Pikiran berkecamuk, ada perasaan tidak menerima klo saya bisa terinveksi virus Corona, saya ingat-ingat dimana saya bisa terinfeksi virus itu.
Menjelang vaksin ke 2, seminggu lebih tidak sepedahaan, namun 5 hari dan 7 hari sebelum saya demam saya berturut-turut ke Supermarket dan Pasar Buah dekat rumah, selebihnya saya di rumah, mungkin disitu titik lengah saya.
Tiga hari kemudian suami, anak dan keluarga Kakak saya ditest, Alhamdulillah semua negatif.
Hari pertama dan kedua isoman gejala yang saya rasakan demam, menggigil, pusing luar biasa, cape, lidah terasa pahit, namun saya paksakan untuk makan. Saya di kamar terus, keluar hanya untuk ke kamar mandi dan menyiapkan makan.Â
Suami harus isoman juga karena kontak erat. Aneh juga saya dengan suami di rumah seperti teman kost yang lagi musuhan, jauh-jauhan... kalau mau ambil air di dispenser, masih ada suami, saya mundur dulu, khawatir virusnya menulari suami.Â
Suami yang menyiapkan makan tapi setelah makan saya langsung cuci sendiri piringnya. Di kamar saya gunakan untuk membaca Alquran, novel novel ringan penyemangat jiwa hehehe....
Hari ketiga dan keempat masih demam namun mulai menurun, mulai batuk berdahak, sangaaat menggangggu,susah untuk dikeluarkan, saya mulai mengaji dengan tajwid yang benar tidak mengejar jumlah ayat, Â saya teringat nasihat guru mengaji saya bahwa setiap huruf Al Quran punya hak diucapkan dengan makhraj (tempat keluarnya huruf) yang benar, saya pun minum madu Hutan dan malamnya saya muntah-muntah, besok paginya Alhamdulillah tenggorokan plong.
Saya mulai tidak demam lagi di hari ke 6, Dari awal isoman sampai hari ke 14 saturasi oksigen 99-100, penciuman Alhamdulillah tidak pernah hilang.
Hari ke 10 nafsu makan mulai membaik, hanya badan masih sering terasa cape. Alhamdulillah di hari ke 14 ini kondisi saya semakin membaik.
Bagi sebagian orang yang pernah mengalami Covid-19 dan sembuh, mungkin ada anggapan Covid itu hanya Flu biasa, buat saya meskipun gejala yang saya alami relatif ringan, isoman di rumah, Covid bukan hanya penyakit biasa, ibarat kita sakit gigi, sakitnya hanya badan kita yang merasakan, tetapi ketika kita terinfeksi Covid yang sangat menularkan ini, tindakan kita dalam menangani covid ini bisa berakibat fatal bagi orang-orang di sekeliling kita, mungkin kita bisa sembuh cukup dengan isoman di rumah, minum vitamin, namun klo kita menulari orang di sekitar kita yang rentan, efeknya akan panjang.
Covid juga berdampak pada psikis, ketika kita mengetahui kita terinfeksi ada perasaaan bersalah, apalagi untuk Ibu2 Survivor, yang mempunyai mitos Ibu tidak boleh sakit, berbagai pikiran berkecamuk, bagaimana nanti anak2, dsb. Selain kita harus menyembuhkan diri sendiri kita juga memikirkan banyak hal-hal lain.