Sastra adalah sebuah karya yang menceritakan tentang kehidupan yang disampaikan menggunakan bahasa. Menurut Mursal Esten berpendapat bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta artistic dan imajinatif sebagai bentuk perwujudan atau manifestasi dari kehidupan masyarakat. Karya sastra merupakan kreativitas seorang pengarang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra berasal dari imajinasi seseorang mengenai kehidupan manusia. Drama sebagai salah satu genre karya sastra yang bersifat imajinatif.
Contohnya yakni naskah drama “Petang di Taman” karya Iwan Simatupang. Naskah drama ini menceritakan tentang beberapa orang yang sedang berada di taman. Beberapa orang itu terdiri atas, OT, LSB, PB, dan W. Mereka semua sedang mendebatkan hal yang sepele seperti cuaca hari ini, perihal PB yang duduk di bangku taman, dan tuduhan kepada LSB. Alur yang digunakan dalam drama tersebut yakni alur maju. Hal ini dibuktikan dengan seluruh kejadian yang berurutan.
Berikut adalah link untuk membaca naskah drama "Petang di Taman" karya Iwan Simatupang secara lengkap
https://teaterzat.files.wordpress.com/2016/05/drama_petang-di-taman-karangan-iwan-simatupang.pdf
dan link Youtube untuk menonton pertunjukkan teater "Petang di Taman"
https://www.youtube.com/watch?v=GBI4HrHPiSo&t=565s
Selain itu juga tersirat tentang watak-watak yang dimiliki oleh para tokoh dalam drama tersebut. Tokoh OT digambarkan dengan sikap yang berwibawa, menghormati orang lain, dan mudah mengalah. Tokoh LSB merupakan seorang pengarang yang gagal, sehingga ia mudah marah kepada orang lain. Tokoh PB sangat menyukai balon, ia akan menangis jika balon yang dimilikinya terbang maupun diambil oleh orang lain. Yang terakhir yakni tokoh W seorang ibu muda dan berparas cantik akan tetapi, ia tak memiliki suami dan mudah berprasangka buruk pada orang lain.
Dalam drama tersebut terdapat konflik yang cukup menegangkan pembacanya. Hal ini dikarenakan oleh perseteruan yang terus terjadi di dalam naskah drama “Petang di Taman”. Kemudian diakhiri dengan pengungkapan masalah yang dialami oleh masing-masing tokoh. Dalam konflik tersebut para tokoh menggunakan nada yang tinggi saat berbicara, contohnya pada kalimat yang diucapkan oleh LSB “ Kenapa bapak tertawa?”
Selain terdapat tokoh, penokohan, latar, dan alur drama. Di dalam drama tersebut juga terdapat gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang. Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami oleh pembaca. Naskah drama ini menggunakan bahasa sehari-hari. Akan tetapi, mengandung makna yang tersirat didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H