Mohon tunggu...
Siti Maulida Syadiah
Siti Maulida Syadiah Mohon Tunggu... Penulis - Education - Agriculture - Business - Book - Film

Menulislah! Maka engkau akan abadi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Petani Perempuan dalam Memaknai Hari Kartini: Kesenjangan Upah Antar Gender

20 April 2022   21:54 Diperbarui: 20 April 2022   22:41 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Pat Whelen dari Pexels 

Habis gelap terbitlah terang 

Begitu kira-kira kutipan yang kita ketahui ketika mendengar kata Kartini. Selamat hari kartini para perempuan tangguh Indonesia! Tepatnya kita akan merayakan Hari Kartini yang ke-58 tahun pada hari Kamis, 21 April 2022. 

"Tubuh boleh terpasung, tapi jiwa dan pikiran harus terbang sebebas-bebasnya," tulis Kartini dalam salah satu suratnya. Namun di negara yang sudah "merdeka" ini, kesetaraan gender masih terbilang jauh dari yang diharapkan. Apalagi jika melihat peran petani perempuan di Indonesia.  

Di Indonesia sekitar 40% dari total petani yang ada digeluti oleh petani perempuan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani perempuan di Indonesia pada tahun 2019 tercatat sebanyak 8 juta jiwa.

Pastinya di tahun 2022 jumlah petani perempuan di Indonesia juga semakin meningkat. BPS juga mencatat, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan perempuan sebagai pemimpin dalam rumah tangga berjumlah sekitar 2,8 juta rumah tangga. 

Fakta tersebut menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor pertanian cukup besar. Namun, terdapat masalah utama yaitu kemiskinan. 

Perempuan sebagai kepala rumah tangga banyak ditemui pada rumah tangga miskin sehingga hal tersebut yang mendorong mereka untuk ikut bekerja guna menambah penghasilan disamping menjadi Ibu Rumah Tangga. Tidak ada pilihan bagi mereka selain bekerja di bidang pertanian, namun mereka kurang mendapat pengakuan dari pihak berwenang. 

Jika perempuan memiliki akses lebih besar, produktivitas pertanian dan rumah tangga mereka akan meningkat dan akan berdampak pada peningkatan hingga kestabilan pendapatan keluarga.

Upah harian buruh tani perempuan berkisar antara Rp. 8.000 - Rp. 10.000 , dan Rp. 12.500 - Rp. 15.000 untuk buruh tani laki-laki. Faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan buruh tani perempuan adalah anggapan bahwa produktivitas buruh tani perempuan selalu berada di bawah produktivitas buruh tani laki-laki. 

Menurut (Lestari, 2011) produktivitas buruh tani perempuan lebih tinggi dari buruh tani laki-laki pada kegiatan tanam, bubut dan rogres sedangkan produktivitas laki-laki hanya unggul pada kegiatan pemupukan. Rata-rata produktivitas perempuan adalah 5,44 leng/jam sedangkan laki-laki 4,99 leng/jam sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas buruh tani perempuan lebih besar dari produktivitas buruh tani  laki-laki.

Kesenjangan upah antar gender ini perlu dibenahi. Dalam beberapa profesi ditemukan tidak sedikit perempuan yang berpenghasilan lebih dari rekan kerja laki-laki mereka. Tidak berbeda dengan bidang pertanian. Seharusnya ukuran upah seseorang dilihat dari skill, tingkat kesulitan pekerjaan, jam kerja dan produktivitas mereka bukan semata berdasarkan gender belaka.

Jika permasalahannya terdapat pada tingkat pendidikan perempuan yang rendah maka perlu adanya peran penyuluh pertanian untuk mengedukasi mereka sebagaimana yang telah dilakukan Kartini dalam menyuarakan emansipasi wanita dengan mendirikan sekolah khusus wanita sehingga para perempuan Indonesia dapat merasakan pendidikan setara dengan pria. 

Zaman sudah modern dan akses terhadap berbagai informasi sudah semakin mudah maka sudah tidak zaman lagi jika terdapat kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dari berbagai aspek. Jangan sampai kita menyia-nyiakan perjuangan beliau yang  mendedikasikan hidupnya untuk melawan diskriminasi terhadap perempuan dan memajukan pemikiran wanita pribumi. 

Menurut teman-teman bagaimana cara kita dalam memaknai Hari Kartini khususnya bagi para petani perempuan di Indonesia? Yukk tuliskan pendapat kalian di kolom komentar yaa :D 

Referensi :

Badan Pusat Statistika

Lestari, C. (2011). Perbedaan Upah Buruh Tani Laki-laki  dan Buruh Tani Perempuan Pada Komoditi Tebu (Saccharum officinarum L) (Studi Kasus di Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang). Skripsi, Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun