"Ki, jadi kan?"
Suara Rini kembali mengagetkan Kiki. Â Seketika ia ragu untuk menjawabnya.
"Udah, ga apa apa. Â Yang penting kita tenang aja. Â Kamu mau kan dapat nilai bagus?' Â Rini kembali meyakinkan Kiki.
Kiki masih terdiam. Â Ajakan Rini untuk saling membetulkan jawaban ulangan saat koreksi bersama nanti, membuatnya gelisah. Â Bagaimana kalau Bu Guru nanti mengetahuinya? ujarnya dalam hati.
"Hei, kok bengong?  Kamu bilang masih belum paham materi pecahan.  Sama, aku juga.  Kebayang kan nilai kita gimana nanti. Kalau remedial, pasti mama kita marah!"
"Nggg... tapi....!" Kali ini Kiki mulai bicara.
"Kenapa, kamu ragu? Â Udah, nanti aku yang atur saat kertas ujian dibagikan. Â Kamu tinggal terima kertasku, lalu ganti jawaban yang salah, deh!" ujarnya menenangkan Kiki.
Kiki pun dengan terpaksa mengangguk. Â Dalam hati ia berulang-ulang menyalahkan dirinya mengapa kemarin mau menerima ajakan rini untuk berbuat curang. Â Â
"Ki, kok diem aja? Â Kamu nggak istirahat?" tanya Desi teman sebangkunya.
"Iya nih Kiki. Â Yuk kita istirahat. Â Ulangan dibawa santai aja, Ki!" tambah Rini sambil mengedipkan mata ke arahnya.
Kiki berusaha tersenyum. Â Diikutinya langkah kedua temannya menuju kantin. Â Tak biasanya hatinya berdegup kencang kali ini. Â Kegelisahannya mengikuti rencana Rini menjadi beban tersendiri baginya. Lebih gelisah daripada ketidaksiapannya menghadapi ulangan matematika, selepas istirahat nanti.