Mohon tunggu...
Silvy Aprilia
Silvy Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

23107030076 mahasiswa aktif UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Criping Pisang "Anggrek", Kuliner Khas Gunungkidul yang Memikat Lidah

22 Juni 2024   23:27 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:34 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunuhgkidul terkenal dengan berbagai wisata khususnya pantainya, selain itu di Gunungkidul juga terkenal dengan berbagai kulinernya. Seperti gudeg, walang, tiwul dan masih banyak kuliner lainnya. Salah satu yang terkenal yaitu criping pisang.

Salah satu criping pisang yang terkenal yaitu criping pisang "Anggrek" milik Bu Narti. Usaha ini sebelumnya dimulai ketika bu Narti ikut dengan budhe atau kakak dari ibu untuk berjualan manggleng atau ketela yang diiris tipis-tipis lalu digoreng. Usaha tersebut dimulai pada tahun 2016. Setelah itu bu Narti merasa bahwa usaha tersebut disukai banyak orang, lalu dengan saran dari budhe akhirnya bu Narti memutuskan untuk membuka usahanya sendiri. Usaha ini berlokasi di Dusun Kemejing 2, Desa Kemejing, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Nama "Anggrek" sebenarnya diambil dari nama kelompok usaha dari RT. Dulu, di Desa Kemejing mengadakan sebuah lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu, namum seiring berjalannya waktu kelompok tersebut semakin pasif. Dan bu Narti memutuskan untuk melanjutkan usaha tersebut setelah berkonsultasi dengan pengurus desa dengan membuat berbagai makanan ringan, seperti manggleng, marning, kacang bawang dan banyak lagi. Namun untuk saat ini Bu Narti lebih berfokus ke pembuatan criping pisan dan kacang bawang.

Criping pisang ini pada umumnya adalah olahan pisang yang diiris tipis-tipis lalu digoreng kedalam minyak panas, lalu dibumbui dengan gula ataupun garam. Bu Narti juga membuat olahan pisang tersebut seperti pada umumnya, bahan-bahan yang digunakan Bu Narti untuk membuat criping pisang sebagai berikut:

Bahan utama yang digunakan untuk membuat criping pisang tentu saja pisang, jenis pisang yang digunakan adalah Pisang Tanduk, alasan kenapa Bu Narti menggunakan pisang jenis ini karena menurutnya, "menggunakan pisang jenis ini lebih empuk dari pada pisang jenis yang lain, sebenarnya bisa menggunakan jenis pisang Gepok, namun pisang tersebut akan keras saat sesudah di goreng. Karena penikmat criping ini kebanyakan orang yang sudah tua jadi menggunakan pisang tanduk adalah Keputusan yang paling tepat." Dan yang pasti pisang yang digunakan merupakan pisang yang masih mentah.

Untuk suplayer pisang jenis ini, Bu Narti sudah memiliki langganan. Pisang dikirim dalam jangka waktu seminggu sekali atau tiga hari sekali. Banyaknya pisang yang dikirim sebanyak tiga sampai empat "thundun", "tundhun" dalam bahasa Indonesia disebut "tandan", yaitu tangkai yang panjang pada buah-buahan bergugus, seperti pisang dan kelapa. Sak tundhun terdiri atas beberapa lirang atau sisir pisang. Lalu bahan-bahan yang lainnya adalah bahan-bahan basic, yaitu minyak goreng, gula, garam dan bawang putih.

Cara pembuatan criping pisang ini sebenarnya hampir sama dengan pembuatan criping pisang pada umumnya, sebagai berikut:

  • Kupas kulit pisang yang masih mentah,
  • Iris tipis-tipis pisang yang sudah dikupas,
  • Sebelumnya cairkan gula sebagai rasa untuk criping pisang,
  • Setelah itu panaskan minyak terlebih dahulu,
  • Lalu masukkan irisan pisang kedalam minyak panas,
  • Pastikan api yang digunakan tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil,
  • Setelah itu tiriskan pisang yang sudah matang,
  • Setelah minyak dirasa sudah berkurang, masukkan pisang kedalam gula yang sudah dicairkan,
  • Kemudian pisang yang sudah diberi gula digoreng lagi agar gula lebih meresap,
  • Atau jika tidak suka manis bisa juga ditambahkan garam dan bawang putih sesuai selera,
  • Berbeda dengan campuran gula, pemberian garam setelah pisang ditiriskan dan tidak digoreng lagi.

Disini Bu Narti menggunakan Teknik khusus untuk mencampurkan gula dengan criping pisang. Biasanya gula akan langsung dimasukkan bersamaan saat digoreng. Jadi saat criping pisang digoreng saat sudah setengah matang gula cair langsung dituangkan kedalam minyak panas. Namun Bu Narti tidak menggunakan cara tersebut. Menurutnya cara itu kurang efektif dan membuat manis dari gula tidak merata. Tungku yang digunakan Bu Narti untuk menggoreng criping pisang adalah tungku kayu, alasan dari Bu Narti adalah "karena kalau pake kompor itu kurang puas mbak rasanya, jadi saya lebih milih pake tungku kayu walaupun juga punya kompor yang agak besar.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Saat pertama membuka usaha ini Bu Narti menitipkan dagangannya ke empat warung di daerah Kemejing. Seiring berjalannya waktu usahanya menjadi semakin banyak disukai dan mulai banyak pesanan yang datang. Lalu tawaran datang dari salah satu toko yang lumayan besar di daerah Semin. Dari yang disampaikan Bu Narti "awalnya salah satu karyawan toko tersebut tidak sengaja membeli criping pisang saya. Karena di bungus criping saya kasih nomor HP saya, karyawan itu menelepon saya dan menawarkan untuk menitipkan dagangan saya di toko itu. Dan sampai sekarang saya masih menitipkan dagangan saya disana." Tutur Bu Narti.

Sempat juga criping pisang "Anggrek" dititipikan ke Pamela yang berlokasi di Kota Wonosari. Namun hal tersebut tidak bertahan lama dan hanya bertahan samapi tujuh bulan saja. Hal tersebut dikarenakan anak dari bu Narti sudah bersekolah di Solo, dan Bu Narti sendiri tidak berani mengendarai motor sampai ke Wonosari.

Criping pisang ini bisa bertahan sampai tiga bulan lamanya. Cara agar criping ini awet adalah dengan tidak meletakkan criping di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Jika terkena matahari langsung maka  criping akan bertahan lama dan dapat berubah warna menjadi putih dan rasanya akan berubah menjadi tengik.

Hal ini dibuktikan oleh Bu Narti sendiri. "dulu saya pernah menitipkan criping pisang ini ke salah satu toko mbak, terus saya tadinya niatnya mau ambil kacang bawangnya aja, tapi saya jadi salah focus sama criping pisangnya. Setelah saya lihat ternyata warnanya udah berubah jadi warna putih dan pas saya rasakan rasanya udah tengik. Padahal itu baru sepuluh hari." Keterangan dari Bu Narti.

Criping ini dijual dengan harga yang cukup bervariasi dan terjangkau, mulai dari Rp.5.000-Rp.55.000. criping dijual per beberapa gram. Yang pertama ada kemasan berukuran 10g yang dihargai Rp.5.000 saja, lalu kemasan berukuran 150g dengan harga Rp. 10.000, kemudian kemasan berukuran setengah kilo atau 500g yang dibandrol Rp. 25.000, dan yang terakhir kemasan berukuran 1kg dengan harga Rp. 55.000.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Bu Narti membuat criping pisang setiap hari, bukan hanya saat ada pesanan saja. Kegiatan goreng-menggoreng dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Menurut beberapa pembeli yang sudah merasakan criping pisang "Anggrek" merasa puas, Ahmad (28) "cripingnya enak banget tak kirain tadi bakalan keras, tapi setelah tak Cobain ternyata empuk terus manis juga." Tutur Ahmad.

Jadi, jika anda sedang berada di Gunungkidul anda bisa mencoba criping pisang "Anggrek" milik Bu Narti. Criping ini dijual di beberapa warung kelontong di daerah Semin, mudah untuk menemukan criping pisang ini. Dan rasakan kelezatan serta keempukan dari criping pisang Bu Narti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun