Mohon tunggu...
Silvinia Nurlaili
Silvinia Nurlaili Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersikap Tegas Tanpa Menjadikan Anak Trauma

10 November 2019   10:29 Diperbarui: 10 November 2019   10:49 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dipungkiri terutama untuk anak yang masih kecil melakukan hal yang sebenarnya bisa dikatakan jail sehingga tidak segan-segan orangtua memarahi tindakan sang anak karena kejailan mereka. Mereka hanya beranggapan bahwa kegiatan tu menyenangkan baginya dan orang lain, tetapo pada dasarnya mereka hanya berpikir menyenangkan bahwa kegiatan tersebut menyenangkan tetapi kita seabgai orang deasa melhatnya seperti sebal dan mengambil tindakan untuk memarahi mereka.

Tindakan pertama yang dilakukan memberikatahukan bahwa mereka melakukan tindakan yang tidak baik ketika mereka tidak menghiraukan pemberitahuan kita kita kemudian memarahinya tanpa mengetahuinya dan bahkan ada yang sampai memukul mereka sehingga membuat mereka memiliki trauma.

Di lansir di laman https://kominfo.go.id/content/detail/5272/indonesia-darurat-kekerasan-pada-anak/0/sorotan_media, bahwasannya menurut Satgas Perlindungan Anak pada tahun 2015 masih terdapat 52 kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia dan belum tuntas penyelesaiannya. Sedangkan menurut penelitian Hillis, et.al berjudul "global Prevalnaence Estimates," kekerasan anak yang terjadi di Asua lebih dari 714 juta atau 64 persen dari populas anak di Asa.

Dari data tersebut setidaknya satu anak pernah mengalami kekerasan berat. Kekekerasan sendri bisa berakibat pada traumatis anak sehingga mengganggu psikis dari anak yang dapat menghalangi pertumbuhan dan perkembangan anak. Setiap kesalahan anak beberap orangtua memukulnya, memerahinya tanpa memberitahukan penyebab dari kesalahan yang mereka perbuat. Anak akan mengulanginya karena mereka tidak tahu "Pokoknya tidak boleh" hanya kata itu tanpa memberitahukan penyebabnya sehingga mereka akan mengulangi dan mengulanginya lagi.

Apakah kita harus memanjakan anak ?

Bersikap tegas tidak memarah anak bukan berati jika anak melakukan segala keinginan dan  perbuatannya kita iyakan. Kita menganggap bahwa kita harus tegas. Tegas disni bukan bereati melakukan kekerasan pada anak. Saya beri contoh sederhananya ketika kita mengajak mereka ke sebuah toko kemudian anak merengek meminta sesuatu padahal sebelumnya di rumah mereka melakukan sebuah perjanjian hanya membeli satu jajan saja tidak es tidak jajan ciki tetapi anak merengek meinta ini meminta itu.

Saya pernah melihat ada orangtua yang memiliki permasalahan seperti ini sang anak menangis kemudian orangtua memarhinya dan kadang bahkan ada sampai yang memukul. Walaupun tidak memukul hingga berkali-kali tetapi mereka memukulnya. Jika anda berada pada posisi tersebut tesebut tegaskan pada anak "Nak, tadi di rumah gimana sebelum ke toko tadi adek janji kalau adek hanya beli satu jajan tidak es tidak jajan ciki adek nanti tambah sakit kalau beli jajan ini, nanti adek gak bisa main sama teman-teman lainnya". Jika mereka masih tetap meolak kita bisa menggunakan nada yang agak tinggi tanpa ada kita melakukan kekerasan fisikatau melabeli anak dengan kata-kata anak nakal. Dengan kata-kata yang seperti ini mungkn anak bisa mengerti dan kita tidak perlu dengan memarahinya atau hingga memukulnya.

Kita ingin anak kita menjadi anak yang baik dan menurut kepada orangtua dan mereka menjadi anak yang didiplin tetapi harus diketahui bahwasannya ketegasan sendiri meiliki porsi yang berbeda-beda disesuaikan dengan usia sang anak. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa dalam mengasuh cinta dan kasih sayang selain itu kita juga harus bersikap tegas terhadap anak.

Kita bersikap tegas ketika anak melakukan perbuatan yang salah. Di satu sisi walupun kita bersikap tegas tetap harus mengedapkan kasih sayang kepada anak sehingga tidak menimbulkan trauma anak yang mana jka ank sudah memiliki trauma saat kecil maka akan sulit hilang karena sudah tertanam di alam bawah sadar sang anak.

Bedakan juga tegas dengan memarahi, Bersikap tegas bukan marah, berskap tegas yaitu seperti tadi anak melakukan sebuah kesalahan yang memang sudah pertauran dalam keluarga dan setiap kesalah sama yang dilakukan kita beritahukan kepada anak. Ketegasan harus dibarengi dengan konsisten dari orangtua sehingga dengan ini dapat membentuk sebuah kebiasaan. Tetap diingat bahwasannya segala pengasuhan yang dilakukan orangtua kepada anaknya akan menjadi dasar bagi anak dalam mengembangkan karakter sang anak dan juga pertumbuhan serta perkembangan sang anak sehingga dalam memberikan letegasan anak harus berhati-hati sehingga tidak menjadikan trauma pada anak.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun