Mohon tunggu...
Gita TiaraMuntaha
Gita TiaraMuntaha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ambivert yang suka seni terutama musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jenis-jenis Coping untuk Menjaga Kesehatan Mental

20 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:34 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ANTISIPASI, AFILIASI, ALTRUISME, SELF ASSERTION, SELF OBSERVATION

Menurut Taylor (Smet, 1994), manajemen stres (coping) adalah upaya individu  untuk mengatur jarak antara tuntutan (baik pribadi maupun  lingkungan) dan sumber daya yang digunakan untuk mengatasi situasi stres . 

Coping merupakan serangkaian transaksi antar individu yang tidak hanya memiliki sumber daya dan kebutuhannya sendiri, namun juga sumber daya, nilai, komitmen, dan kesatuan lingkungan di mana ia tinggal. Coping bukanlah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu, melainkan kumpulan respon yang terjadi setiap saat dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan individu tersebut (Yanny, dkk, 2004). Dan diantaranya coping yaitu :

 1. Antisipasi

 Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental seseorang dalam menerima suatu stimulus. Ketika seseorang mengantisipasi konflik emosional atau pemicu stres internal atau eksternal, mereka dapat mengantisipasi akibat dari  konflik atau stres tersebut dengan menawarkan alternatif respons atau solusi yang paling tepat.

 2. Afiliasi

 Afiliasi mengacu pada kebutuhan untuk berhubungan atau  bersatu dan berteman dengan orang lain. organisasi mitra membantu individu yang mengalami konflik di dalam  dan di luar . Anda dapat mencari sumber daya dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan bantuan. Metode coping afiliasi ini mencakup kemampuan untuk berbagi masalah yang mereka hadapi dengan orang lain, yang secara tidak langsung  bertanggung jawab atas masalah/konflik/stres yang mereka hadapi.

 3. Altruisme

 Altruisme merupakan  bentuk coping dengan mendahulukan kepentingan orang lain. Memenuhi kebutuhan orang lain mengalihkan konflik yang mengakibatkan stres internal dan eksternal. Altruisme berbeda dengan tindakan pengorbanan diri, yang merupakan ciri mekanisme yang membentuk reaksi pertahanan ego. 

Dalam tindakan pengorbanan diri, kita merasakan kepuasan ketika kita mengalami sendiri apa yang  orang lain alami atau lakukan untuk orang lain. Dalam berbagai keyakinan/agama, altruisme mempunyai nilai yang  tinggi sebagai perwujudan kedewasaan spiritual manusia. 

Mengorbankan dan memberikan diri untuk orang lain adalah nilai universal, dan orang yang dapat menunjukkan perilaku altruistik dianggap sebagai pahlawan kemanusiaan. Gandhi, Suster Teresa, Martin Luther King, dan banyak lainnya mungkin merupakan perwujudan dari tindakan altruisme ini.

 4. Self Assertion (Ketegasan Diri)

 Ketegasan diri Individu menghadapi konflik emosional dimana mereka menjadi koersif atau manipulatif terhadap orang lain. Sikap asertif  tidak sama dengan tindakan agresi. Agresif berarti menegaskan apa  yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang yang terkena dampak, namun tetap menghargai pemikiran dan perasaan orang lain.

 5. Self Observation (Pengamatan Diri)

 Baik introspeksi dan observasi terjadi secara bersamaan. Artinya, individu  melakukan tes obyektif terhadap proses sadarnya sendiri, mengamati tindakan, motif, sifat, sifat, dan lain-lainnya sendiri  untuk memperoleh pengetahuan yang semakin mendalam. 

Mereka mengerti diri mereka sendiri. Introspeksi mengandaikan bahwa individu memiliki kemampuan untuk melampaui, menciptakan jarak antara diri  yang diamati dan diri yang mengamati. Pengembangan kognitif  dan latihan reflektif yang dilakukan sejak remaja dan seterusnya mempertajam keterampilan refleksi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun