Orangtua mana yang tidak ingin melihat anaknya berhasil. Anak berhasil dan sukses merupakan harapan setiap orangtua. Dalam mencapai hal itu orangtua menyediakan fasilitas yang mana dapat mendukung potensi dan tumbuh kembang anak, sepertimencarikan tempat pes atau sekolah khusus yang mana mendukung sekali dalam potensi dan tumbuh kembang anak. Tetapi banyak orangtua yang terlalu memaksakan anaknya untuk mengikuti apa yang diingunkan orantua walaupun hal tersebut bisa dikatakan tindakan postif dari orangtua.
Contoh kecil saja pasti semua orangtua tidak mungkin tidak menginginkan anak mendapatkan rangking. Sistem d Indonesia sendiri kepintaran seorang anak di sekolah atau pembelajaran yang dilakukan di Sekolah dengan menggunakan sistem rangking. Contoh kecil seperti ini saja juga menjadi salah satu hal yang bisa saja dikatakan sebagai salah satu beban bagi anak.
Kontrol dari orangtua dan stimulus dari orangtua memang perlu diberikan kepada anak sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang enjad orang yang sukses. Tetapi dalam mengasuhnya tidak perlu belebihan atau bisa disebut dengan hyper Parenting. Seperti namanya hyper yaitu belebihan. Maksud dari hyper parenting yaitu dimana pengasuhan dari orangtua yang mana menuntut dan dengankontrol yang dikatakan ketat. Memang disadari sebenarnya yang dilakukan kepada anaknya memang beguna bagi mereka kedepannya tetapi jika dari orangtua terlalu meaksakan ke[aa anak agar memnuhi keinginan dari orangtua bisa disebut dengan hyper parenting.
Menurut Sani B. Hermawan, Psikologi Anak dari Universitas Indonesia, Mengatakan bahwasannya orangtua yang memiliki pola asuh hyper parentng yaoitu orangtua yang lama menginginkan anak setelah sekian lama kemudian setelah mereka mendapatkan anak sau-satunya, orangtua akan bersifat agar anak menuuti apa yang orangtua inginkan. Selain itu penerapan pola asuh hyper parenting yaitu orangngtua tidak puas terhadap apa yang dinginkannya atau tidak bsa mencapai apa yang dinginkan karena pengaruh dari pola suh orangtuanya sehingga diterapkan pada anak.
Jika dilihat pada saat ini banyak sekali dari orangtua memberkan les tambahan yang memang benar mendukung anak dalam ekstrakulikuler ataupun dalam proses pembelajarannya. Hal itu memang baik bagi anak karena mendukung sekali dalam pembelajrannya tetapi alangkah baik jika kita memberikan fasilitas dengan les di banyak tempat apakah anak memang benar ingin melakukannya saja ataupun karena paksaan saja karena untuk memnuhi keinginan dari orangtua.
Adapun menurut Baby Post, menyebutkan bahwasaanya penerapan hyper parentng ini, anak akan kesulitan dalam bersosialisasi karena tekanan dari pihak orangtua. Dalam hyper parenting orangtua seperti penentu mereka apa yang harus dilakukan apa yang harus dicapa tanpa menanyakan terlebuh dahulu kepada anak sehingga orangtua memnentukan anaknya di masa depan. Kemudia karena dari orangtua yang terlalu menekan anak, hubungan dari orangtua dengan anak tidak harmonis anak menjadi anak yang membangkang karena pakasaaan terus-menerus dari orangtuanya. Â
Selain itu adapaun dampak negatf lainnya yang mana karena pola asuh hyper parenting :
1. Kecemasan
Dari orangtua yang menuntu anak mereka agar menjadi ini atau harus menjad seperti ini shingga mereka merasa cemas karena orangtua benar-benar seperti 100% masuk dan campur tangan tanpa membeaskan anaknya untuk mengekspresikan apa yang diingankannya.
2. Kurangnya ke[ercayaan diri anak
Karena pola asuh dengan hyper parenting seperti ini orangtua terlalu menentukan seperti penjelasan tadu tidak membebaskan anak untuk mengekspresikkan apa yang diinginkannya atau tidak bisa mengatakan karena ereka takut ketika mereka mengatakan apa yang mereka inginkan. Pola asuh ini tidak menjadikan kepribadian anak menjai lebih berkembang. Berbeda dengan pola asuh yang tidak terlalu mebebaskan anak tetapi orangtua bisa membebaskan anak untuk mengutarakan apa yang dinginkannya anak lebih percaya diri danlebih ceia.