"

Sejenak kita meringankan benak kita dengan nostalgia masa kanak kanak,yg penuh optimisme saat kita ditanya apa cita cita kita. Saat itu tak ada yg tidak mungkin buat kita.Kadang juga terjadi percakapan khas anak2 tentang kehebatan orangtua kita. Kebanggaan kita terhadap apa yg kita miliki terlihat jelas dan kita suka berbagi juga mendukung teman saat mereka butuh.Tak ada kata pamrih dalam kamus kita.semua kita lakukan dengan natural sebagai anak anak. "Oh indah pemandangan... Sungai berliku.Gunung menjulang,berpayung awan.."

Saya dulu pertama kali lihat FI (Formula One) di Televisi tidak tertarik sama sekali.Lha apa yg dilihat cuma mobil ngebut aja dilintasan yg sudah dibuat aman terkendali.Apa lagi nama pembalapnya juga susah dihafalkan salah satunya schumy bersaudara.Tak ada yg menarik buat saya saat itu.Ini seperti juga sepakbola yg saya suka nonton tapi para wanita males lihatnya.Lha satu bola direbutin kata mereka lebih baik sinetron aja yg ada tegang dan serunya,ada penjahatnya juga orang baiknya. Namanya juga selera ya beda beda dan tidak harus sama.Saya ingat saat lihat F! itu saat PAK HARTO masih jadi Presiden.

Namun saya kembali bersentuhan dengan dunia F1 ini yg kembali hadir di layar kaca sehingga saya dengan terpaksa jadi penonton. Mula mula pasif saja lha belum bisa nikmati,masih mengenali pembalap dan team yg berlomba.Team banyak yg keluar F1 salah satunya HONDA dan pabrikan Japan lainnya,hanya team Ferrari dan William serta Mclaren yg mendominasi walau di atas track ada 20 pembalap yg berlomba,sisanya hanya menjadi peserta saja.Namun masuknya salah satu produsen terkemuka minuman energi drink REDBUL membuat persaingan menjadi lebih bergairah.Managemen yg mengelola F1 terus mencari cara agar perlombaan JET DARAT ini dasat menjadi tontonan yg menarik bagi dunia.

Itulah Industri baru di dunia yaitu Industri Hiburan berbasis sport atau olahraga.

Menjadi pertanyaan adalah buat apa 8 team lain ikut serta dalam lomba F1 ini toh mereka tahu apa hasil yg didapat.Jawabannya terjawab beberapa tahun kemudian saat HONDA bisa menjadi juara dan kemudian Team RedBul juga mengikutinya.Persaingan atau bahasa Inggrisnya "Competition" itulah jawaban dari pertanyaan kenapa Team yg tahu tidak akan menang tetap berlomba.Kita dapat juga mengambil contoh lain adalah kompetisi di LIGA PREMIER ENGLISH,saat 20 kesebelasan mengikuti gelaran kompetisi padahal kita tahu hanya team yg itu itu saja yg menjadi juara.Saat itu Manchester United mendominasi diikuti Arsenal,Liverpool.Kenapa kesebelasan yg lain mau ikut saat mereka tahu bahwa MU.Arsenal dan Liverpool yg bergantian jadi juara? Jawabannya adalah persaingan atau kompetisi yg dicari bukan hasil sebagai JUARA tetapi proses saat mencapai apa yg dituju.Makanya Hasil usaha satu team disebut GOAL sebagai penandanya.

Aneh memang dunia olahraga yang tidak seperti dunia dagang atau dunia tani.Tak ada barang yg didapat saat kita mengeluarkan uang untuk ikut menikmati pertunjukan atau pertandingan.Penonton hanya dapat informasi siapa yg menang dan berapa hasilnya tapi tidak ada barang yg didapat padahal uang telah dikeluarkan.Atsmosfer di dunia olahraga tidak dapat dirasakan saat kita berdiri di luar pagar dan tidak terlibat di dalam prosesnya.Kita tidak tahu apa yg terjadi dan tidak merasakan suasana dan gemuruhnya saat sebuah GOAL tercipta.Kita tidak merasakan kegembiraan pendukung yg menyaksikan teamnya tampil dan meraih satu GOAL.Betapa semua orang menjadi larut karena sebuah GOAL yg terjadi.It is amazing how they are so entuasiasm,so happy because only one man shoot the ball into the ring (gawang).

Mental kita ya mental Bangsa Indonesia masih melihat sebuah HASIL sebagai suatu tujuan.Kalau tidak bisa tercapai buat apa susah susah ikut.Kita maunya mendapat Hasil walaupun prosesnya kita tidak terlibat.Kita belum terbiasa mengikuti proses untuk mencapai Hasil yg kita inginkan.Makanya kita cenderung membeli suatu barang dari pada kita membuatnya walau harus mengimport dari luar negeri dibanding kita menanam sendiri atau membuat sendiri karena perlu proses yg rumit.Kita terbiasa dengan proses yg INSTAN,sekali lirik dapat he he.Kita belum bisa menikmati arti berproses atau berjuang untuk mendapatkan suatu hasil.Kita sering lebih memilih membeli dari pada kita membuat sesuatu yg kita butuhkan.

Kembali pada bahasan Formula One yg saat ini ada satu anak bangsa yg mempunyai kesempatan berlomba di dalamnya.Kita masih menunjukan sikap mental kita yang lebih suka HASIL tanpa proses perjuangan.Komentar komentar yg kita lihat muncul menunjukan hal itu.Dana yg hanya 221 milyar rupiah saja sudah membuat kita terkejut bukan alang kepalang seperti saat kita kecil melihat ular naga."Ularnaga panjangnya bukan kepalang,menari riang.....umpan yg lezat itulah yg dicari,inilah dia yg terbelakang.kosong kosong,isi isi" Yeah mental kita memang suka kagetan tapi juga mudah lupa,kita kaget saat korupsi Hambalang dikemukakan saat itu tapi saat ini sudah lupa berapa uang yg dikorupsi.

Kita terbiasa berpikir jangka pendek.Saat sesuatu hal membutuhkan prose maka kita enggan melakukannya.Kita terhenyak saat ada berita Joey Alexander tampil di acara yg terkenal di USA sana.Dan hebatnya kita hanya melihat Joey hanya butuh waktu 6 tahun untuk menjadi seperti saat ini.Tidak terbayang bahwa 6 thn itu 365 x 6 x 12 jam = 26280 jam Joey melakukan latihan itu perkiraan saja mungkin lebih dari itu.Membandingkan Joey dengan RIO jelas sangat beda seperti memasukan ikan kakap ke dalam air tawar atau ikan mas ke dalam tambak.Beda atsmofer dan beda prosesnya.

Mari kita ingat saat PSSI sebelum dibekukan pemerintah mencanangkan sebagai penyelenggara PIALA DUNIA.Wow sangat bombastis bapak Nurdin Khalid saat itu membuat program.lha menghantarkan satu klub dari LIGA LSI saja sebagai juara di asia saja tidak pernah.Bayangkan bila salah satu klub LSI bisa ikut atau diberi kesempatan ikut Liga Champion.Tak terbayang reaksi masyarakat kita,pasti ada yg langsung pesimis dan tidak ingin klub itu ikut liga champion,hanya berbekal alasan klub itu pasti kalah.Sementara yg mendukung juga tidak kalah galaknya dengan kemukakan berbagai alasan dan opini.

akhirnya dapat kita tarik satu pelajaran bahwa kita belum siap melihat satu anggota WNI terlibat disatu kejuaraan tingkat dunia.Kita tak percaya bahwa ada satu WNI kita yg mampu ikut dan dihargai oleh orang asing agar terlihat dalam satu kejuaraan tingkat dunia.andai saja suatu saat PERSIS SOLO atau PSIS Semarang berkesempatan ikut LIGA CHAMPION maka pasti ada pendapat yg kontra dengan alasan pasti kalah melawan Barcelona,Real Madrid,PSG,MU,BM,ARSENAL,MCITY,PORTO. Dan kesimpulan yg dibuat adalah tidak usah ikut karena biayanya mahal dan pasti kalah.

Memang kita masih dalam level penonton saja utk kejuaraan kelas dunia seperti Liga champion.NBA,Piala Dunia,GP500. Tetapi bila ada satu kesempatan kenapa kita mau mencoba.Hasilnya kita serahkan pada Tuhan,kita hanya ikhtiar dan berdoa.

Padahal banyak contoh yg ada di dunia nyata, from nothing to something..from zero to hero

AYO BANGUN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun