Mohon tunggu...
Bastanta Permana Sembiring
Bastanta Permana Sembiring Mohon Tunggu... -

Mejuah-juah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Singkat Berdirinya Gereja Injili Karo Indonesia (GIKI)

27 Februari 2013   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:36 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentang GIKI Logo GIKI Gereja Injili Karo Indonesia (disingkat GIKI) adalah gereja dalam denominasi gereja Injil di Indonesia dan didominasi etnis Karo. Injilimaksdunya, dimana gereja lebih mengutamakan penginjilan. Karodipandang sebagai suku(bukan sub-suku) yang memperoleh anugrah Tuhan dengan keunikan tradisi budayanya, dan dengan budaya Karo inilah GIKI ingin menyebah Kristus. Nusantara(wilayah Indonesia) merupakan satuan kawasan politik yang kemudian membetuk sebuah negara, yakni negara Repoblik Indonesia, dimana mengemban mandat mulia dari Sang Pencipta untuk melindungi segenap masyarakatnya. Latar belakang pendirian GIKI

Buletin Sinalsal Para pendiri GIKI pada umumnya adalah orang-orang yang rindu akan pekabaran injil. Gereja sebelumnya tempat mereka masing-masing bernaung dan melayani dipandang tidak lagi memberi porsi yang cukup bagi pekabaran injil, dan inilah dianggap salah satu faktor penyebab kemerosotan gereja-gereja di Asia pada abad ke-13 Masehi, sehingga bercermin dari hal ini GIKI tumbuh menjadi gereja yang mengutamakan penginjilan ketimbang aturan birokrasi gereja dalam pelayanan dan tetap mencoba untuk berpegang pada budaya lokal, salah satunya budaya Karo(karena mayoritas Jemaat GIKI dari etnis Karo). Hal inilah yang dipandang turut melatar belakangi kemunculan GIKI ini baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung, dan beberapa hal-hal lainnya yang sedikit akan dibahas berikut ini. Dinamika GBKP 1989 -1991 November 1989, Pdt. J. P. Sibero terpilih menjadi ketua moderamen GBKP, ini dianggap menjadi angin segar bagi kegiatan penginjilan di Tanah Karo. Akan tetapi, pada Paskah 1991, tepatnya dalam Sidang BPL Sinode GBKP tertanggal 29 Maret 1991, Pdt. J. P. Sibero diberhentikan dan hal ini tentunya mendapat reaksi dari beliau sendiri(Pdt. J. P. S) dan orang yang bersimpati kepadanya. Pada masa-masa ini, sebenarnya sudah muncul dorongan untuk mendirikan sebuah gereja yang baru, tentunya hal ini juga sempat dilontarkan juga kepada beliau(Pdt. J. P. S). Akan tetapi, beliau lebih memilih untuk melanjutkan pelayanan yang telah dirintisnya di GBKP. Tim Ezra dan pemberhentian Pdt. B. A. Peranginangin Tim Ezra adalah biro pelayanan dibawah naungan GBKP. Ketua tim ini adalah Pdt. B. A. Peranginangin dengan sekretarisnya Herman Peranginangin. Tim ini didirikan oleh beberapa anggota GBKP yang memiliki kerinduan untuk mengkabarkan Injil dan membangun iman jemaat dengan berbagai cara, yang dimana gereja dipandang tidak lagi memberi porsi yang cukup untuk hal penginjilan. Adapun kegiatan yang diemban Tim Ezra diantaranya melakukan pekabaran Injil ke daerah-daerah terpencil terkhususnya di Kabupaten Karo, bahkan di tahun 1991 Tim Ezra terlibat dalam dua kegiatan besar di Kabanjahe. Pertama adalah Kebaktian Kebangunan Iman(KKI) yang melibatkan semua denominasi gereja yang ada di Kabanjahe yang mendatangkan Pdt. K. A. M. Yusuf Roni, dan yang kedua ialah Sidang Sinode GBKP. Ketika pengambilalihan Tim Ezra oleh Moderamen GBKP, beberapa aktifis yang selama ini bercokol di Tim Ezra mendirikan Yayasan Pekabaran Injil Taneh Karo Simalem(YPI Takasima). Hal ini disalah tafsirkan oleh pihak GBKP, sehingga Pdt. B. A. Peranginangin yang saat itu menjabat ketua YPI Takasima dan juga pendeta yang melayani di Runggun GBKP Berastagi mendapat panggilan dan peringatan dari pihak GBKP, sehingga beliau(Pdt. B. A) meminta Edi Suranta Ginting yang kala itu menjabat sekretaris YPI Takasima untuk menyusun konsep surat balasan kepada moderamen GBKP. Dan, hal ini berbuah balasan surat skorsing dari GBKP yang diantaranya berisi larangan berkhotbah kepada Pdt. B. A. Peranginangin dan akan berlanjut kepada pemberhentian beliau. Saat-saat inlah diyakini awal terealisasinya pendirian gereja baru nantinya yang diawali dengan mengadakan kebaktian Minggu di kediaman sementara Pdt. B. A. Peranginangin yang diusahakan oleh Karo Nd. Johari di Jl. Pahlawan, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dibawah naungan GKKI hingga pentahbisan jemaat pertama April 1992 diadakan MoU antara pimpinan Gereja Kristen Kudus Indonesia(GKKI) dan Gereja Kristen Kudus Indonesia (GKKI) Jemaat Karo Injili(cikal bakal GIKI) tentang status sementara Jemaat Karo Injili dibawah naungan GKKI Pusat. Pada bulan Mei 1992, Pdt. B. A. Perangingangin bertemu dengan Drs. Kerani Ketaren, Ak(Pendiri GKKI) berkonsultasi tentang pentahbisan jemaat pertama di Kabanjahe. Karena memang dalam MoU antara GKKI Pusat dengan GKKI Jemaat Karo Injili ini dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa kelak Jemaat Karo Injili akan mandiri – berdiri dalam organisasi sendiri, maka dalam proses ini tidak ada ditemukan permasalahan. Minggu, 27 Juni 1992 GKKI Jemaat Karo Injil Kabanjahe resmi berdiri dengan Pdt. B. A Peranginangin menjadi pendeta jemaatnya yang juga merupakan satu-satunya pendeta yang ada di Jemaat Karo Injili kala itu dan dilanjutkan peresmian GKKI Jemaat Karo Injil Bandung (sekarang GIKI Bandung) pada Minggu, 27 September 1992. Tanggal 27 Juni 1992 kemudian diperingati secara Sinodal sebagai hari lahirnya Gereja Injili Karo Indonesia(GIKI). Kemandirian GIKI Setelah peresmian gereja di bulan Juni(Kabanjahe) dan September(Bandung) 1992, mulai muncul rencana untuk kemandirian penuh dan dalam rangka untuk merealisasikan ini, maka pada rapat perdana pengurus Jemaat Karo Injili Bandung ditugaskan Pdt. Simon Tarigan untuk menjajaki usaha kemandirian gereja. Langkah pertama yang dilakukan yakni berkonsultasi dengan Pembina Masyarakat(Pembimas) Kristen Protestan Provinsi Jawa Barat, Ardy Rana Yunus tentang hal-hal yang berkaitan izin pendirian gereja. Kala itu sudah muncul desas desusus bahwa Departemen Agama akan menolak izin apapun untuk mendirikan gereja baru, namun respon dan apresiasi yang sangat positif ditunjukkan Pembimas Kristen Protestan Jawa Barat tentang rencana ini yang menumbuhkan rasa optimis pada Jemaat Karo Injili. Kelanjutan dari proses kemandirian ini, dimana pada minggu pertama dibulan Oktober 1992, diadakan rapat di sekretariat yang dihadiri Ardy Rana Yunus, Sridadi Atiyatno(Rektor Tiranus), dan semua pengurus Jemaat Karo Injili. Pembimas mengingatkan dalam rapat itu, kalau nama gereja yang akan dibuat adalah nama baru dan belum pernah dipakai oleh gereja lain. Akhirnya disepakati nama gereja yang akan didirikan adalah Gereja Injili Karo Indonesia yang disingkat dengan GIKI. Pemakaian nama ini didasakan pada dua penekanan yang dianggap penting dan harus oleh para pengurus dan jemaat GIKI, yakni kata "Karo" dan "Injili". Karo karena panggilan utama GIKI adalah mengabarkan injil kepada orang Karo, serta gereja ini merupakan dinominasi dari suku Karo. Injili adalah keyakinan teologis yang dianut GIKI. Pada 29 Oktober 1992 keluar surat pendaftaran dari Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Barat dengan nomor: Wi/BP.020/Ket/118/1992 yang telah memenuhi syarat rekomendasi minimal 3 gereja yang berkat Pembimas Ardy Rana Yunus yang bersedia mengurusnya, maka hal ini semakin dipermudah. Keluarnya surat ini menandai secara hukum dan undang-undang yang berlaku di negara ini GIKI telah memenuhinya dan diakui secara hukum serta resmi mandiri dalam organisasi yang berdiri sendiri dan dekemudian hari dilanjutkan dengan pendaftaran ulang secara nasional ke Departemen Agama Repoblik Indonesia. Dan untuk keberlangsungan pelayanan serta kemandirian, maka disusun AD/ART serta kepengurusan Sinode GIKI sementara. Sementara karena kepengurusan tidak dipilih antara pengurus jemaat yang ada, serta mengenai AD/ART dikemudian akan terus disusun berdasarkan kebutuhan. Walau bersifat sementara, bukan berarti ini tidak berharga, karena dalam komitmen bersama GIKI harus belajar untuk saling menghargai apa yang telah ada tanpa memperdulikan proses pengadaanya. Serta dari awal sudah menjadi komitmen bersama, kalau GIKI akan lebih mengutamakan pelayanan ketimbang aturan birokrasi organisasi gereja. Berikut susunan Pengurus Majelis Sinode GIKI pertama: Ketua : Ir. Remedi Peranginangin Sekretaris: Pdt. Drs. Edi Suranta Ginting Bendahara: Ny. Setianna Br. Sinulingga Anggota: Pdt. Drs. Simson Tarigan, M. Pd., M. A. Ny. dr. Veranita Br. Pandia Majelis Sinode Gereja Injili Karo Indonesia Priode 2010 – 2013 Ketua Umum:Pdt. Edi Suranta Ginting Wakil Ketua Umum:Pn. Surya Beny Sebayang Sekretaris Umum:Pdt. Jeremia Sembiring Wakil Sekretaris: Pdt. Nuahta Tarigan Bendahara Umum:Pn. Jendaarih Peranginangn Wakil Bendahara:Pn. Sudirman Peranginangin Ketua Bidang Kajian Teologia:Pdt. Aswan Sinulingga Ketua Bidang Pengembangan Gereja:Pdt. B. A. Peranginangin Ketua Bidang Hubungan Kerja Sama :Pn. Damentha Sembiring Sumber: http://arikokena.blogspot.com/2013/02/gereja-injili-karo-indonesia.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun