Mohon tunggu...
SILVIONITA FIRNANDA
SILVIONITA FIRNANDA Mohon Tunggu... Editor - Pendidikan Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Konten Kreator Editing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Multikultural sebagai Penyetara Kedudukan Pendidikan di Indonesia

20 Juni 2024   13:50 Diperbarui: 20 Juni 2024   15:09 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

     Indonesia merupakan negara yang didalamnya terdiri berbagai suku, dan ribuan pulau sehingga penyelenggaraan pendidikan multikultural menjadi tantangan yang besar, akan tetapi, dengan adanya pendidikan multikultural akan menjadikan kehidupan pendidikan di Indonesia semakin sejahtera dan adil. Pendidikan multikultural merupakan suatu gagasan maupun gerakan perubahan menjadi yang lebih baik didalam pendidikan, hal ini bertujuan sebagai pengubah struktur pendidikan sehingga didalam pembelajaran atau pendidikan terdapat kesetaraan antara laki-laki maupun perempuan, bukan hanya itu tetapi juga ras, etnis, bahasa, maupun para penyandang disabilitas yang berada di dunia pendidikan. 

Untuk menjadikan program tersebut berjalan dengan baik, tentu perlu adanya kerjasama antar pendidik agar menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman untuk belajar bagi berbagai perbedaan.Pendidikan multikultural memungkinkan seluruh masyarakat dapat merasakan bangku pendidikan yang setara tanpa adanya pembeda dari kelas sosial, ras, etnis, warna kulit, bahasa, budaya maupun penyandang disabilitas. 

Pendidikan multikultural sendiri memiliki kesetaraan dan keadilan pada pendidikan. Hal ini tentu dapat mengurangi resiko adanya diskriminasi maupun ketidakadilan didalam menempuh pendidikan di Indonesia.Pendidikan multikultural adalah pendekatan yang menekankan pemahaman, penghargaan, dan inklusi berbagai budaya dalam sistem pendidikan.

     Untuk mencapai tujuan ini, perlu adanya komitmen yang kuat dari pemerintah dalam mengintegrasikan pendidikan multikultural ke dalam kebijakan pendidikan nasional. Hal ini termasuk memastikan bahwa kurikulum nasional mencerminkan keragaman budaya Indonesia dan bahwa semua sekolah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, memiliki akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan. Selain itu, pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru harus menjadi prioritas untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengajar dalam lingkungan yang beragam. Pendidikan multikultural juga harus didukung oleh masyarakat luas melalui partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang mempromosikan pemahaman antarbudaya. Dengan demikian, pendidikan multikultural dapat benar-benar menjadi penyetara pendidikan di Indonesia, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan harmonis.

     Ketidaksetaraan sosial dalam sistem pendidikan merupakan masalah yang serius, di mana akses terhadap pendidikan berkualitas sering kali dipengaruhi oleh latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya siswa.Pendidikan multikultural menjadi pendekatan yang potensial untuk mengatasi ketidaksetaraan ini dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai keberagaman dan inklusi ke dalam kurikulum serta praktik pendidikan sehari-hari.Penerapan pendidikan multikultural di Indonesia memerlukan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan. Kurikulum harus dirancang ulang untuk mencerminkan keragaman budaya dan pengalaman siswa. Ini bisa diwujudkan dengan memasukkan materi yang mengajarkan sejarah dan kontribusi berbagai kelompok etnis di Indonesia. Selain itu, bahan ajar harus menghindari stereotip dan bias budaya, serta mendukung pengembangan identitas kultural yang positif bagi semua siswa. Namun, implementasi ini tidak lepas dari tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan resistensi dari berbagai pihak yang masih belum memahami pentingnya pendidikan multikultural.

