Mohon tunggu...
SIMANJUNTAK GRACE
SIMANJUNTAK GRACE Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PGSD S1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Edukasi Perkembangan Aspek Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar Melalui Permainan Woran Besagai

27 April 2023   20:13 Diperbarui: 27 April 2023   20:15 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan bahasa sendiri merupakan proses perkembangan pada anak yang meliputi keterampilan reseptif dan ekspresif. Aspek reseptif adalah kemampuan untuk memahami apa yang dilihat dan didengar seseorang. Sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolik, baik secara visual maupun aural. Teori nativisme (Chomsky dalam Asrori 2020) mengemukakan bahwa anak dilahirkan dengan dibekali alat pemeroleh bahasa Language Acquisition Device (LAD). Alat yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci poin tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak berspesialisasi dalam proses bahasa dan tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan lain. Selanjutnya teori behavioristik (B.F. Skinner 1957) menerangkan bahwa kemampuan bahasa dan pengenalan suara yang diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Terakhir teori kognitivistik (Jean Piaget, 1926). Terdapat pernyataan dari Jean Piaget yang berbunyi "penalaran mendasari perkembangan linguistik dan nonlinguistik" dalam teori kognitivistik dijelaskan bahwa bahasa bukanlah sebuah ciri alamiah, tetapi salah satu dari kemampuan kognitif.

Pada anak usia 6 - 12 tahun pasti akan banyak mengalami perkembangan, salah satunya yaitu perkembangan bahasa. Rata-rata anak Sekolah Dasar akan cenderung mengikuti bahasa yang ada disekitar mereka. pada beberapa anak mungkin akan berpikir beberapa kali dalam mengucapkan bahasa yang kurang sopan, namun kebanyakan dari mereka akan mengucapkan kata kata tersebut tanpa bisa memandang situasi.

Kami Mahasiswa pada prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dari Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru, kelompok 3 yang beranggotakan Fuja Nur Azhari, Sania Putri Cantika, Simanjuntak Grace Octora, dan Virgiana Ardya Putri dalam Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik SD yang dibimbing oleh ibu Triana Lestari S. Psi., M. Pd. sebagai dosen yang mengampu mata kuliah tersebut yang dilakukan dengan metode PjBL, kami membuat media pembelajaran baru yang bernama Woran Besagai.

Pengamatan yang kami lakukan di Sekolah Dasar Negeri Sirnagalih, Jatinangor pada tanggal 16 Maret 2023 hingga 17 Maret 2023 sedikit membuat kami memahami untuk membuat media pembelajaran Woran Besagai. kami melakukan pengamatan pada kelas 5 SD selama 2 hari berturut-turut dan kembali melakukan pengamatan dengan media pembelajaran pada tanggal 12 April 2023. 

Ketika pertama kali memasuki kelas, yang kami dapatkan adalah sambutan hangat dari anak-anak kelas 5 yang terlihat antusias pada kedatangan kami. Tentunya hal tersebut akan memudahkan pengamatan kami, karna mereka sering berinteraksi dengan kami dan terlihat nyaman dengan permainan yang kami ajarkan. Walau tak sedikit dari mereka yang ribut satu dengan yang lain dan akhirnya menyebutkan bahasa yang cukup kasar, namun mereka dengan segera meminta maaf dan mengakui jika bahasa mereka tidak baik untuk digunakan. 

Pada saat kami menerapkan beberapa permainan dan nyanyian, mereka terlihat semangat dan tak jarang dari mereka yang tertawa karena merasa senang dengan beberapa permainan dalam Woran besagai. Media Pembelajaran tersebut meliputi permainan Wordwall, Pesan Berantai, Tebak Bahasa Daerah, Benar atau Salah, Tebak Gaya, dan Bernyanyi. 

permainan Wordwall (Dokpri)
permainan Wordwall (Dokpri)

ketika bermain tebak bahasa daerah (Dokpri)
ketika bermain tebak bahasa daerah (Dokpri)
pengamatan pada peserta didik (Dokpri)
pengamatan pada peserta didik (Dokpri)

Selain melihat perkembangan bahasa dari Peserta didik, kami juga mengamati bagaimana interaksi mereka satu dengan yang lainnya. Apabila ketika berkelompok, mereka sangat kompak dan saling membantu. Peserta didik cukup bahagia hingga pada beberapa permainan kami mengulangnya hingga 2 kali. Kami juga jadi memahami beberapa dari peserta didik melalui perbincangan dengan wali kelas mereka yang bernama ibu Iis Mulyani. Melalui beliau, kami jadi paham bahwa anak-anak memang agak jahil namun kekompakan mereka tidak perlu diragukan. 

 (Dokpri)
 (Dokpri)

Seperti jika salah satu peserta didik mengucapkan kata-kata yang kurang sopan ketika dikelas, teman nya akan menegur dan memberitahu jika kata-kata tersebut tidak baik. Dan jika kelas mulai berisik dan tidak kondusif, maka ada beberapa peserta didik yang akan berteriak "diam" sehingga kelas tersebut akan hening dan dapat melakukan pembelajaran dengan baik. 

Walau dengan permainan yang sederhana, kami sangat berharap jika peserta didik akan terus mengingat makna yang terdapat dalam permainan tersebut. Peserta didik dapat mengenal bahasa yang baku dan tidak baku, serta melalui nyanyian yang berjudul Maaf, Tolong, Terima kasih, dan Permisi akan mengedukasi peserta didik untuk terus mengingat dan akan membantu peserta didik dalam lingkungan sosialnya serta membantu peserta didik dalam perkembangan bahasa mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun