Halo sobat mahasiswa,gimana nih kabar kalian hari ini? Banyak tugas? Sedang UTS? Nggak apa-apa kok, mengeluh boleh, asal jangan menyerah ya!
Pernahkah kalian mengalami rasa kekhawatiran akan tertinggal dengan pencapaian orang lain? Jika iya, berarti kalian sedang berada dalam keadaan FOMO. Jadi, apa sih sebenarnya  FOMO itu?
FOMO atau Fear of Missing Out adalah kecemasan atau ketakutan seseorang untuk tidak mendapatkan pengalaman yang dirasakan oleh orang lain atau grup tertentu.Â
FOMO sering kali terjadi pada generasi muda, terlebih pada mahasiswa yang merasa tertekan untuk terus mengikuti tren dan aktivitas sosial yang populer di kalangan teman-teman mereka.Â
Terlebih lagi, dengan semakin maraknya penggunaan media sosial, mahasiswa sering kali merasa tertekan dan tidak cukup baik ketika melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan dan lebih sukses.Â
Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan berlebihan, dan bahkan memiliki citra diri yang buruk. Dr. Riris Andono Ahmad dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa mahasiswa sering mengalami FOMO ketika melihat teman-temannya melakukan kegiatan yang menyenangkan di media sosial.
Anak kuliah merupakan fase penting dalam kehidupan seorang individu karena pada masa inilah mereka mengalami banyak perubahan, tantangan, dan pengalaman yang baru.Â
Selain itu, pada masa kuliah, seseorang juga memiliki kebebasan yang lebih besar dalam menentukan pilihan dan membuat keputusan. Namun, di balik kebebasan tersebut, ada juga tekanan sosial yang sering kali dirasakan oleh mahasiswa, terutama terkait dengan sikap FOMO. Sikap FOMO pada anak kuliah dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan mereka, baik secara mental maupun fisik.
Berikut adalah beberapa sikap FOMO yang sering ditemukan pada anak kuliah dan dampaknya terhadap kehidupan mereka:
- Kehilangan Waktu dan Fokus
Anak kuliah yang memiliki sikap FOMO cenderung merasa tidak nyaman jika tidak mengikuti aktivitas sosial yang populer di kalangan teman-teman mereka. Hal ini seringkali membuat mereka kehilangan fokus pada tugas-tugas akademik dan merasa tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih penting.
- Meningkatnya Stres dan Kecemasan
Anak kuliah yang mengalami FOMO juga seringkali merasa tertekan dan cemas karena merasa tidak bisa mengikuti semua aktivitas yang dianggap penting oleh teman-teman mereka. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya tingkat stres dan kecemasan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.
- Mengalami Kerugian Finansial
Anak kuliah yang memiliki sikap FOMO juga seringkali tergoda untuk mengikuti tren dan gaya hidup yang mahal dan sulit dipertahankan. Hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan mempengaruhi kondisi keuangan mereka di masa depan.
- Mengalami Masalah Kesehatan
Anak kuliah yang memiliki sikap FOMO cenderung mengabaikan pola hidup sehat dan seringkali mengorbankan waktu tidur dan makan yang sehat untuk mengikuti aktivitas sosial. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius di masa depan.
Lalu bagaimana cara mengatasi sikap FOMO pada anak kuliah?Mengatasi sikap FOMO pada anak perkuliahan memerlukan usaha dan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Walaupun tidak mudah, namun ada beberapa cara yang dapat membantu mengurangi dampak FOMO pada anak kuliah., antara lain:
- Fokus pada Tujuan dan Prioritas
Mahasiswa perlu belajar untuk fokus pada tujuan dan prioritas mereka. Hal ini dapat membantu mereka menghindari godaan untuk mengikuti setiap aktivitas sosial yang dianggap penting oleh teman-teman mereka dan mengalihkan perhatian mereka pada tugas-tugas akademik dan aktivitas yang lebih penting.
- Berbicara dengan Teman-Teman
Mahasiswa yang mengalami FOMO perlu berbicara dengan teman-teman mereka dan mengungkapkan kekhawatiran mereka. Mereka dapat meminta saran dari teman-teman yang lebih dewasa dan berpengalaman untuk mengatasi tekanan sosial yang dirasakan.
- Menjaga Keseimbangan Hidup
Mahasiswa perlu belajar untuk menjaga keseimbangan hidup mereka dan tidak mengorbankan kesehatan dan keuangan mereka hanya untuk mengikuti tren dan aktivitas sosial yang populer. Mereka dapat mencari kegiatan alternatif yang lebih sehat dan terjangkau untuk mengisi waktu luang mereka.
- Berpikir Positif
Mahasiwa perlu belajar untuk berpikir positif dan menghargai diri mereka sendiri. Mereka harus menghargai pilihan dan keputusan mereka sendiri dan tidak terlalu bergantung pada opini orang lain. Mereka dapat mengikuti aktivitas yang mereka sukai dan menemukan teman-teman yang memiliki minat dan nilai yang sama.
- Mencari Dukungan
Mahasiswa yang mengalami FOMO perlu mencari dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman. Mereka dapat membantu anak kuliah mengatasi tekanan sosial yang dirasakan dan memberikan dukungan emosional.
Sebagai kesimpulan FOMO atau Fear of Missing Out menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa. Terlebih lagi, dengan semakin maraknya penggunaan media sosial, mahasiswa sering kali merasa tertekan dan tidak cukup baik ketika melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan dan lebih sukses.Â
Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan berlebihan, dan bahkan memiliki citra diri yang buruk. Dr. Riris Andono Ahmad dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa mahasiswa sering mengalami FOMO ketika melihat teman-temannya melakukan kegiatan yang menyenangkan di media sosial.
Namun, mahasiswa dapat mengatasi FOMO dengan melakukan beberapa hal. Salah satunya adalah melakukan jurnalis, yakni menulis jurnal tentang perasaan dan pikiran mereka.Â
Dengan menulis jurnal, mahasiswa dapat lebih memahami perasaan mereka sendiri dan mengekspresikannya dengan cara yang lebih sehat. Selain itu, berbicara dengan teman juga dapat membantu mahasiswa mengatasi FOMO. Dengan berbicara dengan teman, mahasiswa dapat merasa lebih terhubung dan lebih memahami bahwa kehidupan yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan.
Selain itu, menghindari membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan online orang lain juga dapat membantu mahasiswa mengatasi FOMO. Mahasiswa harus memahami bahwa kehidupan orang lain yang terlihat di media sosial seringkali hanya sebagian kecil dari kenyataan. Mahasiswa juga harus mengingat bahwa setiap orang memiliki tempo hidupnya sendiri dan tidak ada yang perlu dipaksakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H