”emang LGBT itu ngapain aja sih?” ini akan ditanyakan oleh anak– anak atau remaja yang belum tahu apa itu LGBT. Dan kalau Anda orang tua ga bisa jawab, dia akan tanya temennya. Kalau temennya ga bisa jawab, dia tinggal googling. Hayyoooo
”kok bisa sih mereka jadi LGBT?”
pertanyaan “kok bisa” ini lebih berbahaya lagi, karena si penanya akan mencarikan alasan logis apa yang membuat orang menjadi LGBT . Anthony Robbins mengatakan “question is the answer “. Hati– hati dengan pertanyaan, karena otak kita pasti akan mencari alasan pembenaran.
Penolakan itu sifatnya sementara.
Ini yang lebih bahaya lagi. Tahun 1998 istilah KKN dipopulerkan oleh aktifis yang teriak – teriak “berantas KKN”. Tagline ini bahkan bisa menggerakan jutaan masa untuk menghentikan pemerintah yang berkuasa 32 tahun.
Tapi coba lihat efeknya 18 tahun kemudian. Apa KKN masih ada? Beberapa yang dulu teriak berantas KKN, sudah ada yang dipenjara karena kasus KKN. Saya tdk bahas politik atau penegakan hukum, karena bukan bidang saya. Semua berawal dari kata – kata yang menjadi pikiran. Pikiran menjadi tindakan. Tindakan menjadi Kebiasaan. Itu yang dikatakan Mahatma Gandhi.
Ini ada hubungannya dengan ilmu linguistik yang memprogram bahasa kita.
“Jangan bayangkan sebuah apel merah”
Apa yang muncul di pikiran Anda. Eh Malah membayangkan sebuah apel berwarna merah
“Gue udah capek hidup susah“
yang terbayang di pikiran malah gambaran, keadaan atau perasaan hidup susah.
“ STOP LGBT “