Kami menyimak penjelasan Ibu Hanum sambil mencincang daun Balakacida. Untuk gedebong pisang telah tersedia dalam bentuk cacahan.
Setelah siap, cincangan daun Balakacida dicampur dengan cacahan gedebong pisang, dan kotoran kambing. Komposisinya disesuaikan antara jumlah ketiga bahan tersebut. Â Ketiga bahan tersebut kemudian dicampur rata.
Campuran ini baru dapat digunakan setelah mengalami proses fermentasi selama 1 bulan. Proses ini bertujuan untuk mempercepat dekomposisi dan meningkatkan kualitas pupuk.
Selain meningkatkan kesuburan tanah, menurut senipertanian.com, pembuatan pupuk kompos yang memanfaatkan daun Balakacida ini merupakan sebuah inovasi yang bermanfaat, karena mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia dan meningkatkan keuntungan dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Praktik Tanam Cabai
Selain membuat kompos dari daun Balakacida, Ibu Hanum juga mempraktikkan pencampuran tanah, pupuk kambing, dan mulsa untuk praktik materi kedua, yaitu bertanam cabai.
Di akhir kegiatan, para peserta workshop membagi kompos daun Balakacida dan media tanam cabai ke dalam kantung dan pot-pot sebagai oleh-oleh para peserta workshop. Ditambah bonus bibit cabai untuk ditanam di rumah masing-masing.
Inspirasi dari Kegiatan Workshop
Selama workshop, kegiatan yang paling memakan waktu itu saat memotong daun Balakacida yang jumlahnya cukup banyak. Namun, justru di situ asyiknya. Para peserta bisa menyimak penjelasan dari Ibu Hanum, sekaligus bertanya tentang hal seputar pembuatan pupuk dari limbah organik.Â
Ilmu yang beliau sampaikan menarik dan ndaging semua. Dari pertanyaan para peserta, mengalirlah penjelasan Ibu Hanum, seperti cara pemanfaatan air cucian beras (air leri), pembuatan EM4, pemanfaatan gulma untuk mulsa, serta cara mengolah sampah dapur.
Untuk mengolah sampah dapur, Ibu Hanum mengajak kami untuk membuat sampah-sampah tersebut tidak keluar rumah, alias diolah sendiri menjadi bahan yang bermanfaat bagi tanaman. Beliau banyak memberikan cara yang mudah dan ekonomis, bahkan sampai 0 rupiah.