PEMBAHASAN

Tujuan utama adanya pendidikan multikultural

     Tujuan utama pendidikan multikultural di Indonesia adalah untuk mengatasi ketimpangan dan diskriminasi dalam sistem pendidikan yang seringkali mencerminkan bias budaya dominan. Dalam konteks Indonesia, yang sangat beragam secara etnis, agama, dan budaya, pendidikan multikultural bertujuan untuk mendekonstruksi hierarki budaya yang ada dan memberikan platform yang setara bagi semua kelompok. Dengan memperkenalkan perspektif multikultural, pendidikan diharapkan dapat mengikis prasangka dan stereotip yang mengakar, serta mengurangi segregasi sosial yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Lebih dari sekadar menghargai keragaman, pendidikan multikultural menuntut peninjauan kritis terhadap kurikulum yang seringkali tidak inklusif, dan memperjuangkan representasi yang adil bagi semua kelompok. Selain itu, pendidikan multikultural berperan penting dalam membentuk siswa yang mampu menganalisis dan menantang struktur-struktur sosial yang tidak adil, serta mendorong mereka untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Dengan demikian, tujuan pendidikan multikultural tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga politis, berupaya untuk membentuk masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan demokratis sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan sosial. Terlepas dari itu kemudian pendidikan multikultural bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi lintas budaya pada siswa, sehingga mereka dapat berinteraksi secara efektif dan harmonis dengan individu dari latar belakang budaya yang berbeda. 

Kedua, pendidikan ini berusaha untuk mengembangkan empati dan penghargaan terhadap perbedaan, membantu siswa untuk tidak hanya memahami tetapi juga merasakan pengalaman dan perspektif dari berbagai kelompok etnis dan budaya.Ketiga, pendidikan multikultural bertujuan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan globalisasi dengan membekali mereka pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk bersaing dan bekerja di lingkungan global yang beragam. 

Keempat, melalui kurikulum yang inklusif dan representatif, pendidikan multikultural berupaya untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan identitas yang kuat pada siswa dari kelompok minoritas, yang seringkali terpinggirkan dalam sistem pendidikan konvensional.Kelima, pendidikan multikultural mendorong partisipasi aktif seluruh komunitas sekolah dalam proses pendidikan, termasuk orang tua dan masyarakat, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan inklusif. Terakhir, pendidikan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis pada siswa, memungkinkan mereka untuk mengevaluasi dan menantang bias serta ketidakadilan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tujuan penunjang ini berkontribusi pada terciptanya lingkungan pendidikan yang lebih adil, inklusif, dan berdaya saing tinggi (Tilaar, 2004:23).

Pentingnya Pendidikan Multikultural untuk Kesetaraan

     Pendidikan multikultural sangat penting untuk kesetaraan di Indonesia karena mampu mengatasi dan menantang struktur ketidakadilan yang ada dalam sistem pendidikan dan masyarakat luas. 

Di negara dengan keragaman etnis, budaya, dan agama yang kompleks, pendidikan multikultural berfungsi untuk mendekonstruksi hierarki budaya yang sering meminggirkan kelompok-kelompok tertentu. Dengan mengintegrasikan perspektif multikultural dalam kurikulum, siswa diajak untuk memahami dan menghargai keberagaman, sekaligus mempertanyakan norma-norma dan kebijakan yang diskriminatif. Hal ini bukan hanya soal menambah pengetahuan tentang budaya lain, tetapi juga mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang bagaimana ketidakadilan sistemik terbentuk dan berlanjut.Pendidikan multikultural penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana semua siswa, terlepas dari latar belakang budaya mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil. Ini berarti mengubah pendekatan pendidikan yang selama ini cenderung bias terhadap budaya dominan dan kurang representatif terhadap kelompok minoritas. 

Dengan demikian, pendidikan multikultural membantu mengikis stereotip dan prasangka yang mengakar dalam masyarakat, yang seringkali menghalangi terciptanya kesetaraan. Selain itu, pendidikan ini memberikan platform bagi kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan untuk menyuarakan pengalaman dan perspektif mereka, sehingga menciptakan dialog yang lebih seimbang dan adil.Oleh karena itu, pentingnya pendidikan multikultural tidak dapat diremehkan. Ini bukan sekadar tambahan dalam kurikulum, tetapi inti dari upaya menciptakan sistem pendidikan dan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Tanpa pendidikan multikultural, upaya untuk mencapai kesetaraan di Indonesia akan terus terhambat oleh bias, diskriminasi, dan ketidakadilan struktural yang ada (SS, A. W. D. 2015).

Tantangan dalam menerapkan pendidikan multikultural di Indonesia

     Penerapan pendidikan multikultural di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan analisis kritis dan solusi komprehensif. Pertama, resistensi budaya yang kuat dan pandangan konservatif di kalangan masyarakat, pendidik, dan orang tua sering kali menghambat upaya integrasi nilai-nilai multikultural.Selain itu, kekurangan pelatihan dan kesiapan guru menjadi tantangan besar. 

Banyak pendidik tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola kelas yang beragam secara budaya, dan ini diperparah oleh materi ajar yang sering tidak mencerminkan keberagaman budaya Indonesia. Kurikulum yang ada cenderung mempromosikan budaya dominan, mengabaikan kontribusi budaya lain, dan dengan demikian memperkuat ketidaksetaraan.Tantangan birokrasi dan kebijakan pendidikan juga signifikan. 

Kebijakan pendidikan sering kali kaku dan tidak cukup mendukung pendekatan multikultural. Kurangnya dukungan dan inisiatif dari pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural secara sistematis menghambat kemajuan. Birokrasi yang lambat dan kebijakan yang tidak inklusif sering kali gagal menangkap realitas keragaman budaya yang ada di Indonesia.Faktor ekonomi menambah lapisan tantangan lainnya. 

Sekolah-sekolah di daerah terpencil dan kurang berkembang sering kali tidak memiliki akses yang cukup ke sumber daya dan pelatihan yang diperlukan untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural. Ketimpangan ekonomi ini memperburuk ketidaksetaraan dalam akses ke pendidikan yang inklusif dan adil, sehingga siswa di daerah miskin cenderung kurang mendapatkan pendidikan yang menghargai keragaman.Secara keseluruhan, tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa penerapan pendidikan multikultural di Indonesia memerlukan reformasi struktural dan komitmen serius dari berbagai pemangku kepentingan. 

Mengatasi resistensi budaya, meningkatkan pelatihan guru, mereformasi kebijakan pendidikan, mengatasi ketimpangan ekonomi, dan mengembangkan metode evaluasi yang lebih baik adalah langkah-langkah kritis yang harus diambil. Hanya dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan,pendidikan multikultural dapat berhasil diterapkan dan membantu menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih adil, inklusif, dan setara (Salsabila et Al. 2022).

Peran guru dalam penerapan pendidikan multikultural

     Peran guru dalam pendidikan multikultural sangat krusial karena mereka tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang dapat membentuk sikap dan nilai siswa terhadap keragaman budaya. Guru harus mampu mengatasi resistensi budaya dan mengintegrasikan perspektif multikultural ke dalam kurikulum, serta menjadi model yang konsisten dalam mempraktikkan sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Namun, tantangan utama adalah kurangnya sumber daya pelatihan yang memadai bagi guru, yang membatasi kemampuan mereka dalam mengelola kelas yang beragam secara budaya dan memfasilitasi diskusi terbuka tentang isu-isu sensitif. Oleh karena itu, investasi dalam pelatihan yang mendalam dan berkelanjutan bagi para pendidik menjadi kunci untuk keberhasilan implementasi pendidikan multikultural di Indonesia.

KESIMPULAN


Pendidikan multikultural di Indonesia merupakan hal yang krusial untuk menyeimbangkan kedudukan sosial dan budaya di tengah masyarakat yang penuh dengan keberagaman etnis, agama, dan budaya. Meskipun memiliki potensi besar, implementasinya masih menghadapi tantangan yang serius. Kurangnya integrasi kurikulum yang inklusif dan pendekatan yang holistik sering kali menyebabkan pemahaman yang dangkal tentang keberagaman. Selain itu, masih banyak lembaga pendidikan yang tidak mampu atau tidak mau mengatasi ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas pendidikan bagi anak-anak dari latar belakang minoritas. Hal ini berdampak pada terbatasnya kesempatan yang setara dalam mencapai kemajuan akademis dan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Banks, J. A. (2016). Cultural diversity and education: Foundations, curriculum, and teaching. Routledge.

Gay, G. (2018). Culturally responsive teaching: Theory, research, and practice. Teachers College Press.

Nieto, S. (2017). Affirming diversity: The sociopolitical context of multicultural education. Pearson.

Puspita, Yeni. (2018). PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. Palembang.

Simbolon, Widi Herianto. (2020). PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME BAGI WARGANEGARA INDONESIA. Madiun.

Sleeter, C. E., & Grant, C. A. (2017). Making choices for multicultural education: Five approaches to race, class, and gender. John Wiley & Sons.

Zahra, Suci Fatimatu. (2018). Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Multikulturalisme di Indonesia. Malang. 

Zamhari, Ulfa Masamah dan Muhammad. (2016). PERAN GURU DALAM MEMBANGUNAN PENDIDIKAN BERKESADARAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA. Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun